Pushidrosal: Morfologi Gunung Anak Krakatau Berubah Usai Erupsi

Temuan tersebut diperoleh setelah KRI Rigel-933 mensurvei hidro-oseanografi dan investigasi di area longsoran Gunung Anak Krakatau.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 02 Jan 2019, 06:04 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2019, 06:04 WIB
Penampakan Volume Gunung Anak Krakatau yang Menyusut
Pengamatan Gunung Krakatau dan Anak Krakatau dari Dusun Tiga Regahan Lada, Pulau Sebesi, Lampumg Selatan, Senin (31/12). Gunung Anak Krakatau diperkirakan kehilangan volume sekitar 150-180 juta m3. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan pendangkalan dasar laut dan perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau setelah erupsi berujung tsunami Selat Sunda, Sabtu, 22 Desember lalu.

Temuan tersebut diperoleh setelah KRI Rigel-933 mensurvei dan menginvestigasi hidro-oseanografi di area longsoran Gunung Anak Krakatau.

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal)   menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi  Gunung Anak Krakatau  setelah terjadinya erupsi dan longsoran  yang menyebabkan tsunami di perairan Selat Sunda, Sa

Menurut Kapushidrosal Laksda TNI Harjo Susmoro, dari data hasil survei hidro-oseanografi Pushidrosal 2016 dan data Multi Beam Echosounder (MBES) hasil Survei Tim Pushidrosal pada 29 dan 30 Desember 2019, perairan di selatan Gunung Anak Krakatau diperoleh perubahan kontur kedalaman 20 sampai 40 meter lebih dangkal.

"Ini dikarenakan adanya tumpahan magma dan material longsoran Gunung Anak Krakatau yang langsung jatuh ke laut," ujar Harjo melalui keterangan tertulis, Selasa (1/1/2019). 

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal)   menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi  Gunung Anak Krakatau  setelah terjadinya erupsi dan longsoran  yang menyebabkan tsunami di perairan Selat Sunda, SaSelain itu, dengan pengamatan visual radar dan analisis dari citra ditemukan perubahan morfologi bentuk Gunung Anak Krakatau pada sisi sebelah barat seluas 401.000 m2 atau lebih kurang sepertiga bagian lereng sudah hilang. Bagian itu menjadi cekungan kawah menyerupai teluk.

Pada cekungan kawah ini masih dijumpai semburan magma gunung anak Krakatau yang berasal dari bawah air laut.

 

Amanat Kepres 62 Tahun 2016

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal)   menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi  Gunung Anak Krakatau  setelah terjadinya erupsi dan longsoran  yang menyebabkan tsunami di perairan Selat Sunda, Sa
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau setelah terjadinya erupsi dan longsoran yang menyebabkan tsunami di perairan Selat Sunda, Sa

Survei investigasi pascatsunami di perairan Selat Sunda Pushidrosal merupakan amanat Kepres 62 Tahun 2016 sebagai Kotama Pembinaan TNI AL dan anggota International Hidrographyc Organization (IHO).

Pushidrosal mempunyai tugas melaksanakan survei investigasi pada saat terjadi bencana alam maupun kecelakaan di laut untuk menjamin keselamatan navigasi dan keamanan pelayaran bagi kapal-kapal yang sedang berlayar.

"Selain itu data batimetri, oseanografi, data layer dasar laut yang diperoleh dari peralatan subbottom profiling (SBP) diharapkan dapat diteliti dan dianalisis lebih detail lagi oleh peneliti, pakar dan akedemisi sehingga mampu memberikan informasi yang terjadi pascaerupsi dan tsunami di perairan Selat Sunda," pungkas Harjo Susmoro.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya