Jokowi Utus Moeldoko Hadiri Peringatan Peristiwa Situjuah di Padang

Presiden Jokowi diminta kehadirannya untuk hadir dalam peringatan Peristiwa Situjuah yang ke-70 sebagai mata rantai perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 1948-1949.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jan 2019, 19:26 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2019, 19:26 WIB
Jokowi dalam acara Deklarasi Alumni UI di Senayan
Jokowi dalam acara Deklarasi Alumni UI di Senayan. (Liputan6.com/Ratu Annisaa Suryasumirat)

Liputan6.com, Padang - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengutus Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (purn) TNI, Moeldoko, untuk menghadiri peringatan Peristiwa Situjuah yang ke-70 di Situjuh Batua, Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota. Moeldoko akan menjadi inspektur upacara dalam peringatan yang diselenggarakan 12 kilometer dari kota kecil Payakumbuh, utara Kota Padang, Sumatera Barat. 

Pengutusan Moeldoko ini merupakan jawaban dari surat yang dikirim oleh Wali Nagari (kepala desa) Situjuah Batua, Situjuah Limo Nagari, Limapuluh Kota, Sumbar, Don Vesky Dt Tan Marajo bersama ninik mamak (lembaga adat), alim ulama dan cadiak pandai (orang yang memiliki kemampuan berpikir stategis dan taktis), ke Presiden Jokowi pada November 2018 lalu.

Dalam surat bernomor 117/104/XI/2018 itu, mereka memohon kepada Presiden Jokowi untuk hadir dalam peringatan Peristiwa Situjuah yang ke-70 yang dianggap sebagai mata rantai perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 1948-1949.

Surat untuk Jokowi itu, ditembuskan ke sejumlah Kementerian, Gubernur Sumbar, Bupati Lima Puluh Kota dan Camat Situjuah Limo Nagari.

"Terakhir, kami juga kembali membuat surat dan mengirimkannya kepada Pak Moeldoko," kata Tan Marajo, dalam siaran tertulisnya kepada Liputan6.com, Sabtu (12/1/2018). 

Kabar kehadiran tokoh militer yang juga mantan Panglima TNI ini, didapat Tan Marajo dari sejumlah pihak. Termasuk dari jaringan masyarakat petani yang di mana Moeldoko merupakan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.

"Dibantu teman-teman pegiat media sosial, Ananda Muhammad Bayu Vesky, Pak Ulin Yusron, Pak Masril Koto, kemudian tokoh-tokoh yang peduli dengan PDRI. Insyaallah, bapak Presiden hadir diwakili Jenderal Moeldoko," kata Tan Marajo didampingi Camat Situjuah Rahmad Hidayat.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tokoh Muda

Jokowi
Presiden Jokowi memberi pidato saat merayakan Hari Musik Nasional 2017 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, tokoh muda Luak Limopuluah Muhammad Bayu Vesky menyebut, kehadiran Presiden Joko Widodo dalam peringatan Peristiwa Situjuah, merupakan harapan besar masyarakat Sumbar dan keluarga pejuang di Ranah Minang.

"Apalagi, bapak Presiden Jokowi sangat peduli dengan semangat Hari Bela Negara. Ini dibuktikan, dengan adanha Inpres Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Bela Negara. Ini yang kita jadikan momentum bangkit dan terus mengobarkan api perjuangan demi NKRI," kata Bayu yang juga Direktur PT Bumi Alam Sumatera. 

Kesediaan Jokowi untuk bisa hadir juga pernah disampaikannya bersama Bupati Irfendi Arbi, saat peresmian sumur bor bantuan Kementerian ESDM oleh Wamen Arcandra Tahar di Pondok Pesantren Al Makmur Situjuah Tungka.

"Kehadiran Pak Moeldoko, ditunggu-tunggu ribuan orang warga, keluarga pejuang dan masyarakat Situjuah, Lima Puluh Kota. Kami bergembira ria menyambut Pak Moeldoko," ungkap Bayu. 

Sementara itu, Bupati Irfendi Arbi dan Wabup Ferizal Ridwan menyebut, sangat senang dan siap mensukseskan peringatan Peristiwa Situjuah yang ke-70.

"Semangat perjuangan mata rantai PDRI mesti terus kita gelorakan," kata Bayu. 

Peristiwa Situjuah

Tepat pada 15 Januari 1949,  sebanyak 69 perwira, prajurit dan rakyat wafat dibombardir Belanda. Duka pejuang kemerdekaan itu terjadi di sebuah lembah sempit bernama Lurah Kincia, di Situjuh Batua, Situjuah Limo Nagari, Lima Puluh Kota, terpaut 12 Kilometer dari kota kecil Payakumbuh, utara Kota Padang. 

Peristiwa Situjuah adalah mata rantai Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 1948-1949 di Sumatera Tengah yang nilai-nilai perjuangannya sudah diakui pemerintah melalui Keppres Nomor 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara.

Oleh Presiden Jokowi, ditindaklanjuti dengan menerbitkan Inpres Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Bela Negara.

"Dalam peristiwa heroik mempertahankan NKRI dan UUD 1945 ini, sebanyak 69 pejuang kemerdekaan kemerdekaan Indonesia dinyatakan gugur," katanya.

Sebagian besar para tokoh yang gugur saat itu adalah tokoh sipil dan militer di Sumatera Tengah. Termasuk di antaranya, Kapten Zainudin Tembak (ayah almarhum Mayjen Purn TNI Ismed Yuzairi) dan Chatib Soelaiman (pejuang yang namanya diabadikan sebagai nama jalan utama dan lapangan sepakbola di Kota Padang, Padangpanjang, Payakumbuh, Limapuluh Kota, serta Tanahdatar, Sumatera Barat.  

Makam Pejuang yang Gugur di Peristiwa Situjuah

Dari 69 pejuang dan rakyat yang gugur dalam Peristiwa Situjuah, 15 Januari 1949, sebagian besar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Lurah Kincia, Nagari Situjuah Batua.

Selain itu, ada yang dimakamkan di Makam Pahlawan Nagari Situjuah Banda Dalam dan Makam Pahlawam Nagari Situjuah Gadang. 

Upacara Peringatan Peristiwa Situjuah dan tabur bunga, sudah dilakukan masyarakat bersama TNI dan Polri, sejak 15 Januari 1968. Dan hingga kini acara tersebut menjadi kegiatann rutin yang digelar setiap tahunnya. 

Sejumlah tokoh, seperti Wakil Presiden Muhammad Hatta, Dubes RI untuk Singapura Mayjen A Thalib, dan Pangdam I Bukit Barisan Mayjen Ismet Yuzairi pernah memimpin upacara tersebut.

Begitu pula dengan para Gubernur dan Wakil Gubernur di Sumbar. Mulai dari Gubernur Syoerkani, Hasan Basri Durin, Muchlis Ibrahim, Zainal Bakar, Gamawan Fauzi, Fachri Ahmad, Marlis Rahman, hingga Irwan Prayitno dan Bupati Irfendi Arbi.

"Peringatan Peristiwa Situjuah ke-70 tahun pada 15 Januari 2019 merupakan momentum yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat di Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar umumnya," jelas Tan Marajo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya