Sebagian Jakarta Diguyur Hujan Es, Ini Penjelasan BMKG

Fenomena hujan es disertai angin kencang melanda sebagian wilayah Jakarta, Selasa (2/4/2019).

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Apr 2019, 16:46 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2019, 16:46 WIB
[Bintang] Ilustrasi hujan es
Ilustrasi hujan es. (therealgist.com)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena hujan es disertai angin kencang melanda sebagian wilayah Jakarta, Selasa (2/4/2019). Fenomena alam ini terjadi sekitar pukul 15.00 WIB.

Beberapa wilayah yang mengalami fenomena ini di antaranya daerah Pos Pengumben-Joglo, Petukangan, Cipulir, Semanggi, dan beberapa wilayah lainnya.

Dalam sebuah video yang disebarkan akun @Syaiful08844397 melalui twiter, tampak hujan yang turun sangat deras disertai butiran-butiran es batu.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan es adalah curah hujan dalam bentuk padat. Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas titik beku nol derajat Celsius.

Diameter es yang terjadi dengan proses ini biasanya berukuran antara 5 sampai dengan 200 milimeter. Batu-batu es yang telah terbentuk mulai dari bagian tengah awan sampai pada lapisan atas awan tidak semuanya mencair ketika turun ke lapisan yang lebih rendah meskipun dengan suhu yang relatif hangat, sehingga terjadi fenomena ini.

Namun hujan es yang terjadi di sebagian wilayah Jakarta masih dalam jumlah dan ukuran yang kecil. Tidak ada kerusakan maupun korban jiwa dari fenomena alam ini.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Penjelasan BMKG

Kepala Bidang Manajemen Observasi Meteorologi BMKG Hary Sudjatmiko menjelaskan, fenomena hujan es yang terjadi beberapa hari belakangan ini merupakan fenomena hidrometeorologi yang alamiah dan biasa terjadi.

"Fenomena hujan es/hasil merupakan fenomena cuaca alamiah yg biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya," tutur Hary saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (2/4/2019).

Menurut Hary, masa peralihan ini mempengaruhi pertumbuhan awan di langit.

"Bulan April merupakan fase peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Radiasi matahari yang masuk ke bumi (insolation) akan sempurna diterima oleh permukaan, sehingga memungkinkan awan tumbuh menjulang apabila didukung adanya inti kondensasi awan," ia memungkasi.

 

Reporter: Dewi Larasati

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya