Menristekdikti Dorong Kontribusi Pesantren untuk Tingkatkan APK Pendidikan Tinggi

Nasir berharap, paling tidak 500 dari sekitar 29.000 pesantren di Indonesia dapat mengembangkan perguruan tinggi minimal pada tingkat akademi komunitas.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 24 Mei 2019, 14:46 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2019, 14:46 WIB
Menristekdikti Mohamad Nasir
Menristekdikti Mohamad Nasir (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong pesantren di Indonesia turut berkontribusi meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi Indonesia.

Nasir berharap, paling tidak 500 dari sekitar 29.000 pesantren di Indonesia dapat mengembangkan perguruan tinggi minimal pada tingkat akademi komunitas.

"Harapannya 5 tahun ke depan mulai dari Aceh sampai dengan Papua kurang lebih 500 pesantren akan didorong memiliki pendidikan tinggi di luar bidang agama sesuai dengan potensi dan kearifan lokal masing-masing daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan daerah tersebut," ujar Nasir usai menyerahkan Surat Keputusan Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) KHAS Kempek, di  Cirebon, Jawa Barat, Rabu (22/5/2019).

"Namun apabila tidak dapat memenuhi kriteria sebagai universitas ataupun sekolah tinggi maka akan dibentuk akademi komunitas," lanjutnya.

Nasir mengatakan, jika setiap akademi komunitas yang didirikan pesantren memiliki 500 mahasiswa, maka pesantren akan berkontribusi menciptakan 25.000 mahasiswa dan meningkatkan APK pendidikan tinggi Indonesia yang masih pada angka 34,5 persen.

Nasir meminta agar perguruan tinggi yang dikembangkan pesantren juga sesuai dengan potensi dan kearifan lokal yang ada. Salah satunya seperti bidang 'herbalife'  yang menjadi salah satu fokus Stikes Khas Kempek.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tidak Bergantung Impor 

Nasir menambahkan, 92 persen obat yang sekarang ada di apotek bahannya adalah impor. Kalaupun diproduksi di Indonesia, komposisi obat maupun patennya adalah milih luar neger.

“Maka kalau Stikes KHAS Kempek dapat memformulasikan paten 'herbamedicine' maupun 'herbalife', insyallah para santriwan dan santriwati akan bisa menghasilkan terobosan inovasi, sehingga  obat-obatan berbahan baku  lokal bisa dihasilkan agar kedepannya bangsa Indonesia tidak lagi bergantung dengan obat-obatan impor," tutur Nasir.

Ia menegaskan, Stikes prodi Farmasi dan Gizi sangatlah penting. Kedua program studi ini diharapkan mampu meningkatkan kesehatan generasi anak bangsa, terutama untuk para santri dan masyarakat Cirebon. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya