Liputan6.com, Jakarta - Duka mendalam menyelimuti Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Sang istri tercinta, Ani Yudhoyono, wafat di usia 67 tahun karena kanker darah yang diderita selama empat bulan terakhir.
Dalam pernyataan singkat di Pendopo Puri Cikeas, Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan bagaimana detik-detik terakhir perjuangan Ani Yudhoyono melawan kanker ganas yang menyerangnya.
SBY masih ingat betul bagaimana kuatnya sang istri untuk terus bertahan dari serangan kanker tersebut. Doa dan harapan dipanjatkan, namun demikian Tuhan yang menentukan dan memberikan yang terbaik untuk Ani Yudhoyono.
Advertisement
"Selama empat bulan keluarga mendampingi setiap hari, siang dan malam, Bu Ani tahu sakitnya sangat ganas, agresif. Bu Ani bilang, 'saya pasrah tapi tidak akan pernah menyerah, never give up'," ungkap SBY.
Oleh karena itulah, sambung SBY, pada 31 Mei sebenarnya kondisi Ani Yudhoyono sudah sangat drop. Tetapi Ani Yudhoyono memilih berusaha untuk bertahan selama 24 jam.
"Waktu itu saya sadari hanya mukzizat-Mu yang bisa mengubah keadaan. Ternyata Allah mengambil keputusan lain, saya yakin itu keputusan yang terbaik," kata SBY.
Selain menghadapi sakit, SBY juga mengenang bagaimana keduanya saling menguatkan dari serangan bullying.
"Meski sering di-bully, dihina, kami seling memperkuat diri kami masing-masing," kata SBY mengakhiri pidato singkatnya tersebut.
Saksikan Video Terkait Berikut Ini:
Kanker Darah
Ibu Ani wafat Sabtu (1/6/2019), pukul 11.50 waktu Singapura atau sekitar 10.50 WIB.
Jenazah diterbangkan ke Indonesia sekitar pukul 20.30 WIB dan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma sekitar pukul 22.11 WIB.
Ibu Ani berjuang melawan kanker darah yang diidap dan mulai terdeteksi sejak Februari 2019.
Advertisement