SBY: Saya Masih Terus Menata Hati

SBY mengaku tengah menyusun sebuah memoar tentang perjalanan cinta dirinya bersama Ani Yudhoyono.

oleh Rinaldo diperbarui 11 Jul 2019, 04:33 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2019, 04:33 WIB
Momen SBY dan Keluarga Ziarah Makam Di Hari Ulang Tahun Ani Yudhoyono
Momen SBY dan Keluarga Ziarah Makam Di Hari Ulang Tahun Ani Yudhoyono (sumber: instagram/@agusyudhoyono)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan masih terus berupaya menata hati pascawafatnya istri tercinta Ani Yudhoyono. Namun, dia meyakini akan tiba saatnya dimana dirinya akan menerima kenyataan yang ada.

"Saya terus menata hati dan membangun kembali semangat jalan hidup saya yang baru. Dalam keyakinan saya, pada saatnya nanti saya sepenuhnya menerima kenyataan hidup ini," kata SBY dalam acara doa bersama 40 hari wafatnya Ani Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Rabu (10/7/2019).

Ketua Umum Partai Demokrat itu mengaku juga masih terus terkenang sosok almarhumah semasa hidup. Khususnya selama Ani Yudhoyono dirawat di National University Hospital Singapura karena penyakit kanker darah, di mana SBY selalu mendampingi.

Kini, dia mengaku tengah menyusun sebuah memoar tentang perjalanan cinta dirinya bersama Ani Yudhoyono. Termasuk betapa gigihnya Ani bertahan melawan kanker darah yang diderita hingga mengembuskan napas terakhir.

SBY mengakui bahwa dirinya sering kali tidak mudah untuk menulis kisah-kisah itu. Namun, dia terus berusaha meskipun emosinya terkadang mengalami pasang surut.

Pada kesempatan tersebut, SBY juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh sahabat, kolega, dan masyarakat yang terus mendoakan mendiang istrinya.

"Saya tahu banyak sahabat yang hingga hari ini masih mendoakan, termasuk berziarah di Kalibata. Izinkan kami mengucapkan terima kasih," kata SBY.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sambutan Lengkap SBY

Berikut sambutan lengkap SBY dalam acara doa bersama memperingati 40 hari wafatnya Ibu Ani Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, 10 Juli 2019.

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera untuk kita semua.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara, hadirin dan hadirat yang saya muliakan. Dengan terlebih dahulu memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, ijinkan saya atas nama keluarga besar Yudhoyono mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak-Ibu dan hadirin sekalian yang berkenan hadir di tempat ini untuk mendoakan almarhumah Ani Yudhoyono yang telah berpulang menghadap Sang Pencipta 40 hari yang lalu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan, ketulusan dan empati Bapak-Ibu sekalian doa tulus Bapak-Ibu dan para sahabat sekalian untuk almarhumah Hajah Ani Yudhoyono, insyaaallah akan membuat semakin terangnya jalan almarhumah mendapatkan ampunan dan ridha Allah SWT serta mendapat tempat yang sebaik-baiknya di sisi-Nya.

Malam hari ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas atensi, simpati dan doa tulus Bapak-Ibu semua, serta Saudara-saudara kami di seluruh Tanah Air yang tidak hadir di tempat ini, yang diberikan kepada Ibu Ani Yudhoyono sejak almarhumah menjalani pengobatan dan perawatan di Singapura, hingga penyucian, perawatan dan pemindahan jenazah setelah isteri tercinta berpulang, hingga pemakamannya di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata Jakarta.

Sebagaimana Bapak-Ibu sekalian ketahui, selama 4 bulan penuh, siang dan malam, saya mendampingi pengobatan dan perawatan Ibu Ani di National University Hospital, Singapura saya menjadi saksi, betapa Ibu Ani dengan penuh syukur dan rasa haru selalu membalas sendiri, atau terkadang melalui saya, atau juga melalui anak dan menantu kami, untuk mengucapkan terima kasih kepada para sahabat yang mendoakan kesembuhan.

Baik yang menjenguk di rumah sakit meskipun tidak bisa bertemu secara langsung, maupun kepada para sahabat yang mendoakan dari berbagai tempat di Tanah Air, termasuk yang mengirim pesan melalui Instagram, WA dan YouTube.

Saya saksikan sendiri Ibu Ani, sambil menjalani kemoterapi dan pengobatan yang lain, sering pula dengan rasa haru dan air mata yang berlinang, membaca dan atau menyaksikan sendiri semua doa dan pesan di buku tamu atau di Instagram, YouTube, SMS, WA group dan wahana media sosial lainnya.

Kerap pula saya diminta untuk membacakan surat-surat dan juga berita lain, apabila Ibu Ani sedang menjalani transfusi darah dan kemoterapi sehingga tidak memungkinkan untuk membacanya sendiri.

Saya yakin, Saudara-saudara kami rakyat Indonesia banyak yang mengetahui bahwa ketika masih sehat, Ibu Ani selalu membalas dan aktif berkomunikasi langsung dengan siapa pun, tanpa membedakan identitas dan strata sosial dan satu hal, hal seperti itu secara aktif dilakukan oleh Ibu Ani baik pada saat maupun setelah tidak menjadi Ibu Negara.

Amat sering saya mengingatkan kepada istri tercinta bahwa hari telah larut malam, agar dia berhenti dulu berkomunikasi dan bisa dilanjutkan esok paginya, namun istri tercinta sering menjawab bahwa isu yang disampaikan masyarakat itu dinilai penting, sehingga harus direspons dan ditindaklanjuti.

Nampaknya, sikap, karakter dan kebiasaan itu tetap dilakukan selama menjalani pengobatan atas penyakit kanker darah yang dideritanya kecuali kalau keadaan kesehatannya sedang drop, atau tengah dirawat di ICU.

Sekali lagi, melalui mimbar ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas segala doa, atensi, empati dan bantuan Bapak-Ibu dan Saudara-saudara kami rakyat indonesia yang diberikan kepada almarhumah

Kami tahu, banyak sahabat yang hingga hari ini masih mendoakan almarhumah, termasuk yang berziarah di Kalibata, ijinkan pula saya dan keluarga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Bapak-Ibu, hadirin sekalian yang saya hormati.

Banyak yang ingin tahu apa yang saya dan keluarga lakukan di hari-hari sekarang ini. Terus terang, minggu-minggu ini, bahkan bulan-bulan ini saya dan keluarga sedang menjalani healing process.

Saya tengah mengatasi rasa duka, deep grief dan juga rasa kehilangan, great loss yang amat dalam dengan berpulangnya isteri tercinta, Ani Yudhoyono, menghadap sang kholik meskipun saya sungguh ihlas & telah 4 sepenuhnya menerima takdir allah ini.

Meskipun juga dengan logika dan common sense yang saya miliki, saya sungguh mengerti mengapa akhirnya isteri tercinta tidak bisa bertahan dari penyakit yang dideritanya.

Namun, sebagai manusia biasa, manusia yang punya hati, punya rasa dan juga punya memori, utamanya segala memori yang indah sweet memories, yang kami miliki selama 43 tahun membangun kehidupan bersama, dalam suka dan duka, tentulah tidak serta merta saya bisa membebaskan diri dari rasa duka dan kehilangan yang saya alami

Saat ini Bapak Ibu dan para sahabat, saya masih terus menata hati, dan membangun kembali semangat dan jalan hidup saya yang baru, reinventing my new life.

Dalam healing process yang tengah saya lakukan, dengan keyakinan bahwa pada saatnya nanti saya bisa sepenuhnya menerima kenyataan hidup ini, saat ini saya sedang menulis memoar. Melalui memoar ini, saya ingin mengabadikan kenangan indah saya bersama isteri tercinta, utamanya di hari-hari terakhirnya.

Rasanya banyak yang ingin saya tulis dalam memoar tersebut. Namun, ternyata mengungkapkannya sering tidak mudah ketika perasaan atau emotions saya sedang mengalami pasang dan surut ups dan downs.

Barangkali para sahabat Ibu Ani tidak mengetahui semuanya apa yang dilakukan isteri tercinta 4 bulan terakhir, dalam pergulatan dan upaya gigihnya melawan kanker darah yang menyerangnya.

Meskipun sebagai suami belahan jiwa saya tentu amat mengerti karakter, kepribadian dan bagaimana seorang Ani Yudhoyono menghadapi tantangan kehidupan semasa hidupnya.

Namun, mendampingi dan menyaksikan sendiri apa yang isteri tercinta pikirkan, katakan dan lakukan hingga akhir hayatnya mungkin akan ada yang mengatakan bahwa cerita tentang hari-hari terakhir Ani Yudhoyono, tentu bersama saya suami belahan jiwanya adalah too good to be true.

Tetapi, kalau boleh saya sampaikan para sahabat, sekaligus menutup kata sambutan ini jika kebersamaan suami dan isteri itu selalu diikat oleh cinta dan kesetiaan yang sejati serta diwujudkan dalam caring dan sharing, segala yang dimustahilkan bisa benar-benar menjadi kenyataan.

Bapak-Ibu hadirin sekalian yang saya cintai.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Terima kasih atas perkenan hadirin sekalian untuk mendengarkan sambutan saya ini, terutama atas kesabaran Bapak-Ibu untuk mendengarkan curahan hati saya yang sedang menapaki hari-hari baru, hari-hari berat, namun tetap menjaga optimisme saya dan saya percaya bahwa akan selalu ada hari esok yang baik, hari esok yang dirahmati Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sekian, wasalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya