Pilkada Berdarah di Ilaga Sewindu Lalu

Tak berhenti, bentrokan justru meluas keesokan harinya dan jumlah korban pun bertambah.

oleh Rinaldo diperbarui 30 Jul 2019, 07:33 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2019, 07:33 WIB
ilaga berdarah
Pembakaran jenazah korban bentrok massa pendukung calon bupati di Ilaga, Puncak, Papua. Akibat bentrok, 21 orang tewas.

Liputan6.com, Jakarta - Sabtu 30 Juli 2011, catatan kelam dalam sejarah demokrasi di Indonesia, khususnya di Bumi Papua ditorehkan. Hari itu, terjadi bentrok berdarah antarpendukung calon bupati di Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua lantaran dipicu rekomendasi ganda dari Partai Gerindra.

Partai Gerindra merekomendasikan Elfis Tabuni-Herry Dosinaen dan Simon Alom-Josia Tenbak maju selaku calon Bupati Puncak. Elfis mengaku memiliki rekomendasi dari DPC Partai Gerindra Kabupaten Puncak. Bahkan, ia mengklaim telah mendaftar terlebih dahulu.

Tak mau kalah, kubu Simon menyatakan, Ia telah mengantongi rekomendasi dari DPD Partai Gerindra Provinsi Papua dan pusat.

"Jadi kami KPU Puncak mau tegaskan bahwa persoalan di Puncak, bukan karena masalah tahapan proses pemilukada yang dibuat KPU. Akan tetapi murni karena masalah intern di antara dua kandidat yang merebutkan kursi Gerindra," ungkap Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Puncak Nas Labene.

KPU Puncak pun belum memberikan persetujuan kepada pasangan Simon Alom dan Josia Wandik. Apalagi, proses administrasi kubu Simon belum lengkap. Bahkan, KPU menolak lantaran partai pendukung Simon telah mencabut dukungan yang dilakukan melalui Ketua DPD Partai Gerindra Thomas Tabuni.

Pencabutan dukungan itu membuat Simon dan massa pendukungnya marah, sehingga bentrok antara pendukung Simon dan Thomas terelakkan pada Sabtu berdarah itu. Bentrokan dengan menggunakan senjata tajam seperti panah dan batu tersebut menimbulkan dua orang tewas dan seorang luka-luka.

Tak berhenti, bentrokan justru meluas keesokan harinya dan jumlah korban pun bertambah. Berikut kronologi Ilaga berdarah.

Senin 25 Juli 2011, pasangan calon Bupati Wilem Wandik dan calon Wakil Bupati Repinus Telenggen mendaftar ke Kantor KPU Kabupaten Puncak. Pasangan ini diusung oleh partai PDIP, Demokrat, PKB, Pelopor, PPD, PBN, PPDI, PKS, PKID, Hanura, dan PDS.

Selang dua hari, pada Rabu 27 Juli 2011, pasangan calon Bupati Elvis Tabuni dan Wakil Bupati Heri Dosinaen mendaftar ke KPUD yang disung oleh Partai PIB, Gerindra, PNBKI, PPPI, PNI, dan PPD. Sedangkan pada Jumat 29 Juli 2011, pasangan calon Bupati Ruben Wakerkwa dan wakilnya Septinus Pahabol juga mendaftar. Mereka diusung Partai Pelopor, PNBKI, PPD, PKP, dan PAN.

Kekisruahan mulai muncul ketika Thomas Tabuni dan kawan-kawannya mendatangi kantor KPUD, Jumat 29 Juli 2011, sekitar pukul 09.00 WIT. Kedatangan Tabuni di KPUD itu untuk memberitahukan bahwa dirinya adalah Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kabupaten Puncak.

Selain itu, Tabuni juga memberikan laporan DPC Gerindra Kabupaten Puncak tidak pernah memberikan rekomendasi kepada pasangan Simon Alom-Yosia Tenbak untuk maju sebagai Bupati dan wakil Bupati.

Usai memberikan keterangan itu mereka pergi. Pukul 12.00 WIT, Thomas Tabuni kembali lagi bersama rekan-rekannya ke KPUD menunjukkan Surat Keputusan (SK) pergantian. Dalam SK yang dipegang Tabuni tertera bahwa Thomas Tabuni mengganti Amir Mahmud Madubun.

SK itu terbit sejak 27 Juli 2011. Atas laporan itu, KPUD setempat mempertimbangkan kondisi pergantian itu. Langkah selanjutnya, Sabtu 30 Juli 2011, KPUD setempat menyurati Partai Gerindra agar menyelesaikan permasalahan internal partai.

"Kami layangkan surat itu ke ketua tim sukses dan DPP Gerindra. Tapi, mereka tidak tanggapi surat itu. Sebaliknya, Ketua DPD Gerindra Amir Mahmud malah mengancam akan menggugat KPUD. Mereka terus bersikeras untuk menyerang," kata Kepala divisi sosialisasi KPU Kabupaten Puncak, Yorin Tabuni saat dikonfirmasi di Jayapura, Kamis 4 Agustus 2011.

 

Belasan Korban Jiwa

111009terk3_ilaga.jpg
Massa dari calon yang bertikai dalam Pilkada Ilaga 2011.

Pada Sabtu 30 Juli 2011, ada dua pasangan balon yang mendaftarkan diri. Masing-masing Petrus Tabuni-Jansen F Tinal dan Yopi Murib-Yoel Yolemal. Petrus dan Jansen diusung Partai Golkar, PPI dan PMB. Sementara Yopi dan Yoel maju secara independen.

Pada hari yang sama, pasangan balon Bupati dan Wakil Bupati Simon Alom-Yosia Tenbak juga mendaftar ke KPUD. Mereka diusung partai PBR, Gerindra, PKPI, dan PDP. Keduanya mendaftar sekitar pukul 14.00 WIT.

Ketua KPUD setempat Nas Labene menyarankan agar kedua pasangan itu agar menyelesaikan permasalahan internal yang melilit partai Gerindra berdasarkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai.

Nas Lebene mengatakan pada, pada prinsipnya KPUD siap menerima berkas dari Simon Alom-Yosia Tenbak. Tetapi, menyangkut persoalan internal di Gerindra, KPUD memberikan kesempatan kepada kedua balon itu untuk menyelesaikannya dihari itu dengan batas waktu sampai pada pukul 24.00 WIT.

"Kami tidak bisa menyelesaikan persoalan partai. Karena itu masalah internal partai yang harus diselesaikan di dalam partai itu sendiri. KPUD tidak punya hak," kata Nas Lebene.

Mendengar penjelasan tersebut, wakil DPD Gerindra Provinsi Papua Amir Mahmud Madubun tak menerima. Bahkan, Mahmud mengancam akan menggugat KPUD Puncak sekaligus melapor ke KPU Provinsi.

Sekitar pukul 14.20 WIT, massa dari pasangan Elvis Tabuni-Heri Dosinaen menyerang kantor KPU Puncak. Mereka juga menyerang massa dari pasangan Simon Alom-Yosia Tenbak. Massa penyerang menggunakan senjata tajam yakni jubi, panah, dan parang.

Ketika penyerangan berlangsung, Simon Alom-Yosia Tenbak dan wakil DPD Gerindra Amir Mahmud Madubun berupaya mengamankan diri ke kantor KPUD.

Pertikaian hari Sabtu itu sempat berhenti. Namun, pada Minggu 31 Juli 2011 sekitar pukul 17.00 WIT, pertikaian kembali pecah. Massa dari Simon Alom-Yosia Tenbak menyerang pendukung Elvis Tabuni dan Heri Dosinaen. Bentrokan berkenpanjangan dihari itu hingga menelan belasan korban.

Massa dari Simon Alom membakar sejumlah honai (rumah adat) dan menyerang anggota DPRD Puncak. Rumah Ketua DPRD Elvis Tabuni beserta mobil dinasnya yang terparkir di halaman rumah juga dibakar. Keluarga Elvis Tabuni dievakuasi ke kantor KPU Puncak.

Pertikaian itu menelan belasan korban jiwa. Seperti diberitakan, pada Sabtu 30 Juli 2011 hingga Minggu 31 Juli 2011, bentrokan antara dua massa pendukung bakal calon Bupati Puncak tersebut mengakibatkan 17 orang tewas. Sejumlah rumah, honai dan mobil hangus terbakar. Senin 1 Agutus 2011 keesokan harinya, dikabarkan korban bertambah menjadi 19 orang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya