Cerita Warga Banyuwangi 'Ketuk' Istana Bogor Tagih Janji Jokowi

Warga Dusun Pancer, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mendatangi Istana Bogor.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 02 Des 2019, 04:08 WIB
Diterbitkan 02 Des 2019, 04:08 WIB
Warga Banyuwangi datangi Istana Bogor mengadu nasib.
Warga Banyuwangi datangi Istana Bogor mengadu nasib. (Achmad Sudarno/Liputan6.com)

Liputan6.com, Bogor - Warga Dusun Pancer, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mendatangi Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (1/12/2019).

Setelah menempuh perjalanan selama 5 hari dengan cara naik bus, keenam perwakilan warga Dusun Pancer ini berharap bisa bertemu langsung dengan Jokowi yang suka keliling dan menyapa warga di sekitar istana pada akhir pekan.

Kemudian, mengadu langsung dan memberikan sepucuk surat dan mendesak Presiden Jokowi menerbitkan sertipikat tanah yang ditempati warga Dusun Pancer.

Miswati salah satu warga Dusun Pancer mengungkapkan, kedatangannya ke Bogor sebagai upaya menagih janji Jokowi pada saat kampanye di Banyuwangi. Saat itu, Jokowi berjanji akan menerbitkan sertipikat tanah yang ditempati warga sejak tahun 1974. Bahkan ada yang sudah jauh sebelumnya.

"Pak Jokowi pernah menjanjikan waktu kampanye di Banyuwangi. Waktu itu Pak Jokowi berucap 'kita mau minta sertifikat yang di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Yang dijanjikan Pak Jokowi gitu. Ya ya ya. Bilangnya tiga kali," kata Miswati ditemui depan Istana Bogor, Minggu (1/12/2019).

Miswati mengaku jika dia dan warga Dusun Pancer lainnya sudah berusaha sudah lebih dari 10 tahun mengurus sertipikat tanah, tetapi hingga kini belum ada hasilnya.

"Kami wis ngurusi, tapi kok gak enek tembusannya blas. Neng pemerintah itu gimana," ucap Miswati.

Sementara itu, Sarjono menjelaskan, tanah seluas 29,2 ribu hektare yang dihuni sekitar 3.000 kepala keluarga (KK) atau kurang lebih 6.000 jiwa itu, akan digunakan tambang emas yang berdekatan dengan pantai yang terkenal dengan keindahan alamnya.

"Mau ditambang di sebelahnya, tambang emas. Jadi kita ke sini gak mau bahwa itu sudah kami tempati selama ini," ungkapnya.

Selain Dusun Pancer, setidaknya ada tiga lokasi lalinnya yang akan terkena perluasan tambang emas, yakni Salakan, Gondorewo dan Lompongan.

"Yang ditambang sebelumnya sudah lama. Mau diperluas kena di belakang rumah kita. Ya tidak mau," ujar Sarjono.

Situasi Memanas

Semetara itu, Gito Rolis warga Dusun Pancer lainnya mengungkapkan, kondisi dan suasana di Dusun Pancer sudah sejak satu bulan terakhir ini memanas. Ada kekhawatiran warga pemukiman penduduk hilang dari peta Banyuwangi seiring adanya perluasan area penambangan emas dari Bukit Tumpak Pitu ke Bukit Lompongan dan Bukit Salakan.

"Perusahaan tambang berusaha mendekat ke arah pemukiman dengan cara mengeksplorasi Bukit Lompongan dan Bukit Salakan, dan itu sangat dekat dengan tempat kami berada," beber Gito Rolis.

Sebelum mendatangi Istana Bogor, perwakilan warga juga sempat mendatangi Kantor Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

"Kita kemarin dari KLHK mengadukan aktivitas tambang yang berusaha untuk mengeruk lahan kita. Yang kita khawatirkan dampak lingkungan di situ," kata dia.

Warga khawatir limbah, debu, dampak lingkungan lainnya mengusik ketenangan dan kesejahteraan masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan.

Rencananya, warga Banyuwangi itu akan bertahan di Bogor hingga bisa bertemu dengan Jokowi. Mereka akan kembali ke Banyuwangi, setelah aspirasinya sampai langsung ke Jokowi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya