Liputan6.com, Jakarta Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memaksa aktivitas seluruh manusia dibatasi. Jangankan untuk berlibur setelah lebaran, berkegiatan di luar rumah pun perlu dipilah prioritasnya.
Namun, rasa penat dan bosan yang dirasakan warga setidaknya bisa terobati dengan wisata virtual di Taman Margasatwa Ragunan. Kali ini, pihak Ragunan mengadakan siaran langsung melalui akun Instagram @ragunanzoo, untuk melihat aktivitas dua ekor orang utan Sumatera.
Ratna dan Dio, sepasang ibu dan anak jantan orang utan Sumatera. Ratna berusia 22 tahun, sedangkan sang anak, Dio, berusia 7 tahun.
Advertisement
Dua orang utan itu terlihat asik bergelantungan pada beberapa rantai yang ada di kebun binatang Ragunan. Tempat mereka bermain tampak bersih, dengan suara gemericik air.
Di taman yang didominasi dengan warna hijau itu juga terdapat gantungan berbentuk bundar. Gantungan itu biasanya ditunggangi orang utan untuk berayun.
Azizah, perawat orang utan menerangkan bahwa kandang primata itu sengaja dibuat semirip mungkin dengan habitat aslinya di hutan. Hal itu tercermin dengan adanya pohon-pohon setinggi kurang lebih 2 meter.
"Dengan begini, insting mereka tidak hilang seperti hidup di alam liar," terang Azizah, Minggu (31/5/2020).
Masih dalam nuansa lebaran, pihak pengelola Ragunan juga menggantung sejumlah ketupat. Ratna dan Dio sangat senang mengambil ketupat-ketupat tersebut.
Jika ketupat lazimnya berisi beras, untuk dua ekor orang utan menggemaskan tersebut diisi kurma, kismis, dan kacang-kacangan. Dio, terhitung memakan 3 hingga 4 ketupat.
"Isi ketupatnya itu kacang, kismis dan kurma. Dan juga makanan orang utan itu buah-buahan dan sayur-sayuran," ujar Azizah.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Interaksi Penonton Virtual
Saat siaran sedang berlangsung, Ratna telihat mencabut dua pohon pisang hanya menggunakan satu tangan. Pohon itu kemudian dibawa bergelantungan ke sisi lain. Azizah mengatakan, kekuatan orang utan bisa 10 kali lebih kuat dari manusia.
"Mungkin bisa 10 kali lipat dari manusia."
Pohon pisang, dan beberapa tanaman yang dicabut kemudian dijadikan Ratna dan Dio sebagai alas mereka untuk duduk. Sesekali Dio bermain-main dengan daun-daunnya untuk bermain petak umpet.
"Kalau di alam liar daun-daun itu mereka jadikan untuk sarang mereka," kata Azizah.
Pihak Ragunan memberikan kesempatan bagi penonton yang menyaksikan siaran langsung itu untuk berinteraksi. Kebanyakan dari mereka menanyakan masa hidup orang utan.
"Kalau di alam liar masa hidup orang utan bisa 40 sampai 50 tahun, kalau di penangkaran bisa lebih lama, sekitar 55 tahun karena orang utan tidak terancam dari perburuan satwa liar, pembebasan lahan dan ancaman-ancaman lainnya," jelas Azizah.
Â
Reporter: Yunita Amalia/Merdeka.com
Advertisement