Jadi Sumber Penularan COVID-19, Pedagang Pasar Cileungsi Keluhkan Sepinya Pengunjung

Para pedagang di Pasar Cileungsi Kabupaten Bogor Jawa Barat kini mengeluhkan sepi pembeli setelah tempatnya menjadi klaster penularan virus corona COVID-19.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 10 Jun 2020, 22:10 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 22:10 WIB
Ilustrasi pasar basah
Ilustrasi pasar basah. (Liputan6/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Para pedagang di Pasar Cileungsi Kabupaten Bogor Jawa Barat kini mengeluhkan sepi pembeli setelah tempatnya menjadi klaster penularan virus corona COVID-19.

"Pasar saat ini kondisinya sepi setelah kemarin sempat ditutup. Banyak keluhan dari pedagang yang penghasilannya berkurang," ujar Staf Humas dan Keamanan Pasar Cileungsi, Ujang Rasmadi di Bogor, Rabu (10/6/2020).

Menurut dia, pedagang beranggapan sepinya Pasar Cileungsi karena ada pembatasan pengunjung oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bogor.

Ujang mengatakan, pembatasan pengunjung itu menimbulkan kecemburuan pedagang Pasar Cileungsi kepada pedagang kaki lima (PKL) di luar pasar yang operasionalnya tidak mendapat pembatasan dari gugus tugas.

"Ada timbul (permasalahan) seperti itu, karena pedagang yang di dalam yang jelas legal diperlakukan seperti itu (dibatasi) sementara yang di luar diabaikan," jelasnya.

Kondisi tersebut membuat pedagang Pasar Cileungsi bereaksi atas kekecewaannya kepada tim gugus tugas dengan cara menolak pelaksanaan tes cepat atau rapid test massal. Para pedagang mengusir rombongan tenaga medis yang hendak menggelar rapid test di Pasar Cileungsi pada Rabu (10/6/2020) pagi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pedagang Menolak Rapid Test

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Mike kaltarina membenarkan penolakan tersebut. Ia mengaku tengah menelusuri terlebih dahulu musabab penolakan rapid test COVID-19 oleh para pedagang Pasar Cileungsi.

"Iya, sedang ditelusuri kejadian sebenarnya seperti apa nanti ada tim yang ke sana," ujar Mike saat dikonfirmasi.

Seperti diketahui, Bupati Bogor Ade Yasin menyebutkan bahwa hingga kini sudah ada 26 pasien COVID-19 dari klaster pasar di sebelah timur Kabupaten Bogor itu.

Satu di antaranya yaitu tukang daging yang merupakan laki-laki usia 30 tahun telah wafat karena terinfeksi COVID-19, dan sempat menularkan istrinya yang berusia 23 tahun, adiknya seorang laki-laki usia 17 tahun, dan anaknya seorang perempuan yang berusia 1,5 tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya