Bupati Banyuwangi Paparkan Bukti Budaya Lokal Bisa Datangkan Kesejahteraan

Selama ini, banyak pihak yang menganggap kebudayaan lokal Indonesia tak bersifat komersial.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 16 Jun 2020, 17:47 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2020, 16:18 WIB
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas paparkan bagaimana visi pariwisata Banyuwangi di tengah masa pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - Kader PDI Perjuangan (PDIP) yang merupakan Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas, menyatakan pihaknya sudah membuktikan ekspresi kebudayaan lokal mampu menghidupi masyarakat di kotanya secara ekonomi.

Selama ini, banyak pihak yang menganggap kebudayaan lokal Indonesia tak bersifat komersial. Namun, praktik di Banyuwangi, daerah yang dulu kemiskinannya tinggi di Jawa Timur membuktikan sebaliknya.

"Kami melaksanakan pengembangan kebudayaan lokal yang mensejahterakan masyarakat. Dengan kebudayaan membuat rakyat lebih guyub, lebih nyaman, lebih tenang," kata Anas saat berbicara dalam webinar kedua dengan tema Rakyat Sumber Kebudayaan Nasional, yang digelar dalam rangkaian kegiatan Bulan Bung Karno 2020, Rabu (16/6/2020).

Dia menjelaskan Banyuwangi melakukan dua strategi. Pertama, melakukan penyediaan ruang ekspresi budaya bagi rakyat untuk memperkuat kebudayaan nusantara. Strategi kedua, pengembangan kebudayaan lokal untuk kesejahteraan masyarakat untuk memperkuat Banyuwangi.

Dengan itu, maka Pemerintah Daerah Banyuwangi melaksanakan berbagai festival seni dan budaya yang buka hanya sekedar peristiwa pariwisata yang mendatangkan orang dan uang, namun juga alat konsolidasi kebudayaan. Sebab di sana terjadi dialog, penyiapan, materi, yang melibatkan masyarakat.

"Tahun sekarang saja ada 123 event. Hampir sebagian besar dibuat oleh rakyat sendiri. Swadaya oleh rakyat, mayoritas dibuat oleh sanggar-sanggar. Bedanya Banyuwangi dengan kabupaten lain adalah kami tidak melibatkan koreografer hebat dari Jakarta. Tak dibuat oleh EO, namun dari kampung-kampung, rata-rata kaum Marhaen," beber Anas.

Di Alun-alun Banyuwangi, dilaksanakan acara Banyuwangi Culture Everyday setiap malam, terkecuali hari besar seperti Lebaran. Anak-anak muda didorong menunjukkan ekspresi budaya lokal di tempat itu.

"Mereka sebagian kita berikan honor untuk kelompok-kelompok seninya. Sehingga seniman-senimannya menjadi berdaya karena dia menjadi kurator dari kesenian ini dan mendapat honor. Rata-rata kaum Marhaen di tempat ini," ujarnya.

Dampak pengembangan kebudayaan lokal ini, wisatawan ke Banyuwangi dulunya hanya sekitar 491 ribu orang, kini mencapai 5,3 juta orang per tahun. Jika dahulu tingkat kemiskinan warga Banyuwangi di angka 20,4 persen, kini turun menjadi 7,52 persen. Salah satu terendah di Jatim.

"Ini sejalan dengan amanat yang disampaikan Ibu Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri, agar kebudayaan terus ditumbuhkan. Kita lihat Bodjonegoro yang kaya minyak saja masih 12 persen kemiskinannya," kata Azwar Anas.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Budaya DNA Bangsa

Sementara itu, Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDIP Rano Karno menyatakan bahwa kebudayaan adalah identitas utama alias DNA sebuah bangsa yang berdaulat, memiliki peran strategis dalam ketahanan sebuah negara.

"Kebudayaan itu adalah DNA sebuah bangsa," tegas Rano.

Dia pun menyinggung soal film yang menjadi bagian dari ekspresi kebudayaan. Dan memang sejak zaman perjuangan Indonesia, film menjadi sebuah strategi untuk memajukan sebuah Kebudayaan nasional.

"Jadi film itu bukan hanya sebagai hiburan semata, tapi ada tujuan," katanya.

Di UU Nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman, diatur bahwa film sebagai karya seni budaya memiliki peran strategis dalam meningkatkan ketahanan kebudayaan bangsa.

"Jadi tujuan utamanya adalah menjaga keutuhan Kebudayaan bangsa daripada serangan budaya lain. Itu tujuan utamanya. Dan kesejahteraan rakyat lahir batin untuk memperkuat ketahanan nasional. Jadi ini untuk self defense agar ideologi kita tidak terganggu. Karena itu negara bertanggung jawab memajukan perfilman," ulasnya.

Sementara itu, Ulama NU KH Ahmad Muwafiq menyadari budaya Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa lain. Baik dari pengaruh negara maupun agama, turut mempengaruhi kultur Indonesia.

Namun, pria yang akrab disapa Gus Muwafiq menekankan bahwa Indonesia memiliki Pancasila yang akhirnya mampu memfilterisasi budaya-budaya asing.

"Akan tetapi memilih Indonesia tetap menjadi Indonesia adalah satu pilihan yang benar matang yang dalam hal ini dipimpin revolusioner besar yang namanya Bung Karno. Makanya Bung Karno ini satu sosok yang sampai hari ini sulit ditemukan padanannya. Di mana pada zaman seperti itu, orang bisa diajak bersatu. Satu bahasa Indonesia, satu tanah air Indonesia. Itu bukan sesuatu yang mudah," tukasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya