Sekjen Kagama: Kartu Prakerja Harus Adaptif dalam Situasi Pandemi

Ari mengatakan, Kartu Prakerja sebagai sebuah inovasi, policy reform yang dibuat terbuka akan kritik untuk upaya penyempurnaan kebijakan ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jul 2020, 06:29 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2020, 06:29 WIB
kagama
Seminar Kagama Inkubasi Bisnis (KIB) XIII bertopik Kupas Tuntas Kartu Prakerja yang digelar secara daring, Sabtu (11/07/2020). (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Kartu prakerja harus dilihat sebagai bagian dari policy reform. Sederhananya, sebagai sebuah terobosan dalam menghadapi masalah struktural yang cukup panjang.

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP Kagama) AAGN Ari Dwipayana menyampaikan, Indonesia sudah menghadapi berbagai persoalan terkait ketidakseimbangan antara kebutuhan dunia kerja dengan kualitas SDM yang tersedia.

"Ketidakseimbangan ini menjadi masalah struktural yang cukup panjang, sehingga perlu ada jembatan untuk menyambung tingkat kompetensi dari pencari kerja dengan harapan penyedia kerja," ujarnya dalam seminar Kagama Inkubasi Bisnis (KIB) XIII bertopik Kupas Tuntas Kartu Prakerja yang digelar secara daring, Sabtu (11/07/2020).

Selain Ari, hadir dalam seminar tersebut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai keynote speaker, serta para narasumber yaitu Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari, Head of Government to Person Payment PT Fintek Karya Nusantara (LinkAja) Marcella Wijayanti, Founder Katadata Insights Center Metta Dharmasaputra, dan bertindak sebagai moderator adalah presenter TV One Brigita Manohara, .

Ari mengatakan, Kartu Prakerja sebagai sebuah inovasi, policy reform yang dibuat terbuka akan kritik untuk upaya penyempurnaan kebijakan ini. 

"Ada ruang-ruang yang perlu disempurnakan, maka adanya kritik dapat membuat policy reform ini semakin baik. Ini yang mesti dibuka. Kagama setuju jika ruang untuk kritik dibuka, evaluasi perlu terus dilakukan, dan berbagai perbaikan dilaksanakan," jelasnya.

Lebih lanjut Ari mengatakan, Kartu Prakerja harus adaptif terhadap situasi yang tengah dihadapi bangsa. Kendati terdapat problem struktural strategis jangka panjang, namun ada problem riil yang tengah dihadapi masyarakat.

Indonesia, kata Ari, tidak hanya menghadapi krisis kesehatan. Tetapi, juga krisis ekonomi yang memukul permintaan, produksi, hingga supply, dan kemudian meruntuhkan banyak sektor usaha.

Hal ini berbuntut pada terjadinya PHK karyawan oleh sejumlah perusahaan. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

Alumnus Departemen Politik dan Pemerintahan ini yakin, lebih dari tiga juta pekerja terdampak akibat Covid-19. Dia berharap, keberadaan Kartu Prakerja juga mampu menjawab berbagai persoalan ini.

"Kita juga melihat fakta bahwa kebutuhan masyarakat di masa pandemi tidak hanya skill, tetapi juga kebutuhan dasar. Untuk itu keduanya harus dikombinasikan," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tata Kelola dan Etika

Koordinator Staf Khusus Presiden ini menegaskan, ada ruang-ruang yang perlu diperkokoh dan diperbaiki terkait tata kelola, etika, juga kerangka punishment. Kagama mendukung upaya ini, agar program Kartu Prakerja bisa diimplementasikan dengan lebih baik.

Sebab, situasi yang dihadapi saaat ini sumber daya negara terbatas, karena itu yang penting bukan kerangka regulasi, tapi untuk juga perlu penguatan budaya empati dan solidaritas. Tentunya penyempurnaan ini akan bermanfaat bagi keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang tepat sasaran.

"Kita bernegara tidak hanya mengedepankan tata kelola, regulasi, dan punishment. Tetapi juga kerangka budaya, etika, solidaritas, simpati, empati. Ini harus kita perkuat, kita bangun," tegas pria asal Ubud, Bali ini.

"Misal kalau memang tidak butuh bantuan sosial ya jangan diambil, berikan pada orang lain yang lebih membutuhkan. Jangan sampai yang bukan haknya diambil. Karena masih banyak orang lain yang membutuhkan bantuan," imbuh dia.

Di samping itu, penting juga dipikirkan langkah selanjutnya setelah pelaksanaan Kartu Prakerja, terutama tahap yang harus ditempuh para peserta Kartu Prakerja setelah kompetensinya berhasil dikembangkan.

"Apakah akan menjadi entrepreneur, membangun usaha sendiri, atau menjadi pegawai? Di sini kami harapkan masukan dari Kagama dan mendorong pemerintah untuk membangun ekosistem yang lebih baik,"

"Entah ekosistem entrepreneurship atau ekosistem dunia usaha, sehingga ada konektivitas antara keterampilan yang sudah didapat dengan ekosistem dunia kerja yang peserta pilih," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya