Libur Natal dan Tahun Baru, Satgas Ingatkan Gelombang Covid-19 Ketiga

Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat akan potensi lonjakan gelombang Covid-19 ketiga di Indonesia imbas libur Natal dan Tahun Baru.

oleh Yopi Makdori diperbarui 30 Sep 2021, 20:27 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2021, 20:14 WIB
Wiku Adisasmito
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers perkembangan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 15 Juni 2021. (Tim Komunikasi Satgas COVID-19/Damar)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat akan potensi lonjakan gelombang Covid-19 ketiga di Indonesia imbas libur Natal dan Tahun Baru.

"Dengan adanya lonjakan ketiga yang dihadapi berbagai negara di dunia. Serta melihat dari pola kenaikan kasus setelah event atau kegiatan besar di Indonesia, kita tetap perlu waspada dan mengantisipasi lonjakan ketiga di Indonesia," kata dia dalam konferensi pers daring, Kamis (30/9/2021).

Belajar dari pola lonjakan Covid-19 sebelumnya, Wiku menerangkan bahwa gelombang kenaikan pandemi kerap terjadi usai adanya pelonggaran dan acara-acara besar semisal Idulfitri, Maulid Nabi Muhammad SAW, Natal serta Tahun Baru.

"Pembatasan mobilitas dan kegiatan sosial ekonomi yang mulai dilonggarkan perlahan menjadi kekuatan yang akan berubah menjadi tantangan apabila tidak dibarengi dengan protokol kesehatan yang ketat. Dengan adanya wacana perizinan kegiatan besar, ditambah lagi kita segera memasuki periode Natal dan Tahun Baru, kehati-hatian dan tidak gegabah dalam menjalankan aktivitas perlu menjadi modal dasar kita," ujar dia.

Menurut Wiku, berangkat dari pola sebelumnya, kasus Covid-19 mulai turun ketika pemerintah memberlakukan pembatasan. Begitu kasus turun dan pembatasan mulai dilonggarkan, kasus akan meningkat perlahan.

"Hal ini menunjukkan bahwa upaya kita untuk menjaga protokol kesehatan 3M belum maksimal dan belum dapat menjadi faktor utama penurunan kasus Covid-19," kata dia.

 

Pembatasan Sosial

Saat ini faktor utama penurunan kasus di Indonesia, kata Wiku didorong oleh pembatasan sosial. Padahal hal itu tak bisa dilakukan secara terus menerus lantaran amat berdampak negatif terhadap ekonomi nasional.

"Untuk itu sekali lagi saya tekankan bahwa apa pun upaya yang akan dilakukan, jika pelaksanaan dan pengawasan protokol kesehatan tidak kuat, maka hal-hal tersebut tidak akan berjalan dengan efektif," tegas Wiku.

Dia menekankan bahwa pembatasan kegiatan masyarakat tak bisa selamanya dilakukan. Satu-satunya cara yang miskin risiko untuk dilakukan terus menerus adalah disiplin prokes.

"Selalu memakai masker ke mana pun kita pergi dan sebisa mungkin tidak berkerumun. Ini adalah hal yang paling mudah dan murah yang bisa kita lakukan," kata Wiku.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya