DPRD DKI Nilai Sumur Resapan Dekat KBT Tidak Bermanfaat

"Kalau kita mau jujur sangat tidak bermanfaat dibandingkan dengan alokasi anggaran yang begitu besar. Sangat tidak bermanfaat," kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Nov 2021, 23:08 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2021, 23:08 WIB
Pengerjaan Sumur Resapan di Kebayoran Baru
Pekerja sedang menyelesaikan pengerjaan sumur resapan di Jalan Mataram Raya, Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa (12/10/2021). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tengah mempercepat pembangunan sumur resapan yang ditargetkan terbangun di 22.292 titik. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan sumur resapan di kawasan Kanal Banjir Timur (KBT) dinilai tidak bermanfaat. Sumur resapan merupakan salah satu program Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan untuk mengurangi titik banjir di Ibu Kota.

"Kalau kita mau jujur sangat tidak bermanfaat dibandingkan dengan alokasi anggaran yang begitu besar. Sangat tidak bermanfaat," kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono, Jumat (12/11/2021).

Menurut Gembong, anggaran untuk pembangun sumur resapan pada 2021 lebih dari Rp 400 miliar. Sementara untuk 2022 direncanakan mencapai Rp 100 miliar.

Dia pun mendorong anggaran untuk pembangun sumur resapan pada 2022 ditiadakan. Sebab, saat ini sumur resapan tidak bermanfaat.

"Kita minta ke teman-teman untuk didrop karena kita lihat di 2021 ternyata tidak sangat signifikan manfaatnya," jelasnya.

Gembong berpendapat anggaran pembangunan sumur resapan sebaiknya dialihkan ke program penanggulangan banjir. Misalnya untuk normalisasi sungai-sungai yang ada di Jakarta.

"Mau tidak mau normalisasi. Jadi jangan mimpilah dengan naturalisasi karena ya gimana ya, dia mimpi naturalisasi tapi tidak dieksekusi juga," ujarnya.

Tak Ada Gunanya

Sebelumnya, Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) mengkritisi pembangunan sumur resapan di atas trotoar jalan kawasan Kanal Banjir Timur. Pembangunan ini dinilai tidak tepat karena sumur resapan lebih tinggi daripada jalan raya.

"Terlihat betul air justru tidak masuk ke dalam sumur resapan karena posisinya yang salah," kata Ketua FAKTA, Azas Tigor Nainggolan, melalui siaran pers, Kamis (11/12/2021).

Tigor merasa janggar sumur resapan dibangun dekat Kanal Banjir Timur. Padahal, keberadaan Kanal Banjir Timur sudah cukup untuk mengendalikan banjir.

"Tidak perlu lagi membuat sumur resapan di sekitar sungai BKT karena sudah ada BKT sebagai tempat menampung dan menyalurkan air," ujarnya.

Menurut Tigor yang dibutuhkan saat ini dalam pengendalian banjir ialah membuat dan memperbaiki saluran sekunder. Saluran tersebut nantinya bisa mengalirkan air ke Kanal Banjir Timur. Munculnya titik-titik banjir di Ibu Kota saat ini disebabkan saluran air tidak berfungsi baik.

Reporter: Supriatin

Sumber: Merdeka

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya