Menko PMK: Cara Berpikir Luwes dan Berani Buat Terobosan Telah Dipraktikkan Presiden Jokowi

Menurut Muhadjir, melalui kebijakan yang dikeluarkan Jokowi, Indonesia diakui oleh dunia sebagai salah satu negara yang berhasil mengendalikan penyebaran COVID-19.

oleh Muhammad Ali diperbarui 19 Des 2021, 07:33 WIB
Diterbitkan 19 Des 2021, 07:33 WIB
Muhadjir Effendy
Menko PMK Muhadjir Effendy Menko Muhadjir sampaikan Presiden Jokowi minta sosialisasi COVID-19 menggunakan bahasa dan simbol lokal usai rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, Senin (13/7/2020). (Dok Humas Sekretariat Kabinet)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengingatakan para pemimpin berbagai sektor di era disrupsi harus memiliki cara berpikir luwes dan adaptif serta perlu membuat terobosan.

Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara dalam webinar dengan tema Leadership Transformation in Technology, Millenial and Pandemic Disruption yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Magister Manajemen Eksekutif angkatan 71 (MME71) Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, Sabtu 18 Desember 2021.

”Cara berpikir luwes dan adaptif serta berani membuat terobosan itu telah dipraktikkan oleh Presiden Joko Widodo pada masa awal Indonesia menghadapi pandemi,” ujar Muhadjir dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu 18 Desember 2021.

Salah satu contoh kebijakan pemerintah yang mengadopsi konsep ini adalah tidak dilakukannya "lockdown" saat pandemi COVID-19. Tetapi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang kemudian berubah menjadi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Menurut Muhadjir, melalui kebijakan tersebut, Indonesia diakui oleh dunia sebagai salah satu negara yang berhasil mengendalikan penyebaran COVID-19 karena kasus positif berangsur melandai dan kasus meninggal dunia juga makin kecil.

Walaupun fokus pada penanganan COVID-19 bersama kementerian dan lembaga, Kemenko PMK tetap menyadari bahwa pandemi juga telah mengancam pelayanan kesehatan dasar.

Untuk itu, di tengah upaya mengendalikan COVID-19, Kemenko PMK tetap menggalakkan program penanganan stunting karena angkanya masih di kisaran 27,6 persen, serta program-program lain yang terkait dengan sumber daya manusia.

Menurut Muhadjir, selain memiliki cara berpikir luwes dan adaptif, seorang pemimpin juga harus memiliki sifat filantropis, empati dan altruis agar organisasi bisa dinamis dan berkelanjutan.

”Tanpa ketiga sifat itu, kemampuan seorang pemimpin belumlah lengkap,” ujar dia yang dikutip dari Antara.

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Penguatan Program Perlindungan Sosial

Terkait dengan tugas Kemenko PMK, penguatan daya saing sumber daya manusia merupakan salah satu kunci bagi organisasi dan pemimpinnya agar bisa sukses melalui era disrupsi.

”Selain fokus pada penguatan daya saing sumber daya manusia, Kemenko PMK juga memberi perhatian pada penguatan program perlindungan sosial,” kata Muhadjir.

Pada penguatan daya saing sumber daya daya manusia, Kemenko PMK merealisasikan bantuan pendidikan bagi siswa miskin dari tingkat dasar sampai kuliah, memberi keterampilan pada siswa setingkat SMA yang baru lulus sesuai kebutuhan dunia usaha, mempercepat pembangunan dan rehabilitasi sarana prasarana pendidikan, serta mempercepat penurunan stunting.

Adapun pada penguatan program perlindungan sosial, Kemenko PMK mengimplementasikan berbagai program, antara lain pemberian kartu sembako, melanjutkan program keluarga harapan, dan perbaikan mekanisme penyaluran bantuan sosial.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya