Kepala BIN: IKN Nusantara Pusat Pertumbuhan, Bukan Urunan Sumbangan

Kepala BIN mengatakan kita harus belajar dari kegagalan pemindahan ibu kota negara lain, dengan mengoptimalkan potensi ekonomi berkelanjutan IKN Nusantara sejak awal.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 02 Apr 2022, 13:51 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2022, 13:51 WIB
Kepala BIN Budi Gunawan Raker Dengan Komisi I DPR
Kepala BIN Budi Gunawan mengikuti rapat kerja bersama Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/10). Rapat membahas penyesuaian RKA K/L Tahun 2019 sesuai hasil pembahasan dari Badan Anggaran DPR. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menurut Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, diskusi tentang sumber pendanaan pembangunan IKN Nusantara harus tetap dalam perpektif tujuan awalnya, yaitu sebagai pusat pertumbuhan baru perekonomian Nasional. Pertumbuhan yang selama ini terpusat di Jawa harus diperluas ke kawasan lain. Kalimantan dipilih karena posisi dan potensinya yang ideal untuk tumbuh berkelanjutan.

“Pemindahan IKN ke kawasan yang relatif mentah tapi sangat potensial ini berdasarkan visi ekonomi berkelanjutan; tidak hanya dari aspek lingkungan hidup, tapi juga aspek pertumbuhan ekonomi. Potensi ini yang sedang dikelola Pemerintah agar pada saatnya nanti dengan sendirinya akan menjadi mesin pertumbuhan secara berkelanjutan,” papar Budi Gunawan di Jakarta, Sabtu (2/4/2022).

Budi Gunawan menyebut, pemerintah telah mulai membangun infrastruktur dasar KIPP, dilanjutkan pembangunan Istana dan gedung-gedung pemerintahan, sehingga pemindahan aparatur negara sudah bisa dilaksanakan bertahap hingga 2024. Secara simultan Pemerintah, melalui APBN, juga akan membangun infrastruktur dasar di seluruh kawasan IKN yang akan menjadi pemicu pembangunan berkelanjutan tadi.

“Pendanaan urunan masyarakat dalam pengertian filantropi atau sumbangan hanya sebagian saja, sebagai simbol gotong royong Bangsa mewujudkan ibu kota negaranya. Selebihnya, energi pertumbuhan IKN tetap berasal dari potensi ekonominya yang berkelanjutan,” lanjut Budi Gunawan.

Urun dana masyarakat dalam perspektif ekonomi berkelanjutan, menurut Budi Gunawan, adalah skema pembiayaan campuran (blended finance) yang banyak diadopsi untuk mensukseskan proyek-proyek kolosal di berbagai belahan dunia. Skema ini tidak hanya mampu mengumpulkan modal yang besar tetapi juga bisa memberikan energi pertumbuhan yang sangat panjang karena mensinergikan banyak sumberdaya untuk satu tujuan besar.

“Skema blended finance ini diisyaratkan Undang-undang Nomor 13/2022 tentang IKN. Bahwa selain didanai dari APBN, pembiayaan IKN Nusantara juga menggabungkan dana yang diperoleh dari BUMN, potensi daerah, perbankan nasional, perusahaan swasta, hingga individu entrepreneur masyarakat. Skema ini dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan IKN untuk menjadi pusat pertumbuhan 10, 20 tahun ke depan,” kata Budi Gunawan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Buat Instrumen Fitur Keuangan Berkelanjutan

Tantangannya adalah bagaimana membuat instrumen dengan fitur keuangan berkelanjutan yang menarik. Terutama, dengan menghilangkan atau menurunkan risiko-risiko dan menaikkan kelayakan investasi untuk jangka menengah dan panjang.

“Belajar dari kegagalan pemindahan ibu kota negara lain, kita harus mengoptimalkan potensi ekonomi berkelanjutan IKN Nusantara sejak awal. Antara lain menarik investasi untuk menumbuhkan kawasan dengan 6 klaster yaitu teknologi bersih, farmasi, pertanian, ekowisata, kimia, energi rendah karbon ditambah 2 klaster pendukung berupa pendidikan abad 21 dan smart city-pusat industry 4.0," ujar dia.

"IKN juga sangat potensial menjadikan superhub logistik untuk kawasan Tengah, Timur, dan Utara Indonesia. Kegagalan pemindahan ibukota negara lain karena absennya industri, ketiadaan energi pertumbuhan,” pungkas Budi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya