Jadi Presidensi G20, Indonesia Berkomitmen Perkuat Arsitektur Kesehatan Global

Arsitektur kesehatan global, transformasi digital, serta transisi ekonomi berkelanjutan diprioritaskan dalam menjadikan dunia berjalan dengan normal kembali pasca kondisi Pandemi Covid-19.

oleh Fachri pada 25 Apr 2022, 12:55 WIB
Diperbarui 25 Apr 2022, 13:01 WIB
Presidensi G20.
Arsitektur kesehatan global, transformasi digital, serta transisi ekonomi berkelanjutan diprioritaskan dalam G20.

Liputan6.com, Jakarta Tiga isu dijadikan prioritas dalam perhelatan G20 di Indonesia mendatang. Arsitektur kesehatan global, transformasi digital, serta transisi ekonomi berkelanjutan diprioritaskan dalam menjadikan dunia berjalan dengan normal kembali pasca kondisi Pandemi Covid-19. 

Pada presidensi G20 Italia tahun lalu, Indonesia sudah mengusulkan perlunya kebijakan terkait isu kesehatan global yang perlu dibahas pada Presidensi G20 Indonesia tahun ini. Pentingnya penguatan global health architecture, seperti kebijakan dan instrumen global untuk protokol kesehatan yang aman dan terstandarisasi secara internasional agar mempermudah perjalanan internasional.

Pertemuan Menteri Kesehatan G20 tahun 2021 mengadopsi Deklarasi Menteri Kesehatan yang berisikan komitmen dalam mengatasi dampak pandemi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDG), kesiapan untuk krisis kesehatan di masa depan dan strategi global untuk meningkatkan akses yang merata terhadap alat diagnostik, obat,dan vaksin serta merekomendasikan penjajakan pembiayaan global dalam mendukung sistem kesehatan global. Hal ini sejalan dengan usulan Indonesia untuk mewujudkan instrumen pooling of global resource. Semua agenda besar ini akan kembali menjadi pokok pembahasan sektor kesehatan pada Presidensi G20 Indonesia.

Presiden Jokowi menekankan perhatian G20 terhadap isu kesehatan global. Demi membangun dunia yang lebih tahan terhadap pandemi dan berbagai guncangan ke depan, Jokowi mengajak semua negara untuk memperkuat arsitektur kesehatan global.

Untuk itu perlu disusun mekanisme penggalangan sumber daya kesehatan global, termasuk dana, vaksin, obat, alat kesehatan, hingga tenaga kesehatan yang siap diterjunkan setiap saat untuk membantu negara yang mengalami krisis kesehatan. Komitmen ini perlu ditindaklanjuti dengan langkah nyata pada Presidensi G20 tahun 2022.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong menjelaskan melalui isu arsitektur kesehatan global, Indonesia perlu mendorong tata kelola kesehatan yang lebih tangguh pasca pandemiCovid-19. Di sisi lain, isu ini tidak semata didasari pada kondisi dunia selama pandemi, tetapi juga memiliki kepentingan nasional.

"Indonesia bisa bekerja sama untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih tangguh, supaya masyarakat yang tinggal di daerah terpencil bisa mendapatkan akses layanan kesehatan lebih baik," ujar Usman.

Vaksinasi Covid-19

Dalam penanganan pandemi saat ini, vaksinasi menjadi solusi terbaik yang dijalankan oleh semua negara. Target vaksinasi global, di akhir 2021 ditargetkan 40% populasi dunia divaksinasi. Di pertengahan 2022, ditargetkan 70% vaksinasi. Saat ini jumlah produksi vaksin global mampu mencakup 70% populasi di dunia. Namun, fasilitas kesehatan dan distribusi vaksin yang tidak merata, menimbulkan ketimpangan.

Di negara maju, fasilitas dan tenaga kesehatan sudah mumpuni, sehingga proses vaksinasi dapat berjalan dengan cepat. Selain itu, distribusi vaksin juga terbilang lancar karena infrastruktur dan konektivitas yang baik. Sehingga di negara maju saat ini, tingkat vaksinasinya telah mencapai lebih dari 80% bahkan ada yang telah mencapai 100%. Sementara di negara berkembang, tingkat vaksinasinya masih rendah.

Jelang Presidensi G20, Indonesia patut berbangga. Indonesia, termasuk negara berkembang yang dapat melakukan vaksinasi sesuai dengan target yang ditetapkan. Hingga akhir 2021, vaksinasi Indonesia hampir menyentuh 50% dari total populasi nasional. Namun demikian, banyak negara berkembang mengalami kesulitan untuk melakukan vaksinasi.

Tentu kondisi ini akan menjadi suatu kerentanan global, karena dengan masih minimnya penduduk negara berkembang yang divaksinasi, maka risiko penularan ke seluruh negara di dunia tetap masih ada. Maka vaksinasi ini perlu untuk terus didorong dan dipercepat.

G20 Tata Ulang Arsitektur Kesehatan Global

Tema Presidensi G20 “Recover Together, Recover Stronger” bertujuan untuk membangun kembali arsitektur kesehatan global yang lebih kuat dan dapat bertahan menghadapi krisis kesehatan di masa depan serta mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan selaku ketua Health Working Group telah menetapkan tema “Menata Ulang Arsitektur Kesehatan Global” dengan 3 (tiga) isu prioritas bidang kesehatan, yaitu membangun ketahanan sistem kesehatan global, harmonisasi standar protokol kesehatan global serta memperluas manufaktur global dan pusat pengetahuan untuk pencegahan pandemi, kesiapsiagaan, dan respon.

Lewat ketiga fokus itu, Indonesia berkomitmen untuk bekerja sama membangun global yang nyata kolaborasi untuk pemulihan pandemi yang dipercepat dan kuat dengan tetap berpegang pada prinsip solidaritas, akuntabilitas, dan kesetaraan.

“Respons kolektif negara G20 akan menentukan jalannya pandemi saat ini dan masa depan. Hari ini adalah saat untuk mengubah arsitektur kesehatan global kita,” kata Menkes.

Karenanya, dalam semangat kemitraan, Menkes mengajak para pemimpin G20 untuk terus berkolaborasi dalam membangun mekanisme global dalam pengumpulan sumber daya untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi, peningkatan kemampuan surveilans genomic (pelacakan dan pemantauan genom virus) secara global termasuk pemulihan sistem kesehatan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya