Pertimbangan Teten Masduki untuk maju ke lumpur politik sudah dikonsultasikan. Meski tak ada yang setuju waktu itu, Teten tetap maju. Lantaran yakin masih ada teratai.
Calon Wakil Gubernur Jawa ini mengaku terharu dengan berbagai dukungan dari sejumlah aktivis antikorupsi dan tokoh nasional. Keputusannya untuk terjun ke dunia politik bukan perkara mudah.
"Saya terharu dengan semua ini. Waktu pertama memikirkan masuk ke dunia politik, mulai dari daerah, tidak dari Senayan, itu saya hitung betul," ujar Teten dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (6/2/2013).
Menurut salah satu pendiri Indonesia Corruption Watch (ICW) itu, pertimbangan untuk maju ke 'lumpur' politik sudah dikonsultasikan ke rekan-rekannya sesama aktivis. Tidak ada satu pun rekannya yang setuju waktu itu
Advertisement
"Tanya ke temen yang lebih muda, tidak setuju juga. Alasannya karena civil society masih diperlukan. Kedua, kebanyakan takut saya kalah. Kalau kalah nama saya jatuh," kata dia.
Rekan-rekannya, lanjut Teten, menganggap kapasitasnya sebagai aktivis masih dibutuhkan. "Kami butuh Anda tetap di atas. Mereka khawatir masuk dalam lumpur, maka jadi kotor," ujarnya.
Meski begitu, Teten tetap maju dengan dasar asumsi, ada setitik terang untuk melakukan perubahan, khususnya di Provinsi Jawa Barat. Namun, rupanya itu juga tidak mudah.
Dia mengungkapkan, ada perbedaan mencolok ketika menjadi aktivis dengan menjadi politisi. "Memang berat sekali. Ternyata hitungan saya tidak terlalu benar. Kenyataannya masyarakat berkata lain," ujar dia.
Menurutnya, kehidupan sebagai aktivis antikorupsi terbilang lebih nyaman. Bisa ketemu pers, menteri dan sebagainya. "Tidak terlalu kerja keras. Saya dikenal media. Tapi ketika memutuskan nyalon, ketemu masyarakat sangat bawah dan ternyata mereka tidak mengenal saya. Saya ke pasar, tidak ada yang kenal saya juga. Hanya sedikit yang kenal," ujarnya.
Teten mengaku lebih jauh, ketika PDIP menawarkan untuk berpasangan dengan Rieke Dyah Pitaloka, dirinya tidak meminta mahar. Justru dia meminta harus ada koalisi rakyat dan parpol.
"Saya meyakinkan masa depan politik itu harus perkawinan antara civil dan partai. Karena kita butuh perubahan. Saya yakin perubahan bisa dilakukan. Dan saya tidak khawatir kalau kalah nama akan jatuh, itu tidak apa-apa. Saya tidak takut lumpur, karena masih ada teratai," ujar Teten.