TGB Zainul Majdi: Tempat Ibadah Itu Rumah Tuhan, Bukan Rumah Partai

Ditegaskan TGB, Perindo itu partai yang lahir pasca-reformasi, sehingga dia tidak terbebani oleh masa lalu.

oleh Rinaldo diperbarui 16 Mar 2023, 17:05 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2023, 17:01 WIB
tgb
Ketua Harian Nasional Partai Perindo Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Muhammad Zainul Majdi yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) adalah seorang ulama, penghapal Alquran, politikus, dan ekonom. Usai menjabat Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) selama dua periode, pria kelahiran Pancor, Selong, Lombok Timur pada 31 Mei 1972 ini sekarang didapuk sebagai Ketua Harian Nasional Partai Perindo.

TGB adalah cucu dari ulama paling kharismatik di NTB, khususnya di tanah Lombok. Sang kakek Maulana Syekh Tuan Guru Haji M. Zainuddin Abdul Majdi adalah pendiri Nahdlatul Wathan (NW), ormas Islam terbesar di NTB. Ayah TGB sendiri adalah HM Djalaludin, mantan birokrat di pemda NTB serta sang ibu Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Majdi, putri dari Zainuddin Abdul Majdi.

Berlatar dari keluarga ulama, tidak heran jika pendidikan Zainul Majdi tidak terlepas dari pendidikan agama yang dijadikan prioritas utama. Selain belajar bersama sang kakek, Zainul Majdi juga belajar formal di Sekolah Dasar Negeri 3 Mataram.

Setelah lulus pada 1986, ia melanjutkan pendidikan formal di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor yang hanya diselesaikan dalam waktu 2 tahun karena kecerdasan yang dimilikinya.

Setelah lulus dari Madrasah Aliyah, Zainul Majdi memperdalam ilmu agamanya selama satu tahun pada 1991-1992 dengan menghafal Alquran 30 juz di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor. Dia kemudian berangkat ke Kairo, Mesir untuk melanjutkan studinya di Universitas Al Azhar pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Alquran.

Ia menyelesaikan pendidikannya pada 1996 dengan gelar Lc. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan master dan doktor di universitas yang sama. Pada 2011 Zainul Majdi menyelesaikan program S3 dengan predikat Summa Cum Laude.

Karier politik TGB berawal dari kedekatannya dengan Yusril Ihza Mahendra yang mengajaknya untuk maju sebagai anggota DPR-RI dari Partai Bulan Bintang. Tuan Guru pun terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2004-2009 di Komisi X.

Belum genap menuntaskan masa jabatannya, sejumlah pihak mencoba meminang TGB untuk dijadikan calon Gubernur NTB. Lagi-lagi Yusril Ihza Mahendra kembali meyakinkan TGB untuk maju. Diusung PBB dan PKS, TGB terpilih menjadi Gubernur NTB periode 2008-2013.

Selama memimpin NTB, TGB bisa dikatakan sukses. Misalnya dalam hal pertanian, pendidikan, pariwisata serta pengelolaan keuangan dan pemerintahan yang baik.

TGB kemudian kembali terpilih sebagai Gubernur NTB pada periode 2013-2018. Di masa kepemimpinannya yang kedua ini, TGB berhasil mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan produksi atau ketahanan pangan di daerahnya.

Sejumlah penghargaan diraih TGB atas prestasinya itu. Dia dua kali meraih Leadership Award dari Menteri Dalam Negeri. Pada 13 Agustus 2012 TGB mendapat Penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden RI atas prestasi menonjol dalam pembangunan daerah yang patut ditiru oleh daerah lain di Indonesia.

Capaian lainnya, TGB meraih Penghargaan MDGs Award 2014 dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai Provinsi Terbaik, Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik Terbaik I Tingkat Nasional tahun 2014 dan Penghargaan Satyalancana Pembangunan dari Presiden RI Joko Widodo.

Setelah malang melintang di sejumlah parpol, PBB, Demokrat dan Golkar, kini TGB berlabuh di Partai Perindo sebagai Ketua Harian Nasional. Menurut TGB, alasan dia bergabung dengan Perindo karena sudah lama tidak aktif di Golkar dan butuh ruang untuk berekspresi.

Sekarang, apa langkah yang akan diambil TGB guna membawa Perindo memenangkan Pemilu 2024?

Berikut petikan wawancara Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi dengan Ratu Annisaa Suryasumirat dalam Bincang Liputan6:

 

Tak Ada Kader Perindo Terlibat Korupsi

tgb
Ketua Harian Nasional Partai Perindo Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kurang setahun lagi Pemilu 2024 akan digelar, apa strategi Perindo memenangkan suara pemilih untuk mengantarkan kadernya ke Senayan?

Pada hakekatnya kan kerja politik itu adalah upaya untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat ya, jadi harapannya suara itu diamanahkan kepada Partai Perindo. Langkah-langkahnya tentu, pertama bagi saya politik itu adalah silaturahim. Jadi perlu ada perjumpaan-perjumpaan yang konkret dengan masyarakat.

Dan perjumpaan itu bukan sekadar say hello. Bukan sekadar perjumpaan dalam acara-acara formal, tetapi lebih kepada bagaimana menyerap aspirasi dan memahami apa yang merupakan kebutuhan masyarakat. Dan kalau kita melakukan kerja-kerja seperti itu secara berkelanjutan, secara kolektif ya, saya yakin Perindo akan mendapat tempat di hati publik, insyaAllah.

Yang kedua, partai politik itu kan punya visi. Visi partai itu harus ter-deliver dengan baik kepada publik. Partai Perindo itu kalau bisa diringkas dalam satu kata, maka politiknya adalah politik kesejahteraan. Nah, kata kesejahteraan itu yang menjadi bottom line dari semua kerja-kerja partai politik, termasuk Partai Perindo.

Kalau konkretnya apa yang dilakukan Partai Perindo?

Bagaimana program-program kita itu menjadi konkret ya bisa dengan memfasilitasi masyarakat supaya bisa meningkatkan taraf hidupnya. Selama ini kita banyak memberi fasilitasi kepada UKM dalam bentuk alat produksi, misalnya. Karena kita meyakini bahwa struktur ekonomi kita itu ditopang oleh UKM yang produktif.

Jadi kalau UKM ini produktif dan dia mampu meningkatkan kapasitasnya, dalam arti omzetnya bertambah. Kalau omzetnya bertambah, dia bisa merekrut tenaga kerja. Artinya, pengangguran akan berkurang.

Nah, kalau UKM ini bisa kita intervensi, bisa kita bantu, maka ekonomi Indonesia itu insyaAllah akan tumbuh positif dan pertumbuhannya itu berkeadilan. Itu harapan Perindo dan itu yang dikerjakan oleh Perindo.

Apakah itu berarti orang yang ingin menjadi pelaku UKM bisa datang ke Perindo?

Bisa, tetapi kita lebih suka untuk memfasilitasi UKM yang sudah ada. Jadi yang sudah ada itu kita bantu meningkatkan kapasitasnya. Di antaranya misalnya ada bantuan sarana produksi, kemudian bantuan digitalisasi. Bagaimana mengkoneksikan UKM ini dengan perbankan.

Dan itu ternyata memudahkan UKM kita jadi mengefisienkan transaksinya dan juga lebih aman ya, karena kan transaksi tunai itu kalau dibanding dengan melalui transfer lewat aplikasi ya itu jauh lebih aman melalui digital.

Lantas, apa kekuatan dan kelebihan dari Perindo untuk menarik suara-suara pemilih di pemilu nanti?

Pertama, Perindo itu partai yang lahir pasca-reformasi, sehingga dia tidak terbebani oleh masa lalu. Yang kedua, Partai Perindo walaupun belum berhasil memasukkan kadernya di Senayan, parlemen nasional, tetapi dia punya lebih dari 400 anggota parlemen di seluruh Indonesia dan tidak ada satupun dari 400-an itu yang terjerat kasus korupsi.

Jadi kalau Partai Perindo bicara tentang penguatan penegakan hukum, kita punya standing bahwa memang anggota-anggota kita, silakan dilihat di seluruh Indonesia yang jumlahnya 400-an itu satupun tidak ada yang terjerat oleh kasus korupsi.

Kemudian yang ketiga, Partai Perindo juga punya visi yang menurut kami sangat konkret dengan kebutuhan riil masyarakat, yaitu bagaimana bisa meningkatkan kualitas hidup, bagaimana bisa meningkatkan kapasitas ekonomi ya, dengan politik kesejahteraan itu.

Kemudian yang keempat, Partai Perindo punya semangat kemudaan. Banyak anak-anak muda yang sekarang ikut berkiprah di Partai Perindo. Dan bagi kami ke depan itu Generasi Milenial dan Generasi Z, para pemilih pemula, itu proporsinya sangat besar di kalangan pemilih. Juga mereka akan menentukan lanskap Indonesia ke depan.

Dan dalam survei-survei terakhir itu konstan atau konsisten Perindo itu berada di posisi ke-4 atau ke-5 di dalam dukungan Generasi Milenial. Jadi ini kekuatan-kekuatan dari Partai Perindo. Kita mengorkestrasi ini semua mudah-mudahan berhasil.

 

Target Perindo 60 Kursi di DPR, Realistis?

tgb
Ketua Harian Nasional Partai Perindo Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dari survei internal, daerah mana saja yang menjadi lumbung suara Perindo?

Kita tentu punya basis data 2019 ya, tetapi hasil itu tentu dinamis, ada kantong-kantong 2019 tetapi perkembangan menariknya menjelang 2024 ada kantong-kantong baru yang sebelumnya sama sekali tidak ada basis kita di situ. Tapi ternyata dalam potret survei, kita mendapatkan persentase dukungan cukup bagus di situ.

Ada di Jawa, di luar Jawa, Indonesia Timur, Kalimantan, Sulawesi, relatif merata sekarang. Dengan kata lain, hampir tidak ada daerah yang tidak ada perkembangan yang baik, jadi hampir semua daerah itu berkembangnya bagus. Alhamdulillah.

Dari sejumlah survei, Partai Perindo memang sangat bersaing dengan partai-partai lainnya ya?

Dengan partai yang jauh lebih tua dari Perindo.

Betul, nah kalangan pemilih mana yang menjadi target utama dari Perindo?

Pemilih muda, kemudian pemilih di daerah urban, perkotaan dan juga para pemilih yang pada pemilu-pemilu yang lalu itu memilih untuk golput. Dan jumlah itu sangat besar. Karena kalau golput dan suara tidak sah itu dikumpulkan itu 33 persen.

Artinya, pemenang pemilu itu sebenarnya ya para golputers itu, dengan yang suaranya tidak sah, karena partai pemenang pemilu sendiri kan maksimal 20 persen ya? Ternyata mereka yang golput 33 persen.

Kenapa mereka golput? Salah satu sebabnya adalah karena mereka merasa fatigue, merasa jenuh terhadap partai-partai yang sudah ada. Nah, kita ingin masuk di situ dan menawarkan harapan baru. Dan potret dari survei menunjukkan insyaAllah ikhtiar kita itu berhasil, mudah-mudahan.

Selain menjabat sebagai Ketua Harian Nasional, Bapak juga diserahi tugas sebagai Ketua Dewan Nasional Konvensi Rakyat Partai Perindo. Apa yang dimaksud dengan Konvensi Rakyat?

Secara sederhana, rekrutmen para caleg dari tingkat pusat sampai daerah berbasis online secara murni. Jadi di online itu mereka meng-upload semua data yang diperlukan, nama, NIK dan semua data handphone apa semua, sehingga mereka tidak perlu untuk bertemu langsung dengan pengurus partai untuk mendaftar menjadi bakal calon legislatif.

Kenapa Perindo mengintrodusir Konvensi Rakyat? Karena kami sadar bahwa sistem digital itu harus mampu dimanfaatkan juga untuk membangun politik yang lebih sehat. Kan ada persepsi dalam pencalonan yang konvensional bahwa yang bisa mendaftar kalau dekat dengan pengurus partai, kalau punya hubungan khusus, misalnya. Atau apa pun lah gitu.

Nah, kita ingin dengan kemajuan teknologi yang ada, akses itu kita buka secara merata. Jadi Anda siapa pun dari sudut manapun di republik ini, kalau tertarik, mari membenahi negara melalui partai politik.

Kami menawarkan Perindo punya jalur rekrutmen caleg yang namanya Konvensi Rakyat yang memungkinkan Anda mendaftar dari mana saja tanpa misalnya harus jadi anggota sekian tahun, harus punya status keanggotaan ini harus jadi pengurus ini, enggak.

Jadi kita buka nanti kemudian baru kita saring. Tentu berdasarkan parameter-parameter yang obyektif.

Syarat untuk jadi caleg Perindo apa saja?

Sebenarnya tidak ada yang terlalu khusus. Memang setelah mendaftar di Konvensi Rakyat kan mereka kemudian nanti akan diundang dan sebagian prosesnya sudah berjalan, termasuk di Jakarta. Jadi kita undang para pendaftar itu untuk jumpa dan kita diskusi ngobrol gitu.

Tertarik mendaftar maksudnya apa, gitu. Ada pikiran-pikiran atau gagasan apa kira-kira, kenapa kok mendaftar lewat Perindo? Jadi dengan proses itu kita juga bisa melihat ada kedalaman dari bagaimana para caleg itu memandang dia mau terjun di politik itu buat ngapain, gitu.

Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo memasang target perolehan suara di atas 10 persen dan 60 kursi di DPR pada Pemilu 2024. Apakah target ini realistis, Pak?

Target ini cukup berat, tapi masih mungkin dan masih realistis. Kata realistis itu kan based on proyeksi ya, bukan per hari ini, tapi prediksi pada 14 Februari 2024 nanti ketika pencoblosan. Bagaimana proyeksi itu dibangun? Ya itu kan ada interpolasinya.

Melihat trennya kayak gimana, sekian bulan yang lalu kita berapa persen, hari ini berapa? Kalau konstan pertumbuhannya kita dimana gitu. Nah, kalau melihat dari tren survei yang terus membaik ya kami optimis. Berat iya, tetapi tidak mustahil, gitu. Dan kita memang harus optimis untuk berpolitik.

Dan yang namanya target memang harus selalu tinggi ya, Pak?

Ya, kita menetapkan target yang relatif tinggi, tapi tidak mustahil.

 

Capres Perindo, yang Mampu Lanjutkan Capaian Jokowi

tgb
Ketua Harian Nasional Partai Perindo Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Terkait Pilpres, apakah Perindo juga menjalin komunikasi dengan partai lain?

Oh ya tentu. Jadi saya sudah sampaikan tadi, politik itu silaturahim. Jadi kita juga menyimak, kita juga berdiskusi, kita juga berjumpa dengan para pimpinan partai politik ya, untuk membicarakan tentang pemimpin kita ke depan seperti apa. Jadi tetap bersilaturahim.

Partai mana saja yang sudah menjalin hubungan dan komunikasi dengan Perindo?

Semua partai ya, semua partai kita bicara. Karena Perindo itu tidak apa ya, tidak ingin mengembangkan politik yang konfrontatif. Kita politiknya itu politik yang katakanlah kohesif dan bisa berkolaborasi bersama-sama itu.

Apakah Perindo sudah menetapkan kriteria capres maupun cawapres yang akan didukung nanti?

Karena Perindo memandang bahwa pembangunan di Indonesia itu harus ada kontinuitas, harus ada keberlanjutan, maka kami memandang calon presiden yang mampu menjaga pertumbuhan, mampu melanjutkan pencapaian-pencapaian dari presiden yang sekarang, kami cenderung untuk mendukung.

Jadi calon yang memang bisa menjaga kontinuitas pembangunan yang ada, ya tentu dengan melengkapinya dengan hal-hal yang belum ada gitu ya.

Pak Jokowi misalnya mengembangkan Indonesiasentris, itu kita ingin supaya berlanjut gitu. Pak Jokowi menghadirkan misalnya pembangunan yang memperhatikan seluruh sudut di Indonesia secara seimbang, ya kita ingin itu juga terus berlanjut.

Kalau disederhanakan, tiga kriteria capres Perindo apa saja?

Pertama kontinuitas. Yang kedua, pemimpin yang gagasannya bisa menjawab tantangan Indonesia ke depan dalam konteks geopolitik internasional. Kita tahu kan kawasan Asia Pasifik, ASEAN khususnya, ini kan berada atau menjadi tempat yang sasaran tarik-menarik antara kekuatan adidaya, khususnya Amerika, Cina dan kekuatan-kekuatan regional atau global yang lain.

Bagaimana pemimpin kita itu bisa menavigasi Indonesia berlayar ya, tanpa harus tertabrak karang. Itu yang kedua, kemudian yang ketiga, pemimpin yang harus tetap mampu menjaga dan memastikan bahwa kemajemukan kita adalah aset bangsa. Bukan menjadi sesuatu yang dipertentangkan, bukan menjadi sesuatu yang dijadikan amunisi politik untuk mendapatkan dukungan.

Jadi keberagaman kita, agama, suku bangsa ini kekayaan. Sebagai pemimpin dia harus mampu mengelola keberagaman ini dengan baik, sungguh-sungguh dan menjadikan itu sebagai aset.

Tidak Sekadar untuk Mendapatkan Dukungan Elektoral

tgb
Ketua Harian Nasional Partai Perindo Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemilu 2024 diprediksi akan dipanaskan kembali oleh narasi-narasi yang bernada politik identitas, bagaimana Bapak melihatnya?

Politik identitas dalam arti yang positif kan bagus-bagus saja. Dalam arti misalnya kita bangsa Indonesia ini identitas kita adalah Bhineka Tunggal Ika, maka mari kita jaga. Kita bangsa Indonesia punya keberagaman yang luar biasa, mari kita saling hormati, itu kan bagus.

Tapi kalau politik identitas dalam arti menggunakan identitas itu untuk mendapatkan dukungan elektoral sambil menafikan, memojokkan, menjelek-jelekkan kompetitor ya, dengan menggunakan sentimen identitas, Perindo menentang itu.

Jadi Perindo menentang dan melawan politik identitas dalam arti misalnya pilih kami, kamilah representasi agama tertentu, yang nggak milih kami berarti imannya kurang, misalnya ya. Dan hal-hal seperti itu.

Termasuk yang ingin menjadikan misalnya rumah ibadah sebagai tempat untuk berpolitik praktis, Perindo menentang itu. Jadi hal-hal yang mengeksploitasi identitas untuk keuntungan elektoral semata, mendapatkan dukungan publik dalam kontestasi demokrasi, Perindo menentang itu. Rumah ibadah kan rumah Tuhan, bukan rumah partai.

Menurut Bapak, kenapa pemilahan paham politik di Indonesia semakin menajam pada perbedaan agama, ras, dan kepentingan kelompok?

Sebagian elite politik itu tergoda untuk menempuh jalur populisme. Populisme itu seringkali berujung pada politik identitas. Artinya, ingin mendapatkan dukungan dari kelompok besar yang punya identitas tertentu dengan cara membangun persepsi bahwa dialah wakil mereka dan yang bukan dan yang lain itu bukan wakil mereka, maka harus dilawan, gitu.

Nah, ada beberapa elite politik yang tergoda sehingga akhirnya masyarakat banyak dikorbankan untuk mendapatkan jabatan tertentu. Menurut saya ya kita semua harus membangun benteng kolektif melalui komunitas kita masing-masing untuk melawan politik identitas dalam makna seperti ini, eksploitasi agama, eksploitasi rumah ibadah, eksploitasi identitas keagamaan semata untuk mendapatkan dukungan politik dan menyingkirkan lawan politik yang berbeda.

Balik lagi ke Partai Perindo, kenapa Bapak memilih bergabung ke partai ini?

Jawabannya, kenapa tidak? Pertama, Perindo partai menurut saya salah satu bagian atau keunggulan Perindo adalah dia partai yang baru, yang tidak punya beban sejarah. Yang kedua, visi dan misinya itu jelas, politik kesejahteraan.

Yang ketiga, dia punya platform menjaga kemajemukan, menjaga ya, bukan sekadar menghormati. Ada perbedaan mendasar antara menghormati dengan menjaga. Kalau sekadar menghormati itu tidak mengganggu orang yang berbeda, itu namanya toleransi.

Tapi kalau menjaga kita aktif. Jadi dengan orang yang berbeda, kita tidak hanya menghormati, tidak mengganggu, tapi mau bekerja sama. Itu bedanya antara toleransi dengan kerja sama. Jadi kalau toleransi itu, ah dia beda sama kita, kita nggak usah ganggu, tapi nggak mau ketemu juga, nggak mau kerja sama.

Nah, Perindo itu punya platform partai itu kita harus bekerja sama secara kolektif. Karena itu di Perindo misalnya ada yang latar belakang usahawan dengan segala macam atributnya seperti ketua umum, ada saya juga di situ dengan latar belakang saya.

Ada Bang Yusuf Lakaseng, juga dengan latar belakangnya, ada Ferry Kurnia dan banyaklah, dari beragam sekali. Jadi kita ingin mengirim pesan bahwa kami di Perindo itu menjadikan keberagaman itu tidak hanya sekadar identitas masing-masing yang harus dihormati oleh yang lain, tapi juga menjadi jalan untuk bisa bekerja sama.

Dalam kata lain apakah Bapak merasa bahwa Perindo memberi Bapak ruang yang lebih luas untuk berekspresi?

Ya, jadi saya merasa, bukan hanya saya, tapi juga banyak kader-kader lain di Perindo yang merasa bahwa Perindo ini merupakan satu ruang yang sangat luas yang masih kita bisa elaborasi ke depan ya, dan semuanya itu diarahkan untuk bisa ikut membangun Indonesia.

 

Ramadan, Saatnya untuk Berkontemplasi dan Introspeksi

tgb
Ketua Harian Nasional Partai Perindo Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi bersama host Ratu Annisaa Suryasumirat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Apa saja tugas Bapak sebagai Ketua Harian Nasional Perindo?

Di Perindo itu posisi di struktur oke, tapi fungsionalitas itu juga sangat penting. Artinya semua posisi mulai dari Pak Ketua Umum, saya, teman-teman Waketum, dan semuanya itu kita bekerja secara kolektif ya.

Jadi walaupun ada job deskripsi yang jelas, tetapi juga kita punya semangat kebersamaan yang kuat sekali. Kalau job deskripsi yang formal itu ya saya mewakili ke luar dan ke dalam sesuai dengan penugasan dan kewenangan dari Pak Ketua Umum.

Dan itu sangat luas sekali. Dan Bapak Ketua Umum juga memberikan ruang yang sangat luas ya ke dalam internal pembenahan bersama Beliau, keluar juga untuk komunikasi-komunikasi dengan kekuatan politik yang lain juga tentu bersama Beliau juga.

Nama Bapak juga disebut oleh Presiden Joko Widodo saat perayaan hari ulang Perindo awal November tahun lalu. Hingga kini Bapak masih komunikasikah dengan Beliau?

Ya tentu masih. Kan Beliau pemimpin yang tradisinya Beliau itu kan sangat suka mendengar, menyimak ya, dan itu terbuka untuk semua, saya dan tokoh-tokoh politik yang lain, bahkan masyarakat semua juga bisa mengakses Beliau.

Sebentar lagi kita memasuki Bulan Suci Ramadan, Bapak ada pesan untuk masyarakat Indonesia?

Untuk kita semua ya, Ramadan itu salah satu esensinya kan muhasabah, introspeksi. Termasuk kepada partai politik, tokoh-tokoh politik ya itu kesempatan untuk kita kontemplasi, retreat, dalam arti introspeksi dan memastikan bahwa pasca-Ramadan kita bisa menghadirkan politik yang lebih menyenangkan, politik yang lebih mempersatukan, politik yang lebih menggembirakan untuk kita semua.

Bapak sendiri nanti Ramadan mau di Jakarta atau di Lombok?

Tidak ada tempat yang baku, ke mana saja seperti biasa ya, ada safari Ramadan, ada silaturahim, semuanya kebaikan, insyaAllah.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya