Peringati 25 Tahun Reformasi, Pena 98 Ingatkan Betapa Susahnya Era Orde Baru

Dalam rangka memperingati 25 tahun reformasi 1998, Persatuan Nasional Aktivis 98 (Pena 98) menggelar sejumlah kegiatan reflektif untuk menolak lupa kediktatoran akan rezim Pemerintahan Soeharto di era orde baru.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mei 2023, 02:30 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2023, 02:30 WIB
Diskusi dengan tema “Refleksi 25 Tahun Reformasi” bertajuk 'Kami Tidak Pernah Lupa Siapa Pelakunya'.
Diskusi dengan tema “Refleksi 25 Tahun Reformasi” bertajuk 'Kami Tidak Pernah Lupa Siapa Pelakunya' di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, Jumat (12/5/2023). (Foto: Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka memperingati 25 tahun reformasi 1998, Persatuan Nasional Aktivis 98 (Pena 98) menggelar sejumlah kegiatan reflektif untuk menolak lupa kediktatoran akan rezim Pemerintahan Soeharto di era orde baru.

Salah satu kegiatan yang diadakan adalah diskusi dengan tema “Refleksi 25 Tahun Reformasi” bertajuk 'Kami Tidak Pernah Lupa Siapa Pelakunya' di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, Jumat (12/5/2023).

Turut hadir, pengacara Forum Kota (Forkot) 98 Saor Siagian, aktivis Forkot Batara Imanuel, Komisioner Komnas HAM Suarlin Siagian dan keynote speaker Rektor UKI Dhaniswara K Harjono.

Anggota PENA 98 yang menjadi moderator pada diskusi kali ini Fendy Mugni menyebut, banyak hal terjadi pada 25 tahun silam.

Di mana, media dibredel karena mengkritik pemerintah rezim Soeharto, bahkan gugurnya 4 mahasiswa Trisakti.

“Ada sekian banyak media yang tumbuh tanpa harus takut dibredel kalau mengkritisi pemerintah, ada sekian banyak kesempatan lain yang bisa dirasakan sekarang,” kata dia.

Selain itu, kebebasan berpolitik di era sekarang juga buah reformasi. Mulai dari keberadaan partai politik yang tak hanya itu saja, sampai setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin di Indonesia.

"Jadi, ini adalah buah dari reformasi, suka enggak suka ini realitanya,” jelas Fendy.

Senada, aktivis Forkit Batara Imanuel Sirait memaparkan betapa beratnya perjuangan para mahasiswa untuk melahirkan reformasi 1998. Misalnya, mencoba rekan berjuang dengan modal seadanya, seperti menyulap mobil Elf yang usang menjadi ambulans.

Di mana, mobil tersebut kemudian mereka cat ulang, diberi palang biru, dan menggunakan dana seadanya melengkapinya dengan perlengkapan medis.

"Walau paling tidak layak, jangan-jangan itu ambulans paling propduktif, paling banyak berjasa selama perjuangan mahasiswa 98," kata mahasiswa FK UKI angkatan 96 ini.

Pena 98 Gelar Pameran Foto hingga Diskusi Publik di 20 Kota

Sebelumnya, Dalam rangka memperingati 25 tahun reformasi 1998, Persatuan Nasional Aktivis 98 (Pena 98) menggelar sejumlah kegiatan reflektif untuk menolak lupa kediktatoran akan rezim Pemerintahan Soeharto.

Aktivis 98 M Sopiyan mengatakan, Pena 98 mengawali kegiatan dengan menggelar diskusi publik di 20 kota di seluruh Indonesia untuk merefleksikan reformasi. Acara ini digelar sejak 6 Mei hingga 21 Mei 2023 nanti.

"Materinya berupa refleksi sejarah dan evaluasi 25 tahun reformasi. Dimulai dari tanggal 6 Mei sampai dengan 21 Mei 2023," kata dia saat jumpa pers di Graha Pena 98, Jalan HOS Tjokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/5/2023).

Dalam diskusi publik nanti, kata Sopiyan, Pena 98 juga melibatkan mahasiswa di 28 provinsi di Indonesia.

Dia menuturkan, selain diskusi publik yang melibatkan banyak pihak, Pena 98 juga akan menggelar pameran foto reformasi yang menceritakan aksi-aksi demonstrasi dan memorabilia gerakan rakyat menuntut reformasi 1998.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya