Banyak Orang Kaya Berobat ke Luar Negeri, Jokowi: Sekarang Setop, Kita Kehilangan Devisa Rp 170 Triliun per Tahun

Jokowi mengungkapkan, yang paling banyak berobat ke luar negeri berasal dari Jakarta sebesar 60 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Jun 2023, 14:04 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2023, 14:04 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Presiden Jokowi mengungkapkan . (Foto: Tangkapan Layar Youtube)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta warga Indonesia tidak berobat ke luar negeri. Menurutnya, imbas dari situ negara menjadi kehilangan devisa belasan triliun.

"Kita tahu warga negara Indonesia yang berobat ke luar negeri itu hampir satu juta orang setiap tahun, dan kita kehilangan devisa karena bayarnya ke luar negeri, kehilangan devisa 11,5 miliar USD. 170 triliun hilang gara-gara berobat ke luar negeri. Sekarang setop," ujar Jokowi saat peresmian Tzu Chi hospital, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Rabu (14/6/2023).

Jokowi mengungkapkan, yang paling banyak berobat ke luar negeri berasal dari Jakarta sebesar 60 persen. Dia pun meminta warga Indonesia tak menggunakan uangnya untuk berobat ke luar negeri.

"Dan tadi yang berobat ke luar negeri itu, 60 persen itu berasal dari Jakarta yang berobat ke luar negeri. Ya memang kaya-kaya orang Jakarta," kata Jokowi.

"Tapi sekarang jangan bawa uang keluar, jangan ada capital outflow, jangan. Yang dari Surabaya 15 persen, sisanya dari Medan dari Batam. Tapi yang paling banyak tadi 60 persen dari Jakarta," sambungnya.

Jokowi mengakui bahwa memang Indonesia kalah dalam peralatan rumah sakit. Namun, salah satu rumah sakit yang peralatannya sudah mumpuni untuk berobat tersedia di Tzu Chi Hospital, PIK.

"Masak kita sakit harus ke singapura, harus ke Malaysia, harus ke Thailand, harus ke Jepang. Dokter-dokter kita ini enggak kalah pinternya dengan mereka. Tapi alatnya memang kalah," ucapnya.

"Oleh sebab itu, Tzu Chi Hospital sudah menyiapkan peralatan yang tadi saya lihat. Semoga ini bisa kita bersaing dan masyarakat kita berobat dalam negeri dan kita kita tidak kehilangan Rp 170 triliun per tahun di urusan sakit saja," pungkasnya.

 

Alasan Warga Berobat ke Luar Negeri

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa salah satu faktor warga berbondong-bondong berobat ke luar negeri terkait dengan antrean pasien. Menurut Budi antrean untuk berobat di rumah sakit (RS) Rujukan kerap kali panjang dan lama.

Upaya demi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, Budi Gunadi Sadikin akan memperbaiki pelayanan kesehatan rujukan. Hal ini sejalan dengan pilar transformasi kesehatan yang sedang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI di bidang pelayanan kesehatan rujukan. 

"Kami mau memperbaiki layanan rujukan ya supaya rumah sakit-rumah sakit kita ini bener-bener aksesnya merata, kualitasnya sama. Jangan orang-orang sebentar-sebentar harus dibawa ke Jakarta," kata Budi Gunadi saat sesi ‘Public Hearing RUU Kesehatan Bersama Dinkes Seluruh Indonesia, IDI dan PDGI’ di Gedung Kemenkes RI Jakarta, belum lama ini.

"(Layanan rujukan) itu harus terjangkau, jangan mahal sehingga orang malah ke luar negeri gara-gara antreannya panjang dan mahal. Itu sesuatu yang kita menghindari supaya masyarakat kita benar-benar dapat akses dan negara harus hadir karena itu adalah tanggung jawab negara untuk memastikan bahwa layanan kesehatan bagi masyarakatnya," ujarnya.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra/Merdeka.com

Infografis Pernyataan Jokowi Usai Jajal Jalan Rusak di Lampung. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Pernyataan Jokowi Usai Jajal Jalan Rusak di Lampung. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya