Liputan6.com, Jakarta Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) ingin membuat partai terbuka untuk semua kalangan atau Partai Super Tbk. Disebut, Partai Solidaritas Indonesia membuka jalan itu dengan mewacanakan mengubah namanya menjadi PSI Perorangan.
Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, menilai bahwa wajar jika PSI mengadopsi ide atau gagasan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi, mengingat kedekatan partai tersebut dengan mantan Gubernur Jakarta itu.
Baca Juga
"Partai Super Tbk yang disampaikan Jokowi, saya kira diduplikasi oleh PSI Perorangan menjadi wajar. Karena Ketua Umum PSI adalah anak Jokowi, Kaesang," kata dia, Rabu (12/3/2025).
Advertisement
Konsep partai terbuka yang diusung menjadi menarik dalam lanskap politik Indonesia, yang selama ini cenderung sentralistik dan sangat bergantung pada tokoh-tokoh tertentu. Partai terbuka seharusnya memberi ruang bagi keterlibatan lebih luas dari berbagai kalangan tanpa terlalu bergantung pada elite politik tertentu.
Jika PSI serius dalam menerapkan konsep ini, Arif mengungkapkan bahwa mereka perlu menunjukkan langkah konkret dalam membangun partai yang lebih inklusif dan demokratis.
"Konsep partai terbuka ini menjadi perhatian, karena partai politik di Indonesia cenderung centralistik dan bergantung pada tokoh," jelas dia.
Arif menambahkan, jika benar PSI mengadopsi gagasan partai terbuka Jokowi, kedua belah pihak akan saling diuntungkan. Bagi PSI, ini bisa menjadi peluang untuk mendapatkan citra positif sebagai partai yang membawa gagasan baru dalam politik Indonesia.
"Jokowi dan PSI akan sama-sama diuntungkan. PSI bisa mendapatkan image positif, sementara Jokowi bisa menjadikan PSI sebagai tumpuan politik," tutur dia.
Namun, Arif juga mengingatkan bahwa tantangan utama bagi PSI adalah membuktikan konsistensinya. Publik masih menanti apakah konsep partai terbuka yang diusung PSI benar-benar akan diterapkan dalam praktik politik.
Pernyataan Jokowi
Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) buka suara soal rencana Partai Solidaritas Indonesia (PSI) akan berubah nama menjadi PSI Perorangan. Penambahan kata Perorangan, PSI diprediksi akan menjadi partai yang terbuka tidak dimiliki segelintir orang atau keluarga.
Konsep partai perorangan atau Partai Super Tbk pernah disampaikan Jokowi beberapa waktu lalu. Bahkan konsep tersebut telah ia sampaikan di depan para relawan dan Ketua Umum Projo Budi Arie di Jakarta.
Jokowi tak mempermasalahkan perubahan nama PSI tersebut. Namun, dia merasa konsep partai perorangan telah diserobot partai yang dipimpin anak bungsunya sendiri, Kaesang Pangarep.
"Gini, itu memang ada ide gagasan untuk membuat partai super Tbk yang saya sampaikan juga kepada relawan-relawan, tanggapannya seperti apa terhadap gagasan ini. Ternyata tahu-tahu sudah diambil, sudah diakomodir oleh PSI yang kurang lebih menurut saya konsepnya hampir-hampir mirip, tetapi dimodifikasi sedikit oleh PSI," ujar Jokowi saat ditemui wartawan di rumahnya, Jalan Kutai Utara No 1, Sumber, Solo, Rabu (5/3).
Dalam pertemuan bersama relawan di Jakarta, Jokowi menyampaikan gagasannya mengenai Partai Super Tbk. Menurutnya, Partai Super Tbk merupakan partai yang bersifat terbuka sehingga semua anggotanya merasa memiliki.
"Ya seperti itu partai yang terbuka, super terbuka. Nanti pemilihan ketuanya juga dilakukan secara terbuka oleh seluruh anggotanya dan itu betul-betul partai milik bersama," katanya.
Advertisement
Bisa Jadi Kendaraan Politik Baru Buat Jokowi
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berencana mengganti namanya PSI Perorangan, di mana hal ini dikaitkan dengan rencana Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang sempat mewacanakan konsep partai super Tbk.
Direktur Eksekutif Trias Politika, Agung Baskoro, menilai bahwa gagasan keterkaitan antara Presiden Jokowi dan PSI adalah sebuah strategi politik yang saling menguntungkan.
Menurut dia, setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai presiden, Jokowi membutuhkan kendaraan politik baru, baik untuk kepentingan pribadi maupun politik jangka panjang.
"Saling melengkapi dan saling menguntungkan. Jokowi, setelah tidak menjabat presiden, tentu membutuhkan kendaraan politik, baik atas nama pribadi maupun untuk kepentingan politik jangka panjang," kata Agung, Senin (10/3/2025).
Dari sisi PSI, hubungan dengan Jokowi dianggap membawa keuntungan politik yang signifikan. Basis pemilih Jokowi yang solid dan besar bisa menjadi modal penting bagi PSI untuk menembus parlemen pada Pemilu 2029 mendatang.
"PSI memiliki basis politik yang berkembang, tapi mereka masih butuh figur sentral. Dengan kehadiran Jokowi, Gibran (Gibran Rakabuming Raka) atau Bobby (Bobby Nasution), PSI bisa lebih mudah mengidentifikasi diri sebagai partai yang punya sosok kuat. Ini bisa menguntungkan mereka saat Pileg dan Pilkada," jelasnya.
Agung juga menyoroti bahwa Jokowi tidak hanya membutuhkan kendaraan politik untuk kepentingan pribadi, tetapi juga sebuah institusi yang bisa menopang pengaruh politiknya dalam jangka panjang. Hal ini sejalan dengan konsep Partai Super Tbk, yang mengedepankan kepemimpinan kolektif di dalam partai.
"Suka atau tidak, partai politik sering kali bergantung pada figur. Sebelum sekarang, Partai Demokrat sangat bergantung pada SBY, begitu juga PDIP dengan Megawati. Namun, seiring waktu, partai-partai ini bisa berdiri sendiri, begitu juga dengan PSI nantinya," jelasnya.
