Tangani Kekeringan di Papua, Menko PMK: Pemerintah Akan Bangun Gudang Stok Pangan

Muhadjir mengatakan, untuk penanganan bencana kekeringan jangka menengah, pemerintah akan memperpanjang landasan pacu Bandara Sinak, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 11 Agu 2023, 10:09 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2023, 10:09 WIB
Anak-anak di Puncak Papua Korban Bencana Cuaca Ekstrem
Bantuan kepada korban bencana cuaca ekstrem, kekeringan dan cuaca dingin ekstrem akhirnya tiba di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, Kamis (3/8/2023), yang mana membuat anak-anak tersenyum menyambut makanan dan mainan. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memutuskan akan membangun gudang stok pangan di dua tempat, sebagai langkah penanganan jangka pendek menangani wabah kekeringan yang terjadi di Papua Tengah. Gudang stok pangan akan dibangun di Distrik Agandugume dan Distrik Sinak.

"Sesuai dengan arahan dari Bapak Presiden, ada beberapa langkah yang akan ditindaklanjuti untuk jangka pendek itu akan membangun gudang stok pangan di dua tempat, yaitu di Agandugume dan di Sinak," jelas Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dikutip dari siaran persnya, Jumat (11/8/2023).

Sementara untuk penanganan jangka menengah, dia menyebut bahwa pemerintah akan memperpanjang landasan pacu (runway) Bandara Sinak, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Hal ini agar pesawat-pesawat berbadan besar dapat mendarat di Bandara Sinak.

"Kalau nanti pesawat Hercules sudah bisa mendarat di Sinak, nanti bukan hanya bahan pangan saja yang bisa diangkut tapi material untuk pembangunan infrastruktur, terutama untuk jalan supaya tidak high cost," jelas Menko PMK.

"Karena satu kali penerbangan itu Rp35 juta, dari Timika ke Agandugume dan Sinak itu Rp35 juta. Nanti kalau sudah bisa melalui darat, itu kita harapkan akan lebih murah," sambung Muhadjir.

Tidak hanya perpanjangan landasan pacu Bandara Sinak, pemerintah juga akan membangun infrastruktur jalan dari Jayapura-Wamena hingga ke Sinak. Menurut Muhadjir, pembangunan infrastruktur jalan tersebut sesuai dengan visi dari Presiden Jokowi yang ingin membangun Trans-Papua untuk dimanfaatkan secara efektif bagi kemajuan dan kemakmuran masyarakat Papua.

Selain itu, pemerintah juga akan melakukan transfer teknologi tepat guna dalam rangka meningkatkan nilai tambah makanan lokal, terutama umbi-umbian yang merupakan bahan pokok bagi masyarakat pegunungan Papua.

Pemerintah berharap, transfer teknologi tepat guna tersebut dapat membantu masyarakat pegunungan Papua untuk membangun ketahanan pangan.

"Kita harapkan dia bisa menstok sehingga nanti dia bisa membangun ketahanan pangan diri sendiri, kita hanya menyiapkan infrastrukturnya misalnya gudang," ucap Muhadjir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BNPB: Kekeringan di Papua Tengah Akibat Musim Dingin di Australia, Bukan karena Kemarau

Anak-anak di Puncak Papua Korban Bencana Cuaca Ekstrem
Bantuan kepada korban bencana cuaca ekstrem, kekeringan dan cuaca dingin ekstrem akhirnya tiba di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, Kamis (3/8/2023), yang mana membuat anak-anak tersenyum menyambut makanan dan mainan. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Kekeringan yang melanda Papua Tengah disebabkan oleh musim dingin di Australia. Hal ini menegaskan bahwa kekeringan di Papua Tengah terkait dengan cuaca ekstrem, bukan karena musim kemarau yang sedang berlangsung di Indonesia.

"Yang jadi masalah pada periode Juli sampai Agustus ini di Australia sekarang winter (musim dingin). Nah, ini ada pengaruh udara dingin ini sampai ke sana, membawa," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Senin (7/8/2023) malam, seperti dikutip dari Antara.

Enam+01:30VIDEO: Santriwati Ma’had UIN Walisongo Jengah Berkali-kali Diberi Makanan BasiAbdul mengatakan kondisi tersebut seperti halnya musim dingin di negara lain yang membuat tumbuhan tidak bertumbuh, melainkan gugur untuk menghemat air, karena udaranya membawa kekeringan.

Sedangkan di Papua Tengah dimana banyak dataran tinggi, udaranya sangat dingin dan membuat adanya kabut upas maupun butiran es. Masyarakat di tiga distrik, yakni Agandugume, Lembawi dan Oneri yang biasanya bercocok tanam secara swadaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok mereka, terdampak kekeringan.

Lokasi penduduk juga tidak terpusat di satu wilayah, melainkan berpencar karena adanya sejumlah ladang yang dimiliki satu kampung berisi 15 kepala keluarga.

Abdul mengatakan, pada periode Juli sampai Agustus ketika butiran es yang muncul tiap pagi dan malam akan menggembosi umbi-umbian yang ada di dalam tanah yang menjadi sumber makanan utama bagi masyarakat Papua.

Kondisi tersebut terjadi berulang-ulang, sehingga membuat BNPB merumuskan penanganan bencana ke depannya di wilayah tersebut.

"Ketika cadangan makanan yang tidak ada, atau dukungan logistik yang mau didorong. Apakah dari distrik terdekat? Itu jaraknya sangat jauh dan biasanya cuma bisa ditransportasikan dengan udara," kata dia.

Menurut peta risiko bencana, tiga distrik tersebut berisiko kekeringan. Sementara Timika merupakan wilayah paling dekat untuk menurunkan bantuan ke Agandugume dan sekitarnya.

Namun, hambatan cuaca membuat bantuan hanya dapat diturunkan ke Distrik Sinak pada Kamis, (3/8/2023). Warga Agandugume dan sekitarnya harus berjalan kaki dan bermalam untuk mendapatkan bantuan di Sinak.

Abdul mengatakan jika sebelumnya bantuan hanya dapat diturunkan di Distrik Sinak, pada saat ini bantuan dapat langsung diantarkan ke Distrik Agandugume, dan melalui jalan darat ke dua distrik lainnya.

  

Infografis Deretan Wilayah Indonesia Terancam Kekeringan Parah dan Terdampak El Nino. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Deretan Wilayah Indonesia Terancam Kekeringan Parah dan Terdampak El Nino. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya