Harga Gabah Meroket, Jokowi: Petani Senang, Tapi Pembeli Beras Tidak

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut harga gabah kering saat ini mahal, sehingga membuat para petani senang. Menurut Jokowi, harga gabah saat ini berada di kisaran Rp7.300 hingga Rp7.600 per kilogram.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 08 Okt 2023, 12:45 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2023, 12:45 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat kunjungan kerja di Kabupaten Subang Jawa Barat, Minggu (8/10/2023).
Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat kunjungan kerja di Kabupaten Subang Jawa Barat, Minggu (8/10/2023). (Liputan6.com/Lizsa Egeham)

Liputan6.com, Subang - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut harga gabah kering saat ini mahal, sehingga membuat para petani senang. Menurut Jokowi, harga gabah saat ini berada di kisaran Rp7.300 hingga Rp7.600 per kilogram.

"Petaninya senang harga gabah mahal. Harga gabahnya Rp7.300, ada yang Rp7.400, Rp7.500, sampai Rp7.600, gimana enggak (senang)," kata Jokowi kepada wartawan usai meninjau panen padi di Kabupaten Subang Jawa Barat, Minggu (8/10/2023).

Berbeda dengan para petani, dia menyebut pembeli beras justru tidak senang dengan kondisi tersebut. Sebab, harga beras menjadi naik di sejumlah daerah.

"Kalau petaninya seneng, ini yang enggak seneng, pembeli berasnya," ujarnya.

Jokowi menyampaikan pemerintah telah melakukan upaya untuk menekan harga beras di pasaran. Salah satunya, dengan memasok beras sebanyak-banyaknya ke pasar-pasar.

"Harus kita atasi dengan memasok sebanyak-banyaknya ke pasar, agar harga bisa turun. Sementara ini, di Cipinang, harga sudah turun. Tapi kita harapkan juga di pasar sudah, di konsumen juga (turun)," tutur Jokowi.

Sebelumnya, Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli mencatat ada kenaikan harga beras di tingkat petani. Alhasil, kenaikan ini juga berpengaruh pada harga beras di pasaran atau tingkat konsumen.

Ruli menyebut, harga beras medium di pasaran tercatat sekitar Rp 13.000-15.000 per kilogram. Lantaran, harga di petani untuk Gabah Kering Panen (GKP) merangsek naik menjadi Rp 7.500 sampai Rp 7.700 per kilogram.

"Iya harga beras tinggi Rp 13 000 sampai Rp 15.000 medium karena harga gabah di tingkat petani tinggi 7.500 sampai 7.700 GKP," ujar Ruli kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).

Dia turut buka-bukaan alasan kenaikan tersebut. Ruli mencatat ada penambahan biaya produksi yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"Ini terjadi karena biaya produksi tinggi dari biaya sumber mencapai 20 persen," kata dia.

Cadangan Beras di Bulog, Kurang

Sebelumnya, Jokowi menyebut cadangan beras di gudang Bulog saat ini masih kurang, meski sudah ada 1,7 ton. Dia mengatakan pemerintah masih harus menambah cadangan beras nasional hingga 1,5 juta ton hingga akhir tahun.

"Tapi memang masih kurang sehingga dari stok yang ada di Bulog saat ini 1,7 juta ton masih menambah lagi, sampai akhir tahun kira-kira 1,5 juta ton," kata Jokowi saat meninjau panen padi di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (8/10/2023).

 Salah satu cara menambah cadangan beras yakni, dengan melakukan impor. Jokowi menjelaskan bahwa produksi beras nasional menurun karena dampak kemarau panjang akibat fenomena El Nino.

"Tapi sekali lagi karena El Nino produksinya tetap menurun, tetap berkurang. Tapi enggak ada masalah karena cadangan kita di Bulog juga masih banyak 1,7 juta ton," ujarnya.

Jokowi senang dengan panen padi di Kabupaten Subang mencapai 9 juta ton per hektare. Dia ingin panen padi di daerah-daerah lain juga bisa seoptimal di Kabupaten Subang.

"Ya ini di kabupaten Subang bagus. Mungkin minggu depan saya mau lihat di Indramayu. Kelihatannya juga lebih luas lagi panennya," tutur Jokowi.

"Kita harapkan dari panen-panen inilah pasokan beras bisa menambah cadangan kita," sambung dia.

 

Fenomena El Nino 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, puncak terjadinya fenomena El Nino di bulan September 2023. Sehingga diharapkan, masuk di bulan Oktober ini, fenomena tersebut menurun.

"Kalau fenomena El Nino-nya sendiri di bulan September dan Oktober ini, harapannya sudah mulai meluruh. Puncaknya kemarin di September dan harapannya sudah mulai meluruh di bulan Oktober," kata Sub Koordinator Bidang Analisis dan Informasi Iklim BMKG, Amsari Mudzakir Setiawan kepada Liputan6.com, seperti ditulis pada Jumat (6/10/2023).

"Meluruhnya ini kan nggak langsung drastis, dia turunnya bertahap. Jadi kita harapkan nanti di awal-awal tahun El Nino moderatnya sedikit bergeser menjadi El Nino lemah," sambungnya.

Amsari menjelaskan, hingga akhir tahun masih akan berlanjut fenomena dari El Nino tersebut. Lalu, kondisi dari fenomena El Nino ini mulai menurun secara bertahap pada awal tahun 2024.

 

El Nino Berlanjut hingga Akhir Tahun

"Kalau berdasarkan pengamatan terakhir, kita posisi di bulan September hingga September akhir kemarin itu masih berada di El Nino moderat. Nah, kondisi El Nino moderat ini kita prediksikan masih terus berlanjut paling tidak sampai dengan akhir tahun ini. Kemudian nanti meluruh berangsur-angsur menuju kondisi El Nino lemah mulai awal tahun 2024," kata dia.

Berdasarkan pengamatan dari kondisi hujannya, dapat diketahui bahwa di bulan September kemarin terdapat beberapa daerah yang mengalami musim hujan dengan kategori rendah.

"Kalau kondisi hujan di bulan September yang lalu itu umumnya beberapa wilayah berikut itu masih mengalami curah hujan yang kategori rendah dan sifat hujannya di bawah normal," jelas Amsari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya