3 Pernyataan BMKG Usai Gempa Tuban yang Pertama Menggetarkan pada Jumat Siang 22 Maret 2024

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) angkat bicara terkait gempa bumi yang terjadi di Tuban, Jawa Timur (Jatim). BMKG mencatat, gempa pertama terjadi pada Jumat siang 22 Maret 2024.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 24 Mar 2024, 12:45 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2024, 12:45 WIB
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) angkat bicara terkait gempa bumi yang terjadi di Tuban, Jawa Timur (Jatim). BMKG mencatat, gempa pertama terjadi pada Jumat siang 22 Maret 2024.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) angkat bicara terkait gempa bumi yang terjadi di Tuban, Jawa Timur (Jatim). BMKG mencatat, gempa pertama terjadi pada Jumat siang 22 Maret 2024. (Sumber Foto: BMKG)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) angkat bicara terkait gempa bumi yang terjadi di Tuban, Jawa Timur (Jatim). BMKG mencatat, gempa pertama terjadi pada Jumat siang 22 Maret 2024.

Menurut Kepala BMKG Tuban Zem Irianto Padama, terjadi 193 kali gempa susulan di laut Kabupaten Tuban sejak gempa pertama pada Jumat siang 22 Maret 2024 hingga Sabtu malam 23 Maret 2024.

"Sekarang ini, gempa susulan ke-193 kali yang tercatat sampai (pukul) 20.28 WIB," kata Zem seperti dikutip dari dari Antara, Minggu (24/3/2024).

Zem menjelaskan, gempa terakhir yang tercatat berkekuatan magnitudo 3,5. Gempa susulan itu berlokasi di 141 kilometer timur laut Tuban, Jatim dengan kedalaman 10 kilometer.

Selain itu, BMKG mendorong pakar kebumian untuk melakukan kajian yang menarik tentang potensi gempa bumi yang bersumber di Laut Jawa. Hal ini dilakukan guna menyiapkan skema mitigasi yang efektif untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono. Dia mengungkapkan bahwa kejadian gempa bumi dengan magnitudo signifikan mencapai 6,5 di Laut Jawa merupakan hal yang jarang terjadi dan menarik perhatian para pakar kebumian.

"Dorongan kajian ini dilakukan agar dapat melihat sejauh mana potensi gempa yang bisa terjadi di Laut Jawa terkait aktivitas kegempaan," ucap Rahmat.

"Kajian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar magnitudo yang mungkin terjadi di sana," sambung dia.

Berikut sederet pernyataan BMKG terkait gempa Tuban yang pertama kali terjadi pada Jumat siang 22 Maret 2024 dihimpun Liputan6.com:

 


1. Catat 193 Kali Gempa Susulan

Gempa
Gempa Magnitudo 6,1 mengguncang wilayah Tuban, Jatim, Jumat siang (22/3/2024), pukul 11.22.45 WIB. (Liputan6.com/ BMKG)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, terjadi 193 kali gempa susulan di laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim). Data itu tercatat sejak gempa pertama pada Jumat siang 22 Maret 2024 hingga Sabtu malam (23/3/2024).

"Sekarang ini, gempa susulan ke-193 kali yang tercatat sampai (pukul) 20.28 WIB," kata Kepala BMKG Tuban, Zem Irianto Padama seperti dikuti dari Antara, Minggu (24/3/2024).

Zem menjelaskan, gempa terakhir yang tercatat berkekuatan magnitudo 3,5. Gempa susulan itu berlokasi di 141 kilometer timur laut Tuban, Jatim dengan kedalaman 10 kilometer.

 


2. Dorong Ahli Lakukan Pengkajian

Sejumlah pasien RS Unair dievakuasi ke halaman imbas gempa Tuban. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Sejumlah pasien RS Unair dievakuasi ke halaman imbas gempa Tuban. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

BMKG mendorong pakar kebumian untuk melakukan kajian yang menarik tentang potensi gempa bumi yang bersumber di Laut Jawa. Hal ini dilakukan guna menyiapkan skema mitigasi yang efektif untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengungkapkan bahwa kejadian gempa bumi dengan magnitudo signifikan mencapai 6,5 di Laut Jawa merupakan hal yang jarang terjadi dan menarik perhatian para pakar kebumian.

Dorongan kajian ini, menurut Rahmat, dilakukan agar dapat melihat sejauh mana potensi gempa yang bisa terjadi di Laut Jawa terkait aktivitas kegempaan.

"Kajian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar magnitudo yang mungkin terjadi di sana," jelas Rahmat Triyono di Pasaman, Minggu (24/3/2024).

Upaya ini dilakukan untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi yang tepat apabila terjadi kemungkinan terburuk, seperti gempa bumi yang berpotensi disusul oleh gelombang tsunami.

 


3. Akui Jarang Beri Informasi Potensi Rawan Tsunami di Pantai Utara

Bangunan di Tuban rusak akibat gempa. (Istimewa)
Bangunan di Tuban rusak akibat gempa. (Istimewa)

Rahmat menjelaskan, selama ini, ancaman tsunami hanya diketahui di Pantai Selatan Jawa, Pantai Barat Sumatera, dan sebagainya. Namun, khusus di pantai utara, BMKG jarang memberikan informasi adanya potensi rawan tsunami.

Dia mengatakan bahwa apabila terdapat potensi sumber gempa yang besar dengan mekanisme mendatar, potensi terjadinya tsunami cenderung kecil dibandingkan dengan sesar naik.

"Intinya, kejadian gempa kemarin menjadi perhatian bersama masyarakat Jawa Timur, terutama di bagian utara, karena terdapat ancaman gempa dangkal yang berpotensi merusak," ungkapnya yang dilansir Antara.

Selama ini, BMKG melaporkan bahwa aktivitas kegempaan di bagian utara lebih didominasi oleh gempa dalam, yang memiliki dampak kerusakan yang lebih kecil.

Infografis Korban Gempa Bumi Cianjur Jawa Barat Magnitudo 5,6
Infografis Korban Gempa Bumi Cianjur Jawa Barat Magnitudo 5,6 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya