Liputan6.com, Jakarta Dunia saat ini tengah dihantui oleh krisis pangan, tak terkecuali Indonesia. Pasalnya, jumlah penduduk yang bertambah tidak linear dengan produksi pangan yang juga bertambah.
Selain jumlah penduduk dan produksi pangan yang tidak linear itu, krisis iklim serta pembatasan ekspor dan kondisi geopolitik pun menjadi faktor dalam menciptakan krisis pangan di berbagai belahan dunia.
Baca Juga
Untuk mengatasi hal tersebut, langkah mewujudkan ketahanan pangan pun menjadi penting. Namun, persoalan ketahanan pangan harus dilihat secara utuh dari hulu ke hilir, termasuk dari proses produksi, distribusi sampai konsumsi.
Advertisement
Berkaitan dengan itu, Perum Badan Urusan Logistik (BULOG) menegaskan komitmen dalam menjaga stabilitas pangan nasional di tengah tantangan dalam mencapai ketahanan pangan. Perum BULOG juga berkomitmen untuk terus memprioritaskan penyerapan gabah dalam negeri.
"Perum BULOG hanya bisa menyerap gabah, bila produksinya ada. Kami berkomitmen untuk terus memprioritaskan penyerapan gabah dalam negeri," ujar Direktur Utama Perum BULOG, Bayu Krisnamurthi.
"Saat ini kami telah menyerap kurang lebih 700 ribu ton, lebih dari target yang telah ditugaskan oleh pemerintah sebesar 600 ribu ton dan kami optimis bisa menyerap lebih dari 900 ribu ton setara beras pada tahun ini, impor hanya dilakukan bila perlu, melihat neraca beras yang ada,” jelasnya.
Cadangan Beras 1,8 Juta Ton
Bayu menyebut bahwa Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dimiliki oleh Perum BULOG saat ini sejumlah 1,8 juta ton dan 30% berasal dari stok dalam negeri. Ia mengatakan, hal itu suatu pencapaian tersendiri, mengingat masa panen padi yang pendek sekitar 2 sampai 3 bulan.
"Yang pertama adalah membeli gabah, tunggu di gudang dan hal ini hanya bisa dilakukan di 10 Sentra Penggilingan Padi yang dimiliki Perum BULOG, di mana kita bisa menyerap gabah dalam jumlah yang cukup banyak," sebutnya.
"Pilihan kedua adalah membeli gabah dengan cara menjemput ke petani serta mekanisme ketiga adalah membeli beras asalan dari penggilingan-penggilingan padi kecil yang kita beli dan olah sehingga menghasilkan beras sesuai kemauan pasar,” jelas Bayu.
Ia pun mengungkapkan, walaupun penyerapan gabah dalam negeri sudah optimal, namun persoalan serius terdapat pada proses produksi.
Di sisi lain, berdasarkan data BPS, produksi padi pada periode Januari-April 2024 turun 17,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu saat mencapai 22,55 juta ton. Untuk mengatasi hal itu, Perum BULOG pun mulai masuk ke ranah hulu dengan memiliki program bernama Mitra Tani.
“Menjadi petani itu tantangannya makin besar dan berat, karenanya petani harus didampingi dan dibantu untuk bisa membantu peningkatan produktivitas," ujar Bayu.
"KPI kami adalah meningkatkan produktivitas petani melalui program ini, bukan semata-mata hanya untuk bisa mendapatkan beras dan kalau petani bisa meningkatkan produktivitasnya, maka secara makro ada peningkatan produksi beras," jelasnya.
Bayu mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada 250 hektare lahan yang dikelola dalam program Mitra Tani.
Dengan komitmen yang kuat dan strategi yang tepat, Perum BULOG memastikan bahwa setiap dapur di Indonesia memiliki akses ke pangan yang cukup dan terjangkau. Perum BULOG terus berupaya menjaga stabilitas pangan demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan salah satu visi transformasi yang sedang dilakukan.
(*)
Advertisement