Kronologi Penangkapan Otak Penipuan Modus 'Like and Subscribe' yang Raup Rp1,5 Triliun

Tersangka berinisial S.Z alias C, Warga Negara (WN) Cina, akhirnya berhasil ditangkap Dittipidsiber Bareskrim Polri setelah bisnis ilegal penipuan online menawarkan pekerjaan like dan subscribe berhasil dibongkar.

oleh Aries Setiawan diperbarui 17 Jul 2024, 06:45 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 06:45 WIB
Penipuan Online
Dittipidsiber Bareskrim Polri menangkap otak pelaku dari penipuan online jaringan internasional dengan modus membuka lowongan kerja paruh waktu yang ditawarkan lewat media sosial. (Tim News).

Liputan6.com, Jakarta Tersangka berinisial S.Z alias C, Warga Negara (WN) Cina, akhirnya berhasil ditangkap Dittipidsiber Bareskrim Polri setelah bisnis ilegal penipuan online menawarkan pekerjaan like and subscribe berhasil dibongkar.

Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigjen Pol Himawan Bayu Aji, mengatakan S.Z ditangkap di Dubai setelah menerima 189 laporan polisi dan aduan dari Konsulat Jenderal (Konjen) di Timur Tengah terkait WNI yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) penipuan jaringan internasional.

"Ungkapan kasus ini berhasil karena kerja sama dan keberhasilan pengungkapan ini tidak terlepas dari proses investigasi yang mendalam," kata Himawan saat jumpa pers, Selasa (16/7/2024).

Berawal dari satu tersangka WNI inisial N.S.S yang bekerja sebagai penerjemah ditangkap pada Agustus 2023 silam dan telah divonis 3,5 tahun penjara oleh PN Jakarta Pusat. Penyidikan kasus penipuan online ini pun masih terus berlanjut sampai mengarahkan penyidik ke Dubai.

Di sana, barulah terungkap kalau bisnis ilegal menawarkan kerja paruh waktu like dan subscribe itu digerakkan oleh Z.S, WN Cina yang dibantu dua tersangka asal WNI inisial M selaku perekrut pegawai, dan H selaku operator pusat.

"Jadi diawali dari scam internasional (sindikat penipuan international) akan ada terkait kasus TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) dan kasus TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang). Jadi tiga kasus ini akan menjadi satu rangkaian dari jaringan internasional," tuturnya.

Saat ini, S.Z dan dua tersangka lainnya telah dibawa ke Indonesia untuk menjalani proses hukum atas kasus tindak pidananya pada 27 Juni. Setelah diterbitkan red notice dari interpol di Lyon Prancis, diketahui S.Z berada di Dubai.

"Selanjutnya penyidik akan menjalankan pemeriksaan lanjutan terhadap tersangka serta pengembangan terkait kasus online scam jaringan internasional yang telah banyak menimbulkan kerugian korban," kata Himawan.

Usut TPPO dan TPPU

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengatakan pihaknya memburu dua nama dalam kasus dugaan penipuan dengan modus like video YouTube.
Polisi membongkar kasus penipuan dengan modus like video YouTube. (Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Dari bisnis ilegal ini, S.Z bersama sindikatnya berhasil meraup kurang lebih Rp1,5 triliun. Hasil itu berdasarkan bisnis penipuan dari empat negara yakni, Indonesia Rp59 miliar, India Rp1,077, Cina Rp91 miliar, dan Thailand Rp288 miliar.

Ternyata bukan hanya bisnis penipuan, S.Z juga terlibat dalam kasus TPPO dengan meminta M menjaring pekerja dari Indonesia yang digaji 3.500 dirham atau sebesar Rp15 juta. Namun tidak sesuai kenyataan, banyak dari pegawai malah ditelantarkan oleh tersangka.

"Setelah satu minggu para WNI tersebut melarikan diri dikarenakan merasa terancam dan tertipu serta pekerjaan yang dijanjikan tidak sesuai dengan kenyataan dan melakukan kejahatan," jelasnya.

Oleh sebab itu, berdasarkan aset dari hasil kejahatan S.Z, Polri saat ini mulai melakukan tracing asset. Sebagaimana tindak lanjut dari proses TPPU yang kini masih dalam proses penyidikan.

"Adapun aset tersebut akan dikoordinasikan dengan penyidik bersama interpol sehingga dapat segera diamankan dan disita," kata Himawan.

Dalam pengembangan kasus, sejauh ini ada empat tersangka yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) untuk diajukan red notice di antaranya tiga WNI dan satu WNA.

"Saat ini masih dalam proses untuk permintaan red notice. Sampai saat ini penyidik masih melakukan koordinasi secara intens dengan Hubinter dan Interpol untuk melakukan pencarian pelaku tersebut," jelasnya.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdka.com

INFOGRAFIS CEK FAKTA_Tips Terhindar Penipuan Lowongan Kerja Palsu (Liputan6.com/Abdillah)
INFOGRAFIS CEK FAKTA_Tips Terhindar Penipuan Lowongan Kerja Palsu (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya