Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini sempat viral di media sosial tanda pagar atau tagar #KaburAjaDulu. Munculnya tagar #KaburAjaDulu sebagai respons terhadap kondisi sosial ekonomi terkini di Indonesia.
Sejumlah warganet mengkampanyekan #KaburAjaDulu sebagai ajakan untuk mengadu nasih di luar negeri, lantaran lapangan kerja di dalam negeri yang tidak pasti.
Baca Juga
Seperti diutarakan akun X @Ju***Ekspor, yang menilai nasib tenaga kerja di Indonesia semakin tidak jelas dari tahun ke tahun. Sehingga dirinya memilih untuk hijrah mencari nafkah di luar Indonesia.
Advertisement
"baru rame #KaburAjaDulu , gue udah bilang dari beberapa tahun lalu, Indonesia ini makin kacau. Bisnis makin ga sehat, permainan orang dalam, impor menggila, inflasi terus naik, gaji ga naik, kualitas hidup ga ada. Makanya gua pindah ke luar negeri, buka bisnis diluar negeri," tulisnya, seperti dikutip Senin 10 Februari 2025 lalu.
Sejumlah pihak pun angkat bicara usai hebohnya tagar #KaburAjaDulu. Salah satunya Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjudin Nur Effendi.
Dia menilai tagar viral #KaburAjaDulu menyeruak imbas tak menentunya kondisi sosial ekonomi di dalam negeri. Termasuk kebijakan pemangkasan anggaran besar-besaran yang dilakukan pemerintah, hingga mencapai Rp306,69 triliun di APBN 2025.
Tadjudin mengatakan, pemotongan anggaran yang dilakukan pemerintah cukup mengganggu pola kerja dari para abdi negara. Lantaran ada situasi yang dianggap mengusik kestabilan PNS untuk bekerja.
"Kelompok ASN mengatakan, kalau begini caranya ya lebih bagus cari peluang kerja di luar negeri. Sekarang ini di medsos banyak sekali tawaran ke luar negeri. Kayak misalnya di Australia, Polandia, Jepang. Kerja di desa mau dikasih sekian juta," kata Tadjudin.
Kemudian, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding melihat ada sisi positifnya. Dia juga mengingatkan, masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri harus meningkatkan keterampilan dan kemampuannya terlebih dahulu.
Menurut Karding, dengan kemampuan yang mumpuni, pekerja migran Indonesia akan mendapat sambutan hangat negara pemberi kerja. Jangan sampai, kata dia, yang sudah berangkat ke luar negeri menjadi sia-sia karena kompetensi yang tidak memadai.
"Kami melihat ada satu hal yang bisa kita isi di sana, yaitu Anda boleh kabur, tapi Anda bekerja aja di luar negeri, daripada kaburnya percuma sia-sia," kata Karding dalam keterangannya seperti dikutip Jumat 14 Februari 2025.
Berikut sederet fakta dan respons sejumlah pihak usai menggemanya tagar #KaburAjaDulu dihimpun Tim News Liputan6.com:
1. Ramai oleh Warganet di Media Sosial
Tagar #KaburAjaDulu tengah menggema di sosial media selama beberapa waktu terakhir, sebagai respons terhadap kondisi sosial ekonomi terkini di dalam negeri.
Sejumlah netizen mengkampanyekan #KaburAjaDulu, sebagai ajakan untuk mengadu nasih di luar negeri, lantaran lapangan kerja di dalam negeri yang tidak pasti.
Seperti diutarakan akun X @Ju***Ekspor, yang menilai nasib tenaga kerja di Indonesia semakin tidak jelas dari tahun ke tahun. Sehingga dirinya memilih untuk hijrah mencari nafkah di luar Indonesia.
"baru rame #KaburAjaDulu , gue udah bilang dari beberapa tahun lalu, Indonesia ini makin kacau. Bisnis makin ga sehat, permainan orang dalam, impor menggila, inflasi terus naik, gaji ga naik, kualitas hidup ga ada. Makanya gua pindah ke luar negeri, buka bisnis diluar negeri," tulisnya, seperti dikutip Senin 10 Februari 2025.
Ungkapan senada diutarakan akun X lain, @ism***fahmi. Ia menyebut masa depan pekerja di Indonesia kian suram dan dihantui ketidakjelasan.
"Frustrasi netizen terhadap keadaan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpuasan ekonomi, kualitas hidup yang menurun, ketidakadilan sosial, kebijakan pemerintah yang tidak memadai, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik," ungkapnya.
Namun, segala anggapan tersebut ditentang oleh akun X @inv***orgabut, yang merasa beradu nasib di Indonesia masih lebih nyaman dibanding negara luar. Menurutnya, banyak kesempatan kerja di Tanah Air dengan penghasilan tinggi yang bisa dicari.
"Gw gk setuju dgn #KaburAjaDulu. Tinggal di Indo itu aslinya enak krn apa2 murah, iklimnya nyaman (gw pernah ke Italia pas summer dan winter, panas sama dinginnya sama2 gk ngotak), dan tentunya deket keluarga," serunya.
"Better cari remote job yg dibayar pake US$. Come on guys, this is 2025," dia menambahkan.
Di tengah ajakan kabur aja dulu, akun @Mik***Dewabrata mengajak warganet yang minat cari peruntungan di luar Indonesia untuk mendalami informasi seputar visa tinggal di negara tujuannya.
"Kalau rajin cek web imigirasi di negara tujuan, biasanya ada keterangan untuk cara mendapatkan visa untuk tinggal. Tiap negara beda-beda, dan yang sediain visa skilled worker. Informasinya cukup lengkap, bikin kita bisa atur targetnya," sebutnya.
Menurut dia, informasi soal visa tinggal berguna untuk strategi jangka panjang. Mulai dari meningkatkan kapasitas kerja, biaya untuk tabungan, hingga mempelajari bahasa asing di tempat tujuannya.
"Kalau pas cek biaya agak mahal, mulai bikin gol untuk mencapai tabungan di angka yang kita tentukan. Mirip seperti Kaluna di Home Sweet Loan, tapi golnya modal ke LN. Di sini bisa masukin perhitungan cost seperti kursus bahasa, naekin skill, deposit, dst," bebernya.
"Emang ga mudah. Tingkat kesulitannya lumayan tinggi, tapi karena syarat-syarat yang ditampilin jelas, kita bisa estimasi sendiri target itu realistis atau tidak," tulis dia.
Advertisement
2. Pengamat Nilai Imbas Pemangkasan Anggaran, Bikin Galau
Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjudin Nur Effendi, menilai tagar viral #KaburAjaDulu menyeruak imbas tak menentunya kondisi sosial ekonomi di dalam negeri. Termasuk kebijakan pemangkasan anggaran besar-besaran yang dilakukan pemerintah, hingga mencapai Rp 306,69 triliun di APBN 2025.
Efisiensi anggaran ini turut berdampak pada kegiatan operasional para aparatur sipil negara (ASN) atau PNS. Mulai dari pemadaman listrik di beberapa tempat, pengadaan angkutan jemputan, hingga isu pembayaran tunjangan kinerja (tukin) yang hanya mampu hingga 10 bulan, menurut informasi yang didapat Liputan6.com.
Tadjudin mengatakan, pemotongan anggaran yang dilakukan pemerintah cukup mengganggu pola kerja dari para abdi negara. Lantaran ada situasi yang dianggap mengusik kestabilan PNS untuk bekerja.
"Kelompok ASN mengatakan, kalau begini caranya ya lebih bagus cari peluang kerja di luar negeri. Sekarang ini di medsos banyak sekali tawaran ke luar negeri. Kayak misalnya di Australia, Polandia, Jepang. Kerja di desa mau dikasih sekian juta," kata Tadjudin kepada Liputan6.com, Senin 10 Februari 2025.
Menurut dia, kebijakan yang dibuat di tengah situasi tak pasti saat ini membuat banyak pekerja di Indonesia ikut gundah.
"Akhirnya timbul ide ke mana kita mau pergi. Artinya lebih bagus ya kita pergi dulu aja. Tunggu nanti kalau Indonesia sudah baik baru balik," imbuhnya.
Kondisi tersebut turut memantik para anak muda, khususnya milenial yang terdorong untuk kabur mengadu nasib di luar negeri. Pasalnya, ia menyebut persaingan lapangan kerja di Indonesia juga semakin tidak sehat.
"Karena apa, peluang kerja di dalam negeri sangat terbatas. Kita tahu sekarang anak-anak muda itu yang justru mau kerja itu dipermainkan calo," kata Tadjudi.
3. Kerja di Luar Negeri Lebih Menawarkan Pekerjaan
Ketika situasi Indonesia pun tak pasti, banyak perusahaan luar negeri yang justru menawarkan lapangan kerja dengan prospek bagus. Sehingga, banyak anak muda yang kemudian berpikir untuk mengirimkan lamaran kerja di luar negeri.
"Di Inggris ada tawaran, di Polandia ada tawaran, di Australia malah disebut, pekerjaan di pertanian kerjanya seperti ini, tidak perlu bahasa tetapi begini. Satu jam dapat sekian, sehingga bisa mengumpulkan sekian miliar (rupiah) dalam setahun," tutur Tadjudin.
Berdasarkan informasi yang didapatnya, Tadjudin menambahkan, pekerjaan di luar negeri juga menjanjikan spesifikasi kerjaan dan upah yang lebih jelas. Mulai dari disediakannya fasilitas tempat tinggal, jaminan uang lembur, dan kepastian soal kerjaan.
"Daripada bertahan di sini dengan situasi/kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan mereka, ya lebih bagus kabur dulu. Saya pikir itu sangat rasional dalam situasi seperti ini," ungkap dia.
"Dan, dalam kenyataan, sudah ada 1.000 pemuda Indonesia yang lari ke Singapura dan menjadi warga negara Singapura. Mereka diterima dengan senang hati, dikasih gaji yang cukup tinggi dan fasilitas yang cukup memadai. Daripada di dalam negeri Indonesia, enggak jelas mau ke mana," bebernya.
Dengan adanya efisiensi anggaran dan kebijakan yang menyertai, ia menilai banyak anak muda yang kini sudah tak lagi berhasrat untuk menjadi ASN.
Ditambah, ia menilai peluang kerja untuk jadi abdi negara merupakan lahan basah yang masih dipermainkan oleh sekelompok oknum.
"Kalau situasi seperti ini tidak hanya lingkup ASN. Banyak anak-anak yang sekarang itu ASN mendaftar tapi susah. Bahkan mereka dipermainkan oleh calo, ada yang bayar, begini, begitu. Artinya lebih baik mereka cari kerja di luar, dan itu tawarannya banyak," ycap Tadjudin.
Advertisement
4. Pengamat Nilai Rakyat Tagih Janji 19 Juta Lapangan Kerja Baru
Tadjudin lalu menyoroti janji dari pasangan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, soal penciptaan 19 juta lapangan kerja baru.
Tadjudin menagih janji itu, lantaran maraknya seruan di sosial media untuk berpindah kerja di luar negeri. Tagar #KaburAjaDulu menggema sebagai bentuk skeptisme warganet terhadap situasi sosial dan ekonomi di Tanah Air.
"Ya janji peluang kerja, katanya 19 juta pada waktu kampanye, mana ceritanya. Ini menurut hemat saya, respon anak-anak muda kita terhadap situasi yang tidak jelas. Artinya situasi yang tidak punya kepastian masa depan kita ini," ungkap Tadjudin.
Menurut dia, kampanye #KaburAjaDulu bukan berarti menunjukan anak muda Indonesia sudah mengabaikan sisi nasionalisme. Tadjudin mengatakan, generasi milenial saat ini lebih realistis di tengah menjamurnya informasi di jagat Maya.
"Itu yang dibaca anak-anak itu, kemudian keluar lah tagar itu. Lebih bagus kabur. Kabur bukan berarti tidak cinta Indonesia," kata Tadjudin.
"Mereka berharap nanti kalau situasi sudah baik, situasi politik/ekonomi sudah baik, nanti pulang lagi, dan itu bisa terjadi," dia menambahkan.
Adapun janji penciptaan 19 juta lapangan kerja baru sempat diutarakan oleh Gibran Rakabuming Raka saat dirinya berkampanye sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto.
Gibran mengatakan jika agenda hilirisasi, transisi energi menuju energi hijau dan ekonomi kreatif Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) didorong akan membuka 19 juta lapangan kerja.
5. Pesan Anies Baswedan Bagi Warga Indonesia yang Ingin Kabur Aja Dulu
Tagar 'Kabur Aja Dulu' tengah ramai diperbincangkan di media sosial, mencerminkan keresahan sebagian masyarakat terhadap kondisi Indonesia saat ini.
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengingatkan bahwa mencintai Indonesia bukan sekadar merasa bangga saat keadaan negara dalam kondisi baik, tetapi justru diuji ketika Indonesia menghadapi berbagai masalah dan membutuhkan perubahan.
"Cinta itu diuji saat negara sedang menghadapi banyak tantangan. Wajar jika terkadang kita lelah, karena perjuangan tanpa istirahat itu bisa terasa berat," kata Anies dalam sebuah video yang diunggah di akun X nya.
Menurutnya, rasa lelah dalam memperjuangkan perubahan bukanlah hal yang aneh. Bahkan, dalam perjalanan sejarah, banyak tokoh bangsa yang terus berjuang meskipun mereka tidak sempat melihat hasilnya secara langsung.
"Generasi 1908 dan 1928 terus bergerak maju meskipun saat itu dianggap hanya mimpi di siang bolong. Perjuangan mereka seperti gabungan antara maraton dan estafet, dilakukan secara bergantian tetapi tetap maju," tambahnya.
Menanggapi fenomena masyarakat yang mempertimbangkan untuk tinggal di luar negeri, Anies menyebut bahwa nasionalisme bukan ditentukan oleh tempat tinggal seseorang, tetapi bagaimana seseorang tetap berkontribusi bagi Indonesia di mana pun berada.
"Banyak tokoh bangsa kita yang dulu lama tinggal di luar negeri, tetapi tetap memberikan kontribusi besar bagi Indonesia. Jadi, nasionalisme itu bukan soal di mana kita tinggal, tetapi bagaimana kita tetap memberi manfaat bagi negeri ini, sekecil apa pun," ujarnya.
Anies juga menekankan bahwa bagi mereka yang memilih untuk tinggal di luar negeri karena kebutuhan diri atau keluarga, hal itu merupakan keputusan yang sah. Namun, ia mengingatkan bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk pindah ke luar negeri.
"Bagi yang berkesempatan pergi, gunakan peluang tersebut sebaik-baiknya, tetap berkontribusi untuk Indonesia di mana pun kalian berada. Sementara bagi yang tetap tinggal di Indonesia, mari kita saling mendukung dan menghadapi tantangan ini bersama-sama," pungkasnya.
Advertisement
6. Menteri Karding Sebut Boleh, Tapi Bekerja Saja di Luar Negeri
Tagar 'Kabur Aja Dulu' tengah ramai diperbincangkan di media sosial, di mana ingin menggambarkan dan mencerminkan keresahan sebagian masyarakat terhadap kondisi Indonesia saat ini.
Terkait hal ini, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding melihat ada sisi positifnya. Dia juga mengingatkan, masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri harus meningkatkan keterampilan dan kemampuannya terlebih dahulu.
Menurut Karding, dengan kemampuan yang mumpuni, pekerja migran Indonesia akan mendapat sambutan hangat negara pemberi kerja. Jangan sampai, kata dia, yang sudah berangkat ke luar negeri menjadi sia-sia karena kompetensi yang tidak memadai.
"Kami melihat ada satu hal yang bisa kita isi di sana, yaitu Anda boleh kabur, tapi Anda bekerja aja di luar negeri, daripada kaburnya percuma sia-sia,” kata Karding dalam keterangannya seperti dikutip Jumat (14/2/2025).
Dia berjanji KemenP2MI hadir untuk membantu masyarakat meningkatkan kompetensi agar keinginan bekerja di luar negeri tercapai.
"Kita tingkatkan kapasitas mereka, kita tempatkan mereka bekerja, dapat untung yaitu pekerjaan, dapat gaji, bisa bantu keluarga dan negara," ungkap Karding.
Dia juga mengingatkan, mereka yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kompetensi yang mumpuni akan dibantu untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri sesuai kemampuan.
"Yang penting pelatihan saja, tinggal mau kerja apa, kita tempatkan di tempat-tempat bekerja itu," pungkasnya.
7. Ini Pesan Kemlu RI
Selama beberapa hari terakhir, tagar Kabur Aja Dulu banyak disinggung di media sosial. Tagar ini dinilai mencerminkan kekecewaan sejumlah orang terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik di tanah air, sehingga memiliki keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) turut merespons ramainya #KaburAjaDulu di media sosial.
"Satu hal yang kita tegaskan, hak setiap warga negara bekerja di luar negeri. Namun, lakukan dengan proses yang benar dan jalur yang legal," demikian pesan dari Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu RI Judha Nugraha kepada awak media dalam jumpa pers pada Kamis 13 Februari 2025.
Menurut Judha, dari 67.297 jumlah kasus WNI pada tahun 2024, mayoritas kasus pelanggaran keimigrasian.
"Artinya apa? Banyak warga negara kita bekerja di luar negeri masih melalui jalur non-prosedural. Jadi, pola imigrasinya belum aman," ucap dia.
"Nah, ke depan kita ingin dorong migrasi aman perlu kita tingkatkan. Jadi, pertama tentunya kita kuatkan tata kelola migrasi yang murah, mudah, dan aman. Kemudian ketika pola migrasinya sudah tercipta, penegakan hukum kita lakukan," sambung Judha.
Judha menambahkan, "Kalau kita lihat di media sosial (tagar) ayo kita ke luar negeri, tapi kalau itu dilakukan dengan cara yang tidak aman justru yang terjadi adalah kasus-kasus online scamming."
"Kan banyak bekerja di luar negeri, tapi kemudian tidak dilengkapi dengan visa kerja. Tanda tangan kontrak sejak awal, dia tidak paham kredibilitas perusahaannya."
"Masyarakat harus mematuhi prosedur, kalau sudah tahu ada modus penipuan atau TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang), jangan memaksakan diri untuk ikut tren."
Kemlu RI menyebutkan bahwa jumlah kasus WNI pada 2024 meningkat dibanding tahun sebelumnya, yakni sekitar 53.598 kasus.
Advertisement
