Liputan6.com, Jakarta Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tadjudin Nur Effendi, menilai tagar viral #KaburAjaDulu menyeruak imbas tak menentunya kondisi sosial ekonomi di dalam negeri. Termasuk kebijakan pemangkasan anggaran besar-besaran yang dilakukan pemerintah, hingga mencapai Rp 306,69 triliun di APBN 2025.
Efisiensi anggaran ini turut berdampak pada kegiatan operasional para aparatur sipil negara (ASN) atau PNS. Mulai dari pemadaman listrik di beberapa tempat, pengadaan angkutan jemputan, hingga isu pembayaran tunjangan kinerja (tukin) yang hanya mampu hingga 10 bulan, menurut informasi yang didapat Liputan6.com.
Baca Juga
Tadjudin mengatakan, pemotongan anggaran yang dilakukan pemerintah cukup mengganggu pola kerja dari para abdi negara. Lantaran ada situasi yang dianggap mengusik kestabilan PNS untuk bekerja.
Advertisement
"Kelompok ASN mengatakan, kalau begini caranya ya lebih bagus cari peluang kerja di luar negeri. Sekarang ini di medsos banyak sekali tawaran ke luar negeri. Kayak misalnya di Australia, Polandia, Jepang. Kerja di desa mau dikasih sekian juta," kata Tadjudin kepada Liputan6.com, Senin (10/2/2025).
Bikin Pekerja Galau
Menurut dia, kebijakan yang dibuat di tengah situasi tak pasti saat ini membuat banyak pekerja di Indonesia ikut gundah.
"Akhirnya timbul ide ke mana kita mau pergi. Artinya lebih bagus ya kita pergi dulu aja. Tunggu nanti kalau Indonesia sudah baik baru balik," imbuhnya.
Kondisi tersebut turut memantik para anak muda, khususnya milenial yang terdorong untuk kabur mengadu nasib di luar negeri. Pasalnya, ia menyebut persaingan lapangan kerja di Indonesia juga semakin tidak sehat.
"Karena apa, peluang kerja di dalam negeri sangat terbatas. Kita tahu sekarang anak-anak muda itu yang justru mau kerja itu dipermainkan calo," kata Tadjudi.
Ketika situasi Indonesia pun tak pasti, banyak perusahaan luar negeri yang justru menawarkan lapangan kerja dengan prospek bagus. Sehingga, banyak anak muda yang kemudian berpikir untuk mengirimkan lamaran kerja di luar negeri.
"Di Inggris ada tawaran, di Polandia ada tawaran, di Australia malah disebut, pekerjaan di pertanian kerjanya seperti ini, tidak perlu bahasa tetapi begini. Satu jam dapat sekian, sehingga bisa mengumpulkan sekian miliar (rupiah) dalam setahun," tuturnya.
Â
Spesifikasi Kerja dan Upah Lebih Jelas
Berdasarkan informasi yang didapatnya, Tadjudin menambahkan, pekerjaan di luar negeri juga menjanjikan spesifikasi kerjaan dan upah yang lebih jelas. Mulai dari disediakannya fasilitas tempat tinggal, jaminan uang lembur, dan kepastian soal kerjaan.
"Daripada bertahan di sini dengan situasi/kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan mereka, ya lebih bagus kabur dulu. Saya pikir itu sangat rasional dalam situasi seperti ini," ungkap dia.
"Dan, dalam kenyataan, sudah ada 1.000 pemuda Indonesia yang lari ke Singapura dan menjadi warga negara Singapura. Mereka diterima dengan senang hati, dikasih gaji yang cukup tinggi dan fasilitas yang cukup memadai. Daripada di dalam negeri Indonesia, enggak jelas mau ke mana," bebernya.
Â
Advertisement
ASN Sudah Tak Menjanjikan?
Dengan adanya efisiensi anggaran dan kebijakan yang menyertai, ia menilai banyak anak muda yang kini sudah tak lagi berhasrat untuk menjadi ASN.
Ditambah, ia menilai peluang kerja untuk jadi abdi negara merupakan lahan basah yang masih dipermainkan oleh sekelompok oknum.
"Kalau situasi seperti ini tidak hanya lingkup ASN. Banyak anak-anak yang sekarang itu ASN mendaftar tapi susah. Bahkan mereka dipermainkan oleh calo, ada yang bayar, begini, begitu. Artinya lebih baik mereka cari kerja di luar, dan itu tawarannya banyak," ucapnya.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)