Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mempertimbangkan untuk melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) pada malam hari. Langkah ini diambil untuk mengurangi intensitas hujan dan meminimalisir risiko banjir yang sering melanda ibu kota.
Kerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjadi kunci dalam pelaksanaan rencana ini.
Baca Juga
"Kami meminta bantuan pesawat dari BNPB untuk bisa diterbangkan pada malam hari. Pemprov DKI memiliki keterbatasan untuk pesawat yang terbang malam," ungkap Sekretaris Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Maruli Sijabat, di Balai Kota Jakarta, Selasa (11/3/2025).Â
Advertisement
Adapun pelaksanaan OMC, kata dia, sesuai dengan arahan dari BMKG. Ini terkait potensi pertumbuhan awan hujan. Dengan kata lain, OMC dilakukan bila ada potensi awan hujan.
"Namun kalau misalnya tidak ada pertumbuhan awan hujan, maka kita tidak lakukan OMC. Demikian pada malam hari. Jadi kita menunggu untuk pelaksanaan OMC-nya dari BMKG," kata Maruli.
Dengan adanya dukungan dari BNPB, OMC malam hari ini diharapkan dapat lebih efektif dalam mengendalikan curah hujan di Jakarta.
Modifikasi cuaca di Jakarta bukanlah hal baru. Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah telah melaksanakan OMC dalam berbagai periode. Dengan metode penyemaian awan menggunakan bahan seperti garam, OMC bertujuan untuk mengurangi curah hujan hingga 80 persen. Namun, pelaksanaan ini tidak selalu dilakukan, melainkan berdasarkan potensi pertumbuhan awan hujan yang ada.
Tujuan dan Metode Operasi Modifikasi Cuaca
OMC di Jakarta bertujuan untuk mengurangi risiko banjir yang sering terjadi akibat hujan ekstrem. Dalam pelaksanaannya, OMC melibatkan berbagai pihak, termasuk Pemprov DKI, BNPB, BMKG, TNI AU, dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia. Metode yang digunakan dalam OMC adalah penyemaian awan dengan menggunakan pesawat yang membawa bahan semai.
Frekuensi penerbangan OMC bervariasi, dengan rencana 2-3 sorti per hari selama periode tertentu. Maruli menambahkan, "Kami siagakan satu hari itu dua flight. Dua flight itu standar, namun kita melihat perkembangan di lapangan." Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan OMC sangat bergantung pada kondisi cuaca yang ada.
Hasil dari OMC menunjukkan penurunan curah hujan yang signifikan. Sebagai contoh, pada periode 14-21 Februari 2025, OMC berhasil mengurangi curah hujan hingga 40-60 persen. Ini menjadi langkah strategis untuk mencegah terjadinya genangan air di Jakarta.
Advertisement
Kerjasama Antara Provinsi dan Badan Terkait
Pelaksanaan OMC juga melibatkan kerjasama dengan pemerintah daerah di Jawa Barat dan Banten. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa modifikasi cuaca dapat memberikan dampak positif tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di daerah sekitar yang juga sering mengalami banjir. Maruli menyatakan, "BNPB juga akan membantu pelaksanaan OMC malam hari di dua provinsi lain, yaitu Banten dan Jawa Barat."
Kerjasama ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas OMC, terutama dalam mengatasi hujan yang berpotensi menyebabkan bencana. Selain itu, BMKG juga memberikan arahan terkait potensi pertumbuhan awan hujan yang menjadi dasar pelaksanaan OMC.
Solusi Jangka Panjang untuk Perubahan Iklim
Meskipun OMC terbukti efektif dalam mengurangi dampak hujan ekstrem, pemerintah DKI Jakarta menyadari bahwa ini bukanlah solusi permanen untuk masalah perubahan iklim. Oleh karena itu, upaya jangka panjang juga harus dilakukan untuk menciptakan Jakarta yang lebih berkelanjutan dan tahan terhadap bencana.
Beberapa langkah yang diambil termasuk pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH), pengembangan transportasi publik, dan pengelolaan sampah.
Dengan memadukan OMC dan solusi jangka panjang, diharapkan Jakarta dapat mengatasi tantangan perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi dengan lebih baik. Maruli menekankan, "Pengalaman dari Desember sampai dengan bulan Februari, Maret awal itu cukup signifikan dan sampai dengan 70 persen curah hujan yang berkurang."
Informasi ini menunjukkan bahwa modifikasi cuaca merupakan salah satu strategi untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi, khususnya banjir yang sering melanda Jakarta. Namun, penting untuk diingat bahwa upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang komprehensif sangat diperlukan untuk menciptakan Jakarta yang lebih aman dan nyaman bagi warganya.
Advertisement
Infografis
