Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ditangkap polisi di Bandara Internasional Manila pada Selasa 11 Maret 2025. Penangkapan Rodrigo Duterte atas perintah Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Duterte ditangkap setelah tiba dari Hong Kong atas kasus kejahatan terhadap kemanusiaan terkait perang melawan narkoba yang digagasnya saat masih menjabat sebagai Presiden Filipina.
Advertisement
Baca Juga
Duterte diduga bertanggung jawab dari setidaknya 6.200 kematian, terutama di kalangan masyarakat miskin akibat tindakan aparat dan kelompok main hakim sendiri.
Advertisement
Dia pun diterbangkan langsung ke Den Haag, Belanda untuk menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pembunuhan tersebut.
Presiden Ferdinand Marcos Jr mengatakan dalam konferensi pers, pesawat yang membawa Duterte berangkat pada pukul 23.03 waktu setempat, Selasa 11 Maret 2025.
"Pesawat sedang dalam perjalanan ke Den Haag di Belanda, memungkinkan mantan presiden untuk menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait perang narkoba berdarah yang dilakukannya," kata Marcos seperti dikutip dari CNA, Rabu (12/3/2025).
Seperti apa kasusnya? Kasus ini bermula usai Duterte resmi dilantik pada 2016 lalu sebagai Presiden Filipina. Saat itu, ia meluncurkan Kampanye Antinarkoba Nasional/Perang Filipina Melawan Narkoba, melansir Inquirer.
Berdasarkan data, ada sebanyak 6.200 tersangka tewas dalam Operasi Perang Melawan Narkoba dan jumlah itu terus bertambah hingga akhirnya Duterte dilaporkan ke ICC.
Pada 2022, posisi Duterte sebagai Presiden Filipina digantikan Ferdinand Marcos Jr yang sempat menolak kerja sama dengan ICC hingga pada Selasa 11 Maret 2025 Duterte ditangkap atas perintah ICC.
Lantas, seperti apa penangkapan Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte? Bagaimana kronologi kasusnya hingga akhirnya Duterte ditangkap dan dibawa ke Den Haag, Belanda? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap
Advertisement
Infografis Kronologi Kasus yang Menjerat Rodrigo Duterte
