Memanfaatkan waktu senggang untuk menunggu berbuka puasa, sejumlah siswa di Garut, Jawa Barat memilih mengunjungi salah satu tempat bersejarah yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Tatar Priangan dan Pasundan.
Tempat bersejarah yang dimaksud adalah kawasan Candi Cangkuang yang terletak di Kecamatan Leles, Garut. Kawasan tersebut merupakan tempat salah satu tokoh penyebar islam, yakni Eyang Embah Dalem Arif Muhammad yang telah berperan menyebarkan ajaran Islam.
Novi, seorang pelajar mengatakan, ia sengaja datang ke Candi Cangkuang untuk memanfaatkan waktu luang sambil ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa. Di tempat itu, ia bisa melihat secara langsung sejumlah bukti otentik penyebaran agama Islam di tanah Garut, seperti Alquran dari kulit kayu berusia 300 ratus tahun, naskah khotbah jumat sepanjang 3 meter, serta kitab-kitab kuno lainnya yang berisi tentang tuntunan dan ajaran islam.
Hanya saja, menurut Novi, diperlukan perawatan khusus bagi sejumlah kitab kuno yang saat ini kondisinya sedikit memprihatinkan. Ia khawatir Alquran dan sejumlah kitab kuno yang mempunyai nilai historis tersebut akan rusak jika kualitas pemeliharaan tidak ditingkatkan.
Zaki Munawar, petugas pemelihara museum Candi Cangkuang mengatakan, sejumlah kitab kuno tentang bermacam ajaran Islam serta Alquran yang terbuat dari kulit kayu tersebut merupakan bukti jejak peninggalan dari Eyang Arif Muhammad yang dikenal sebagai sosok yang sangat mengasihi sesama.
Berkat Eyang Arif, warga sekitar yang sebelumnya menganut kepercayaan animisme dan dinasme, akhirnya memeluk agama Islam. Ajarannya pun terus menyebar ke sejumlah tempat dan namanya pun dikenal ke seluruh pelosok tanah air.
Dikatakan Zaki, pihaknya hingga saat ini terus berupaya menjaga berbagai peninggalan sejarah Islam tersebut, meskipun hanya dengan cara menggunakan silica gel dan rempah-rempah dengan harapan kondisi kitab kuno tidak rusak dan warisan budaya yang tak ternilai tersebut bisa terus dilihat oleh generasi yang akan datang.
Eyang Embah Dalem Arif Muhammad
Eyang Embah Dalem Arif Muhammad merupakan salah satu panglima perang dari Kerajaan Mataram yang diutus oleh sang raja untuk menghancurkan pasukan VOC Belanda di Batavia. Namun karena gagal dalam bertugas dan merasa malu untuk kembali ke kerajaan, Eyang Arif akhirnya memilih menetap di kawasan Cangkuang dan menyebarkan agama Islam hingga akhir hayatnya.
Candi cangkuang yang terdapat di Pulau Cangkuang serta bermacam kitab kuno yang masih tersimpan di Museum Cangkuang menjadi salah satu saksi bisu bagaimana sang penyebar islam mengajarkan ajaran islam di tanah Garut pada ratusan tahun silam.
Bukti otentik dari sejarah perjalanan Islam tersebut di antaranya adalah terdapat sejumlah kitab kuno dan Alquran yang terbuat dari kulit kayu Saeh yang berusia lebih dari 300 tahun.
Warna pada huruf kitab tersebut menggunakan tinta alami. Untuk huruf yang berwarna merah, tintanya terbuat dari getah buah manggis. Sedangkan huruf yang berwarna hitam terbuat dari arang yang dicampur dengan beras ketan hitam.
Kitab-kitab serta Alquran kuno tersebut kini tersimpan di museum yang letaknya berdampingan dengan makam sang penyebar agama Islam. Makam serta peninggalan Eyang Dalem Arif Muhammad pun hingga kini seringkali dikunjungi oleh peziarah ataupun pengunjung yang datang dari berbagai daerah di tanah air. (Riz)