Mereka menyambut hari nan fitri dalam suasana haru. Mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal, pascabanjir besar yang menerjang bulan lalu. Mereka adalah warga korban banjir di Kendari, Sulawesi Tenggara, yang mau tak mau harus merayakan hari raya lebaran di tenda pengungsian.
Seperti yang ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Jumat (9/8/2013), suasana prihatin mewarnai Hari Raya Idul Fitri di tenda pengungsian korban banjir di Kelurahan Wanggu, Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara. Prihatin dengan segala keterbatasan, mereka merayakan lebaran kali ini di tenda darurat.
Tak ada opor ayam, ketupat, apalagi kue lebaran. Hanya semangat berbagi dan rasa kekeluargaan yang mereka miliki untuk merayakan lebaran tahun ini. Akhir Juli lalu, rumah mereka hancur diterjang banjir dan hingga saat ini belum diperbaiki.
Kenangan indah lebaran tahun sebelumnya, yang dirasakan dengan merayakan hari kemenangan bersama sanak saudara di rumah, sangat mereka rindukan. Sebagian besar warga berharap pemerintah memperhatikan kondisi mereka.
Sejak berakhirnya masa tanggap darurat, kondisi mereka masih memprihatinkan, terutama minimnya air bersih, dan menjangkitnya berbagai penyakit.
Bencana banjir dan tanah longsor terjadi di 12 kecamatan di Kendari, pada akhir Juli lalu. Akibatnya, 2 warga tewas, dan ribuan warga mengungsi. Akibat hujan deras selama sepekan dan buruknya sistem drainase, bencana banjir tersebut adalah banjir terburuk di kota Kendari. (Yog/Mut)
Seperti yang ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Jumat (9/8/2013), suasana prihatin mewarnai Hari Raya Idul Fitri di tenda pengungsian korban banjir di Kelurahan Wanggu, Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara. Prihatin dengan segala keterbatasan, mereka merayakan lebaran kali ini di tenda darurat.
Tak ada opor ayam, ketupat, apalagi kue lebaran. Hanya semangat berbagi dan rasa kekeluargaan yang mereka miliki untuk merayakan lebaran tahun ini. Akhir Juli lalu, rumah mereka hancur diterjang banjir dan hingga saat ini belum diperbaiki.
Kenangan indah lebaran tahun sebelumnya, yang dirasakan dengan merayakan hari kemenangan bersama sanak saudara di rumah, sangat mereka rindukan. Sebagian besar warga berharap pemerintah memperhatikan kondisi mereka.
Sejak berakhirnya masa tanggap darurat, kondisi mereka masih memprihatinkan, terutama minimnya air bersih, dan menjangkitnya berbagai penyakit.
Bencana banjir dan tanah longsor terjadi di 12 kecamatan di Kendari, pada akhir Juli lalu. Akibatnya, 2 warga tewas, dan ribuan warga mengungsi. Akibat hujan deras selama sepekan dan buruknya sistem drainase, bencana banjir tersebut adalah banjir terburuk di kota Kendari. (Yog/Mut)