Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengkritik aksi pengendara voorijder saat mengawal pemimpin atau pejabat. Menurutnya, aksi pengawalan kerap dilakukan berlebihan sehingga menimbulkan antipati dari masyarakat.
"Tak perlulah pakai sirine yang menguing-nguing dan dengan sejumlah personel yang banyak. Tidak musim lagi seperti itu, kita yang penting kerja," kata Jokowi pada perayaan ulang tahun Wahid Institue di Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Menceritakan kisah dirinya, Jokowi mengaku menolak fasilitas lengkap pengawalan sesuai protokoler yang diberikan kepadanya. Dia mengaku hanya menggunakan satu unit kendaraan pengawal, dari lima unit yang disediakan.
"Saya pakai satu. Itu jika memang saya sedang perlu. Jika tidak, ya tidak usah," jelasnya.
Menurut Jokowi, rakyat kini sudah bosan dengan representasi pemimpin yang menunjukkan kesenjangan tinggi dan juga upaya pencitraan yang hanya kamuflase untuk mendapat dukungan.
Hal yang sangat dibutuhkan rakyat, kata Jokowi, adalah hasil dari kinerja para pemimpin.
Di hadapan ratusan mahasiswa Magister Manajemen UI di Universita Indonesia pada Selasa 8 Agustus 2013 lalu, Jokowi sempat curhat soal pengawalan. Dia mengaku tak suka mendapat pengawalan layaknya pejabat-pejabat lain. Mantan Walikota Solo ini pun bercerita saat mendapat pengawalan yang dianggapnya berlebihan.
Jokowi mengaku tambah jengkel. Sebab selain mendapatkan pengawalan dengan gaya tersebut, sang pengawal juga menggunakan voorijder dan suara sirine.
"Sudah meliuk-liuk gitu, ditambah ada nguing-nguing. Sudah nggak seneng banget saya tambah gini-gini, malu juga saya," ujarnya.
Karena tak suka dikawal dengan gaya seperti itu, Jokowi kemudian memerintahkan sopirnya untuk membelokkan mobil dan tidak mengikuti dua motor Patwal tersebut.
"Sudah mobilnya kami belokin ke kiri, pas Patwalnya lihat ke belakang, dia bingung gubernurnya nggak ada. Ndak apa-apa dikerjain, biar kapok," katanya disambut tawa peserta kuliah. (Ant/Ali)
"Tak perlulah pakai sirine yang menguing-nguing dan dengan sejumlah personel yang banyak. Tidak musim lagi seperti itu, kita yang penting kerja," kata Jokowi pada perayaan ulang tahun Wahid Institue di Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Menceritakan kisah dirinya, Jokowi mengaku menolak fasilitas lengkap pengawalan sesuai protokoler yang diberikan kepadanya. Dia mengaku hanya menggunakan satu unit kendaraan pengawal, dari lima unit yang disediakan.
"Saya pakai satu. Itu jika memang saya sedang perlu. Jika tidak, ya tidak usah," jelasnya.
Menurut Jokowi, rakyat kini sudah bosan dengan representasi pemimpin yang menunjukkan kesenjangan tinggi dan juga upaya pencitraan yang hanya kamuflase untuk mendapat dukungan.
Hal yang sangat dibutuhkan rakyat, kata Jokowi, adalah hasil dari kinerja para pemimpin.
Di hadapan ratusan mahasiswa Magister Manajemen UI di Universita Indonesia pada Selasa 8 Agustus 2013 lalu, Jokowi sempat curhat soal pengawalan. Dia mengaku tak suka mendapat pengawalan layaknya pejabat-pejabat lain. Mantan Walikota Solo ini pun bercerita saat mendapat pengawalan yang dianggapnya berlebihan.
Jokowi mengaku tambah jengkel. Sebab selain mendapatkan pengawalan dengan gaya tersebut, sang pengawal juga menggunakan voorijder dan suara sirine.
"Sudah meliuk-liuk gitu, ditambah ada nguing-nguing. Sudah nggak seneng banget saya tambah gini-gini, malu juga saya," ujarnya.
Karena tak suka dikawal dengan gaya seperti itu, Jokowi kemudian memerintahkan sopirnya untuk membelokkan mobil dan tidak mengikuti dua motor Patwal tersebut.
"Sudah mobilnya kami belokin ke kiri, pas Patwalnya lihat ke belakang, dia bingung gubernurnya nggak ada. Ndak apa-apa dikerjain, biar kapok," katanya disambut tawa peserta kuliah. (Ant/Ali)