Ribuan tamu menghadiri resepsi pernikahan putri Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hayu dengan KPH Notonegoro, di Bangsal Kepatihan Yogyakarta. Para tamu undangan dari berbagai penjuru daerah itu disuguhi 2 tarian tradisional.
2 Tarian itu adalah Bedhaya Manten Sangaskara dan Beksan Lawung Ageng. Kedua tarian itu merupakan hasil karya 2 Raja Yogya sebelumnya. Bedhaya Manten Sangaskara merupakan hasil karya Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sedangkan Beksan Lawung Ageng diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Menurut abdi dalem Kawedanan Hageng Punokawan Kridomardowo KRT Waseso Winoto, Bedhaya Manten Sangaskara dibawakan 6 penari wanita yang merupakan simbol dari perjalanan seseorang menuju gerbang rumah tangga.
"2 Penari berperan sebagai sepasang pengantin, sedangkan 4 penari lainnya memerankan diri sebagai penari srimpi. Tarian itu menunjukkan kesiapan dan kemandirian untuk membangun kehidupan ke depan," jelas dia.
Sedangkan Beksan Lawunga Ageng, imbuh Waseso, dibawakan 12 penari pria dan menunjukkan jiwa patriotisme yang tertanam dalam sanubari. Tarian itu juga merupakan simbolisasi para prajurit keraton yang sedang berlatih perang.
Tarian itu memiliki makna penyatuan lingga dan yoni sebagai lambang kesuburan. Tarian itu juga menampilkan gerakan latihan perang-perangan atau adu ketangkasan.
"Alat ketangkasan yang digunakan adalah lawung, yakni tongkat panjang berukuran 3 meter, berujung tumpul, dan digerakkan dengan cara menyilang dan menyodok," ucap dia.
Dalam resepsi pernikahan itu, pengantin GKR Hayu dan KPH Notonegoro duduk di pelaminan yang didampingi Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas di sebelah kanan serta orang tua Notonegero, Kolonel (Purn) Sigim Mahmoed dan Raden Ayu Nusye Retnowati di sebelah kiri.
Sebelum pelaksanaan resepsi, kedua mempelai diarak melalui prosesi kirab menggunakan kereta kiai jong wiyat yang ditarik empat kuda dari Keraton Yogyakarta Hadiningrat menuju Kepatihan.
Sesampainya di Kepatihan, pengantin beristirahat sejenak di Gedhong Pacar Binatur. Setelah beristirahat mereka kemudian melaksanakan resepsi pernikahan di Bangsal Kepatihan yang dihadiri ribuan tamu.
Tamu uang hadir dalam resepsi pernikahan itu di antaranya Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti, Wakil Gubernur Akademi Militer Brigadir Jenderal TNI Sumedi, dan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi. (Ant/Ali/Ism)
2 Tarian itu adalah Bedhaya Manten Sangaskara dan Beksan Lawung Ageng. Kedua tarian itu merupakan hasil karya 2 Raja Yogya sebelumnya. Bedhaya Manten Sangaskara merupakan hasil karya Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sedangkan Beksan Lawung Ageng diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Menurut abdi dalem Kawedanan Hageng Punokawan Kridomardowo KRT Waseso Winoto, Bedhaya Manten Sangaskara dibawakan 6 penari wanita yang merupakan simbol dari perjalanan seseorang menuju gerbang rumah tangga.
"2 Penari berperan sebagai sepasang pengantin, sedangkan 4 penari lainnya memerankan diri sebagai penari srimpi. Tarian itu menunjukkan kesiapan dan kemandirian untuk membangun kehidupan ke depan," jelas dia.
Sedangkan Beksan Lawunga Ageng, imbuh Waseso, dibawakan 12 penari pria dan menunjukkan jiwa patriotisme yang tertanam dalam sanubari. Tarian itu juga merupakan simbolisasi para prajurit keraton yang sedang berlatih perang.
Tarian itu memiliki makna penyatuan lingga dan yoni sebagai lambang kesuburan. Tarian itu juga menampilkan gerakan latihan perang-perangan atau adu ketangkasan.
"Alat ketangkasan yang digunakan adalah lawung, yakni tongkat panjang berukuran 3 meter, berujung tumpul, dan digerakkan dengan cara menyilang dan menyodok," ucap dia.
Dalam resepsi pernikahan itu, pengantin GKR Hayu dan KPH Notonegoro duduk di pelaminan yang didampingi Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas di sebelah kanan serta orang tua Notonegero, Kolonel (Purn) Sigim Mahmoed dan Raden Ayu Nusye Retnowati di sebelah kiri.
Sebelum pelaksanaan resepsi, kedua mempelai diarak melalui prosesi kirab menggunakan kereta kiai jong wiyat yang ditarik empat kuda dari Keraton Yogyakarta Hadiningrat menuju Kepatihan.
Sesampainya di Kepatihan, pengantin beristirahat sejenak di Gedhong Pacar Binatur. Setelah beristirahat mereka kemudian melaksanakan resepsi pernikahan di Bangsal Kepatihan yang dihadiri ribuan tamu.
Tamu uang hadir dalam resepsi pernikahan itu di antaranya Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti, Wakil Gubernur Akademi Militer Brigadir Jenderal TNI Sumedi, dan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi. (Ant/Ali/Ism)