Sodetan Cisadane Hanya `Mimpi` Jokowi

Mimpi Jakarta bebas banjir dengan adanya sodetan, tinggalah angan-agan. Walikota Tangerang Arief R Wismansyah menolaknya mentah-mentah.

oleh Andi Muttya Keteng diperbarui 23 Jan 2014, 00:01 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2014, 00:01 WIB
sodetan-cisadane-2-140122c.jpg
Seminggu sudah banjir merendam Jakarta. Warga di 99 Kelurahan masih mengungsi. Tak tahu sampai kapan.

Penyebab banjir di Ibukota bukan hanya karena curah hujan yang tinggi dan drainase yang buruk. Kota penyangga --terutama yang di dataran tinggi-- seperti Bogor, Depok, dan Tangerang juga punya andil atas `sumbangan` air ke Jakarta.

Koordinasi telah dilakukan Gubernur DKI Jakarta Jokowi bersama Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan sejumlah kepala daerah kota dan kabupaten yang menjadi daerah penyangga Ibukota, serta dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Lingkungan Hidup. Pertemuan yang berlangsung di Bendungan Katulampa, Bogor, Senin 20 Januari itu membahas rencana pembangunan sodetan Ciliwung-Cisadane.

Rapat yang berlangsung 3 jam tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi. Di antaranya pembangunan 2 waduk di wilayah Bogor dan pembangunan sodetan Ciliwung-Cisadane.

3 Prioritas pelaksanaan proyek yang nantinya dikerjakan bersama terkait penanganan banjir itu, diprediksi mampu mengurangi 40 persen limpahan air yang memasuki wilayah Jakarta.

Sodetan tersebut direncanakan akan dibangun sepanjang 1,2 kilometer dan berbentuk terowongan. Nantinya sodetan itu juga dapat menampung air sebanyak 200 meter kubik per detik dari Ciliwung.

Kemudian, debit air di Cisadane-Empang berubah dari 810 meter kubik per detik menjadi 970 meter kubik per detik serta Cisadane-Pasar Baru berubah dari 1.600 meter kubik per detik menjadi 1.900 meter kubik per detik.

Tangerang Menolak

Namun, mimpi Jakarta bebas banjir dengan ada sodetan itu, tinggalah angan-agan. Walikota Tangerang Arief R Wismansyah menolaknya mentah-mentah.

"Rencana sodetan Ciliwung-Cisadane akan mengancam banjir di Kota Tangerang yang semakin parah," kata mantan Wakil Walikota Tangerang yang diusung Partai Demokrat itu.

Menurutnya, ada 4 kecamatan di Kota Tangerang yang dialiri Sungai Cisadane dan terancam banjir bila proses sodetan terjadi. 4 Kecamatan itu yakni Karawaci, Cibodas, Jatiuwung, dan Periuk.

Bahkan, tak hanya sejumlah kecamatan di Kota Tangerang yang terkena imbas banjir, juga wilayah di Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan. Saat ini saja, lanjut Arief, kondisi di pintu air 10 sudah mencapai ketinggian 4 meter karena aliran dari Batu Belah sangat tinggi.

Rencana sodetan pun dinilainya sangat tidak layak. Perlu dicari solusi lainnya untuk mengantisipasi banjir di Jabodetabek. "Jangan sampai solusinya hanya memindahkan banjir dari Jakarta ke Tangerang."

Alasan penolakan Pemkot Tangerang mendapat pembenaran dari Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto. Ia menganggap wajar penolakan Pemkot Tangerang terhadap sodetan Kali Ciliwung-Cisadane.

"Namun demikian, saya mendengar alasan-alasan mereka sangat logis. Jadi perlu kita pertimbangkan baik-baik," kata Djoko di Kementerian PU, Jakarta Selatan, Rabu 22 Januari 2014.

Meski begitu Kementerian PU masih melakukan pembicaraan dengan warga dan Pemkot Tangerang untuk pembangunan sodetan tersebut. "Sambil memperbaiki infrastruktur yang ada di hilir sungai Cisadane. Proses penyelesaian banjir harus dari bawah," ujar Djoko.

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU, Mohamad Hasan menjelaskan, ketika rapat koordinasi penanggulangan banjir yang digelar di Bendungan Katulampa, pihak Pemerintah Tangerang tidak hadir. Pembangunan sodetan tersebut baru bisa dilakukan bila ada kesepakatan dari Pemerintah Tangerang dan Tangerang Selatan.

Banten Setuju

Meski Walikota Tangerang menolak rencana pembangunan sodetan Ciliwung-Cisadane untuk mengatasi banjir Jakarta, namun Wakil Gubernur Banten Rano Karno menyetujuinya dengan syarat.

"Rencana sodetan Ciliwung-Cisadane sebaiknya tidak dibahas sekarang, tetapi melakukan normalisasi Sungai Cisadane dulu," ujar Rano Karno saat meninjau bendungan pintu air 10 di Kota Tangerang, Rabu (22/1/2014).

Ia mengatakan, bila rencana sodetan tersebut dilaksanakan tanpa dilakukan normalisasi Sungai Cisadane, maka imbas yang akan dirasakan warga Tangerang semakin besar. Berdasarkan pantauannya ke beberapa titik banjir yang merupakan imbas dari luapan Sungai Cisadane, warga menolak rencana sodetan Ciliwung-Cisadane.

Bila itu terjadi, ketinggian air yang merendam rumah warga akan semakin parah dibandingkan saat ini. "Kondisinya sangat parah. Luapan air sudah merendam rumah hingga satu meter," kata Rano.

Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan, kondisi Sungai Cisadane saat ini sudah sangat dangkal. Maka itu, perlu normalisasi terlebih dulu.

Bila hal itu sudah dilakukan, akan diketahui kapasitas sungai itu untuk menampung air. "Kalau sekarang sudah mendapat kiriman air tambahan, banjir semakin parah di Tangerang," jelasnya.

Harapan Jokowi

Sodetan antara Sungai Ciliwung yang berada di Bogor dengan Sungai Cisadane di Tangerang memang menjadi harapan Jokowi mengatasi banjir di Jakarta. Jokowi menjelaskan, keberadaan sodetan antara 2 sungai tersebut dapat mengurangi beban air dari kawasan hulu yang datang di atas batas normal ketika musim hujan tiba.

"Sodetan Katulampa ke Cisadane ini sudah ada perencanaannya. Harusnya dieksekusi dan dipercepat pembangunannya," ujar Jokowi.

Mantan Walikota Solo ini memaparkan, pembagian beban air dari hulu ke Jakarta harus dilakukan untuk mengurangi debit air saat musim hujan, terutama saat curah hujan tinggi. Upaya itu dilakukan salah satunya dengan pembangunan Waduk Ciawi dan sodetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur (KBT) yang pembangunannya akan dibangun tahun ini.

Jokowi menjelaskan, pengelolaan 2 sungai tersebut bukan menjadi kewenangan Pemprov DKI. Namun ia memahami bahwa pembangunan sodetan tersebut memakan waktu yang cukup lama.

"Menyiapkan infrastruktur itu perlu waktu. Setahun, dua tahun, tiga tahun. Kalau ngeruk-ngeruk aja mungkin bisa sih hanya setahun. Tapi yang penting rencana dilakukan," tukas Jokowi. 

Jokowi juga membantah argumen yang menyatakan kalau pembuatan sodetan tersebut hanya akan memindahkan banjir Jakarta di Kota dan Kabupaten Tangerang. "Yang jelas begini ya, ini bukan acara memindahkan banjir, jangan ditulis seperti itu, ini acara untuk mengatasi banjir," tegas Jokowi.

Cara Ahok

Menanggapi penolakan dibangunnya sodetan Cisadane itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan, pihaknya akan mengkaji benar atau tidaknya manfaat dari pembangunan sodetan. Dia menjelaskan, sebenarnya ide awal pengerjaan sodetan tersebut sudah dibahas sejak 17 tahun lalu berdasarkan studi dari Jepang.

Namun, sambung Ahok, ada anggapan bahwa hasil kajian dari Negeri Sakura itu tidak sesuai lagi untuk saat ini. Sebab beberapa daerah sudah mengalami perkembangan penggunaan lahan di Bogor dan Tangerang.

"Jadi kita nanti ada kajian lah. Bukan kita yang memutuskan, ya pakai kajian saja gitu. Jadi biarin saja pusat yang gituin (kaji)," ujar Ahok.

Pemprov DKI, menurut Ahok, tak habis akal dalam menjadikan Jakarta bebas banjir. Pihaknya tengah mengkaji alternatif selain sodetan seperti pembangunan gorong-gorong dari kawasan Casablanca ke Kanal Banjir Timur (KBT).

"Jujur saja kalau sodetan Cisadane juga tidak bisa, kita lagi mempelajari bagaimana nanti membuat gorong-gorong dari Casablanca ke Kanal Banjir Timur," ungkap Ahok.

Ia mengatakan, sodetan Ciliwung ke KBT yang sudah diresmikan akhir tahun lalu hanya dapat menampung 60 meter kubik per detik air. Bila ditambah dengan gorong-gorong Casablanca ke KBT maka dapat menampung hingga 200 meter kubik per detik air. Sehingga berpotensi mengurangi banjir Jakarta.

Selain itu, tambah Ahok, Pemprov DKI akan membuat tambahan waduk baru di kawasan Jakarta Utara. Karena, menurutnya, wilayah Utara tersebut merupakan daerah kiriman air. Begitu juga dengan menormalisasi waduk-waduk lama di Ibukota. Dengan begitu, nantinya di DKI menjadi kunci dengan adanya waduk-waduk di daerah Utara. (Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya