Festival Bau Nyale, Kisah Putri Cantik Berubah Jadi Cacing Laut

Bau Nyale merupakan tradisi menangkap 'nyale' semacam cacing laut yang berwarna-warni di pantai Seger, Desa Kuta, kabupaten Lombok Tengah.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Feb 2014, 20:11 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2014, 20:11 WIB
festival-nyale-140219c.jpg
Ratusan ribu orang hari ini memadati area pesisir pantai Seger, Desa Kuta, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Teggara Barat untuk mengikuti tradisi tahunan 'Festival Bau Nyale'. Para peserta juga menggunakan pakaian asli suku sasak sebagai syarat pelaksanaan tradisi tahunan tersebut.

Bau Nyale merupakan tradisi menangkap 'nyale' semacam cacing laut yang berwarna-warni, yang juga merupakan tradisi turun temurun warga suku asli Lombok "Sasak" untuk mengenang sejarah Putri Mandalika.

Konon, putri mandalika adalah putri tercantik di seantaro Lombok. Kecantikannya yang memukau, membuat hampir seluruh pangeran tertarik untuk meminangnya.

"Para patih dan pangeran yang hendak meminangnya itu, diminta untuk bertemu dengan dia (putri Mandalika) di Pantai Seger," tutur Muhammad Syukur, tokoh adat setempat saat berbincang dengan Liputan6.com di Pantai Seger, Lombok Tengah, NTB, Rabu (19/2/2014).

Karena putri Mandalika bingung mau memilih siapa di antara pangeran-pangeran itu, akhirnya sang putri memutuskan untuk bunuh diri dengan menerjunkan dirinya ke laut Pantai Seger.

Dalam kepercayaan warga, nyale-nyale atau cacing laut yang memiliki 7 warna seperti warna pelangi itu adalah jelmaan rambut dan badan putri Mandalika sesaaat setelah menerjunkan dirinya ke laut.

Perayaan Festival bau nyale ini, dilangsungkan setiap tahun pada bulan bulan tertentu, menurut sebagian warga, konon festival nyale ini diadakan saat muncul nyale, setiap tanggal 10 pada bulan sasak. "Warga menyebutnya dengan bulan nyale" imbuh Syukur.

Rencananya, aktivitas bau nyale ini akan berlangsung tengah malam nanti, hingga esok pagi. Karena, saat itulah nyale atau cacing warna itu akan muncul. (Adm/Riz)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya