Liputan6.com, Jakarta - Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) akan digelar pada tanggal 12-15 Februari tahun 2025. Sungguh, suatu perjalanan historis panjang untuk membangun suatu talenta organisasi profesi yang ‘tahan banting’ di tengah beragam kepentingan, di antara arus kemandirian dan kompromi.
Tema Muktamar IDI adalah Membangun Soliditas untuk Mewujudkan IDI yang Berkemajuan, merupakan lanskap kemampuan adaptasi IDI terhadap perubahan kebijakan kesehatan yang dinamis, dan situasi global melalui komitmen, kekompakan, tanggung jawab dan keteguhan dalam menjalankan tugas.
Baca Juga
Salah satu isu penting adalah peran IDI dalam sistem pertahanan negara. Lebih khusus, di bidang kesehatan pertahanan dan kedaulatan bangsa.
Advertisement
Kesehatan pertahanan dan kedaulatan bangsa adalah dua sisi mata uang yang saling bersinergi, mengingat tantangan kesehatan global mendorong setiap negara berkemampuan merencanakan dan merancang kemandirian di bidang kesehatan.
Kemandirian kesehatan adalah mendayagunakan secara maksimal Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Kesehatan Pertahanan (Siskeshan) sebagai tulang punggung (backbone) untuk menyangga secara kuat arus mobilisasi dan globalisasi kesehatan secara tepat dan terukur.
Sistem Kesehatan Nasional dan Sistem Kesehatan Pertahanan merupakan payung pengelolaan segenap komponen bangsa secara terpadu. Hal ini sebagai titik tumpu untuk memetakan manajemen risiko, kerentanan geografi terhadap arus globalisasi dan proksi, berkelanjutan dengan kebijakan kesiapsiagaan, respon, dan pemulihan terhadap setiap goncangan dan bencana. Serta merencanakan dan menyiapkan pemeliharaan kesehatan jangka panjang sebagai investasi yang mengutamakan insani, investasi yang diawali dan diakhir sebagai manusia yang bermartabat.
Â
Menjaga Karakter Ketahanan Kesehatan Bangsa
Karakter ketahanan dan kesehatan bangsa adalah kesadaran nasionalisme yang melingkupi kemandirian, dan ketangguhan menghadapi tantangan global berdimensi menguatkan bidang kesehatan pertahanan untuk melestarikan identitas, nasionalisme dan integritas, sebagai konstruksi kedaulatan bangsa, berbasis sistem pertahanan negara, dan nilai-nilai dalam sejarah perjuangan bangsa.
Karakter nasionalisme pengabdian insan kesehatan yang dibentuk, berkemampuan mengkalbukan nilai tambah profesinya sebagai Defense Human Capital.
Defense human capital mengandung makna daya juang dan daya tahan bangsa, sebagai konsep dan kekuatan memelihara ketahanan nasional, mencakup eksistensi di tengah peradaban dan perubahan lingkungan strategis, menuju kondisi dinamis ketahanan nasional untuk memelihara keteraturan, stabilitas, potensi terjadinya perubahan (the stability idea of changes).
Daya juang kesehatan bangsa dalam perspektif kekuatan struktural dan partisipatif bertitik tolak kepada kemampuan menggerakkan leadership, metabolic health community dan agent of change yang memenuhi nilai keandalan High Reliability Organization (HRO).
Keandalan yang terbentuk akan memicu spirit inovasi dan out the box merangkai suatu jejaring (networking) untuk perubahan, sehingga termanifestasikan sebagai keandalan profesional yang menjunjung tinggi potensi kesehatan bangsa dan ketahanan nasional.
Sinergitas Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Kesehatan Pertahanan (Siskeshan) merupakan jaring yang saling bertaut untuk mendukung upaya pemberdayaan nilai strategis kesehatan nasional. Strategi ini menguatkan jejaring ketahanan nasional (one health) terhadap kompleksitas ancaman global kesehatan yang mengancam ketahanan nasional.
Tantangan global dengan adanya Public Health Emergency berupa wabah yang sedemikian cepat dengan problematika yang sulit diprediksi, memicu setiap negara memperkuat daya juang bangsa untuk mensinergikan pembangunan kesehatan berasaskan sistem ketahanan nasional.
Advertisement
Inovasi Teknologi Kesehatan dan Wawasan Kebangsaan
Inovasi teknologi kesehatan dan wawasan kebangsaan merupakan gerakan perubahan yang bersandar kepada pemberdayaan potensi masyarakat. Penemuan inovasi teknologi, berakar dari proses riset holistik mengampu kepada science of human being yang mengutamakan spirit kemanusiaan berasaskan Pancasila.
Gerakan perubahan tersebut adalah suatu proses pro-aktif proses pengadaban setiap elemen kebangsaan memetakan problematika situasi nyata dan konkret kehidupan di masyarakat. Tidak sekadar hipotesis yang diurai saat ini, kesinambungan rantai masalah yang dihadapi hari ini dengan masalah yang akan dihadapi di masa datang, dan tindakan apa yang akan dilaksanakan.
Sikap pro-aktif yang bertumpu wawasan kebangsaan adalah intensifikasi penyebaran ilmu tidak memiliki batas-batas diantara subjek dan objek, mengandung makna mendorong area interdisipliner dengan memberdayakan potensi soft skill dan hard skill science of human being yang menyentuh kalbu masyarakat.
Fokus riset yang dapat dikembangkan adalah kesehatan dan kesejahteraan melalui studi berkelanjutan melingkupi penelitian dasar (penyakit menular dan tidak menular), Â usia lanjut, gizi, pengembangan dan penemuan obat, herbal dan vaksin, pelayanan kesehatan dalam perspektif budaya (sistem jaminan kesehatan dan pelayanan primer, psikologi dan kesehatan mental), teknologi medis (aplikasi big data, bioinformatika dan artificial intelligent.
Riset inovasi teknologi bermakna bela negara adalah menitikberatkan kerangka kerja yang menautkan dinamika nasional dan global, sebagai esensi ketahanan negara, yaitu membalut arus globalisasi yang saling terhubung (interconnected), tanpa batas (bordereles), dan saling tergantung (interdependency).
Dinamika globalisasi yang masuk ke Indonesia selama setengah abad ini membawa masyarakat ke arah fragmentasi dan kohesi secara bersamaan, sebagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Globalisasi pada dasarnya membawa nilai-nilai baru yang berasal dari luar, kemudian masuk ke Indonesia, sehingga nilai-nilai baru tersebut belum tentu akan sesuai dengan kepribadian dan karakter dari masyarakat (society) Indonesia, yang perlu disikapi dalam tataran makro dan tataran mikro.
Peran IDI: Kolaborasi Multijalur Akses kesehatan
Kolaborasi multijalur akses kesehatan adalah mengokohkan intelektualitas kesehatan bangsa sebagai bangunan utuh dengan menguatkan semua pondasi, peradaban dan peran multiparadigmatik, melalui kolaborasi insani dan kolaborasi multidisiplin.
Spirit nasionalisme yang dikembangkan berdasarkan prinsip interaksi, interelasi, dan konektivitas dengan menjunjung tinggi moral community yaitu expertise, responsibility, corporatness dan ethic.Â
Kolaborasi multijalur hendaknya memuat suatu spirit bela negara yang bernafaskan nilai-nilai kerja sama global yaitu terjaganya nilai-nilai kesehatan pertahanan dan kemitraan berdimensi kewilayahan, perkembangan penyakit, teknologi diagnostik untuk mendukung terapeutik presisi dan berkesinambungannya sumber daya manusia sebagai pupuk bertransformasi dengan kerendahan hati.
Transformasi kesehatan merupakan salah satu tujuan dan peran IDI melalui multijalur akses  berdasarkan ekosistem kesehatan dan keselarasan lingkungan dengan melibatkan pendekatan yang beragam.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah mendukung kebijakan Asta Cita Kesehatan dengan bersama pemerintah, kebijakan yang mempertimbangkan implikasi kesehatan yang bersinergi dengan multisektor lainnya, tidak hanya di sektor kesehatan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kebijakan yang mempromosikan lingkungan dan gaya hidup yang lebih sehat.
Selain itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan pencegahan penyakit dengan berfokus pada pencegahan penyakit dan bukan hanya mengobati penyakit, namun meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini termasuk mempromosikan vaksinasi, pola makan sehat, dan olahraga teratur.
Advertisement
Kebijakan dan Program Asta Cita
Kebijakan dan Program Asta Cita bidang kesehatan yang memprioritaskan kesejahteraan masyarakat sebagai fokus utama, memerlukan peran IDI sebagai organisasi profesi kesehatan tertua dan tangguh untuk berkontribusi sebagai sumber daya manusia yang handal.
Pola berkemajuan yang dapat dikembangkan adalah peran integrasi IDI dalam
1) Keberfungsian (functionings) merangkum elemen pemeliharaan doing and being kebutuhan dasar di bidang pangan, kesehatan dan produktivitas;
2) Kemampuan (capabilities) melingkupi kebijakan dan implementasi mengapresiasi potensi individu dalam kebebasan dan melaksanakan kombinasi peran di masyarakat sebagai suatu nilai (added value). Misalnya memberdayakan kembali usaha mikro yang berkemampuan menyediakan jaring penyediaan pupuk murah untuk petani dan pemberdayaan (enterpreunership) Posyandu sebagai pos pergerakan derajat kesehatan dan ketahanan masyarakat;
3) Sumber daya (resources) memetakan sumber daya sebagai input dan fungsi berharga terwujud sebagai investasi jangka panjang ketahanan bangsa (health resilience).
Â
Penulis: Brigjen TNI Purn Dr dr Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM Ketua Departemen Hubungan Lembaga Pemerintah PB IDI
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)