Liputan6.com, Tokyo - Awal bulan ini, Honda menjalankan kampanye iklan besar-besaran untuk mengumumkan pada konsumen agar mengganti airbag mereka sebagai bagian dari proses "Takata Recall". Di AS, ada 5,5 juta unit mobil yang harus diganti airbag-nya. Sedangkan sampai Februari lalu, hanya kurang dari dua juta mobil yang telah diperbaiki.
Proses ini dirasa lamban, apalagi jika dibandingkan dengan proses di Jepang. Seperti yang dilansir Autoblog, Selasa (24/3/2015), dari 3,05 juta unit mobil yang harus ditarik, sampai akhir Februari lalu telah ada 2,13 juta unit mobil yang telah diperbaiki. Jumlah tersebut setara dengan 70 persen penyelesaian di Jepang dan hanya 12 persen penyelesaian di AS.
Mengenai hal tersebut, beberapa hal menyebabkan "Takata Recall" berlangsung lebih cepat di Jepang. Pertama, konsumen Jepang dikenal lebih cerewet sehingga cenderung responsif terhadap penarikan. Selain itu, standar keamanan dan inspeksi emisi yang ketat juga membuat relasi antara Honda dan konsumen terjalin erat sekaligus up-to-date.
Faktor kedua adalah pelanggan Jepang secara keseluruhan lebih sedikit membeli mobil bekas dibanding dengan konsumen AS. Hal ini membuat Honda lebih mudah menginformasikan konsumen karena mobil tidak berpindah tangan terlalu banyak.
"Mobil bekas yang berpindah tangan berulang kali adalah masalah terbesar, terutama yang di atas 10 tahun," kata Fumihiko Ike, ketua Japan Automobile Manufacturers Association.
"Takata Recall" adalah ungkapan untuk menunjukkan penarikan besar-besaran mobil Honda karena kerusakan pada airbag. Insiden ini membuat presiden Honda, Takanobu Ito, memutuskan untuk mengundurkan diri.
(rio/ian)