Liputan6.com, Washington DC - Penarikan kembali atau recall mobil semakin masif. CNN menyebutkan angka 100 juta unit harus ditarik sejak 2014. Sudah semestinya, pemilik kendaraan awas terhadap masalah ini. Tetapi yang mengejutkan, tingkat kepedulian mereka ternyata masih minim.
Hal ini setidaknya dibuktikan melalui survey baru dari media otomotif Auto Trader. Menurut mereka sebagaimana yang dikutip dari Autoblog, Rabu (27/5/2015), hanya setengah dari pemilik kendaraan yang menerima pemberitahuan penarikan segera memperbaiki mobilnya.
Sekira 44 persen lainnya tidak memperbaiki mobil setelah menerima notifikasi penarikan. Itu artinya, lebih dari 4 dari 10 orang yang seharusnya memperbaiki mobil tidak ambil pusing dengan bahaya yang mengancam dirinya sendiri.
Mengabaikan notifikasi dapat berakibat fatal. Sean Kane, pendiri Safety Research & Strategies memperingati hal ini. Menurutnya, 77 persen kasus Takata Airbag yang sebabkan cedera hingga meninggal, diawali dengan acunya pemilik mobil.
Kurangnya atensi masyarakat ini membuat banyak pihak melakukan berbagai upaya advokasi. Di antaranya dilakukan oleh The National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) yang menyelenggarakan lokakarya atau Honda yang membuat kampanye besar-besaran melalui iklan.
(rio/ian)