Piston Bisa Bolong Karena Hal Sepele

Isilah kendaraan Anda dengan bahan bakar dengan kadar oktan yang sesuai. Jangan lebih rendah dari standar yang ditentukan.

oleh Rio Apinino diperbarui 16 Sep 2015, 18:27 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2015, 18:27 WIB
20150722-Pertalite Siap Meluncur-Jakarta
Suasana pengisian BBM di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (22/7/2015). PT Pertamina (Persero) akan menjual produk bensin baru yakni Pertalite RON 90 pertama kali pada Jumat (24/7). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Mesin kendaraan bermotor didesain menyesuai dengan bensin yang dijual umum. Namun pada dasarnya, mesin modern sudah dirancang dengan spesifikasi khusus sehingga rasio kompresinya tinggi guna mendapatkan efisiensi yang tinggi. Semakin tinggi rasio kompresinya, maka makin tinggi oktan yang dibutuhkan.

Lantas, apa akibatnya jika tidak mematuhi standar ini, misalnya menggunakan bahan bakar dengan oktan yang lebih rendah dibanding yang direkomendasikan?

Firmansyah Saftari dalam buku Utak Atik Otomotif (2009), mengatakan bahwa salah satu akibat menggunakan bensin dengan oktan yang lebih rendah dari yang direkomendasikan adalah kerusakan piston, serta menurunnya kinerja mesin secara keseluruhan.

Mesin dengan rasio kompresi tinggi memerlukan bensin yang terbakarnya lebih lambat, di mana ini tersedia pada bensin beroktan tinggi. Nah, jika bensin yang digunakan oktannya lebih rendah, maka bensin tersebut akan 'terbakar' tidak sempurna lebih awal dari waktu busi memercikkan api.

"Saat piston naik ke atas melakukan kompresi, bensin 'terbakar' mendahului busi memercikkan api. Akibatnya, piston seperti dipukul keras oleh ledakan ruang bakar tersebut yang menghasilkan apa yang disebut ngelitik/knocking," ujar Saftari. Perlahan, jika ini terjadi terus menerus, maka piston akan rusak, dan bahkan bisa bolong.

Beberapa pabrikan yang masih memperbolehkan penggunaan bensin beroktan rendah yang tidak sesuai, kemungkinan besar telah mengatur timing pengapian di ECU. "Tetapi tentu sebenarnya mengorbankan performa," tambah Saftari.

(rio/sts)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya