Jangan Ubah Kerapatan Celah Busi atau Tanggung Risikonya

Performa mesin dapat ditingkatkan dengan cara mengubah kerapatan celah elektroda busi.

oleh Yongki Sanjaya diperbarui 02 Mar 2016, 06:12 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2016, 06:12 WIB
Memahami Perbedaan Busi Asli dan Imitasi
Busi imitasi yang hanya numpang nama tentu memiliki kualitas pembakaran yang tidak maksimal.

Liputan6.com, Jakarta Performa mesin dapat ditingkatkan dengan cara mengubah kerapatan celah elektroda busi. Muhammad Haris dari Aris Motor di bilangan Kayu Manis menjelaskan bahwa lompatan api yang dihasilkan busi jadi lebih dekat.

"Standar pabrik itu kerenggangannya antara 0,35-0,40 mm. Kalau dirapetin, celah elektrodanya dibuat jadi 0,30 mm, performa meningkat," ucapnya pada Liputan6.com.


Namun di balik peningkatan performa, celah busi yang lebih rapat justru ada efek negatifnya. Api yang lebih dekat membuat mesin jadi cepat panas dan mempengaruhi durabilitas.

"Kalau kelewat panas itu akibatnya mesin jadi enggak awet. Selain itu, bikin kaki pengendaranya bisa kesemutan karena efek panas berlebih," ucap pria yang akrab disapa Aris ini.

Sebaliknya, Aris menjelaskan efek celah elektroda yang lebih renggang dari standar pabrik. Tarikan terasa tidak bertenaga dan bahkan mesin bisa mati. "Api yang diletupkan tidak sampai ke kutub luar jadi mesin susah hidup," ucapnya.

Setelan rekomendasi pabrikan ini, kata Aris, telah disesuaikan dengan kebutuhan pengendara. Kerapatan celah elektroda busi berbeda untuk penggunaan di dalam atau ke luar kota.

"Kerengangan maksimum 0,40 mm pas untuk penggunaan jarak jauh atau keluar kota karena mesin lebih adem waktu dipakai cukup lama. Untuk penggunaan harian, yang cocok di angka 0,35 mm," ujarnya.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya