Liputan6.com, London - Pabrikan otomotif asal Jepang, Nissan, akan memutuskan depannya di Inggris pada akhir tahun ini. Mereka akan melihat bagaimana efek bisnis yang dihasilkan dari Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa).
Sebagaimana dilaporkan Reuters, informasi ini diperoleh dari orang dalam, setelah sang CEO, Carlos Ghosn, bertemu dengan perdana menteri Inggris, Theresa May. "Proses pengambilan keputusan dalam beberapa minggu atau bulan, dengan keputusan diharapkan sebelum akhir tahun," ujar sumber internal itu.
Sebagaimana diketahui, sejauh ini Nissan masih ragu untuk terus beroperasi di Inggris. Buktinya, mereka menahan investasi baru sebelum ada keputusan resmi antara Inggris dan negeri Eropa lain.
Advertisement
Baca Juga
Informan tersebut juga mengatakan bahwa pertemuan lanjutan antara May dan Ghosn belum dijadwalkan. Namun, seorang pejabat senior Nissan dan pemerintah Inggris akan melanjutkan pertemuan itu dalam beberapa minggu mendatang.
Ghosn sendiri, setelah berbincang dengan May, mengatakan bahwa ia yakin pemerintah Inggris lakukan yang terbaik. "Saya yakin pemerintah Inggris akan terus memastikan Inggris tetap menjadi tempat yang kompetitif untuk melakukan bisnis," ujarnya.
Para pelaku bisnis sendiri khawatir keputusan untuk keluar dari Uni Eropa akan mengancam keberlangsungan usaha mereka. Di bisnis otomotif misalnya, mobil produksi Inggris yang akan diekspor ke Eropa harus dibebankan pajak hingga 10 persen. Padahal saat masih jadi anggota Uni Eropa, tak ada pajak yang mesti dibayarkan.
Inggris sendiri bagi Nissan, dilihat dari kapasitas produksinya, adalah wilayah yang penting. Misalnya pada tahun lalu, satu dari tiga mobil yang terjual bermerek Nissan, yang jumlahnya mencapai 1,6 juta unit mobil baru.
Sementara pabrik yang ada di Sunderland selama ini jadi basis produksi di pasar Eropa. Salah satu model andalannya adalah SUV Qashqai.