Liputan6.com, Sunderland - Nissan Motor ragu untuk terus beroperasi di Inggris. Buktinya, mereka menahan investasi baru sebelum ada keputusan resmi antara Inggris dan negeri Eropa lain.
Sebagaimana diketahui, pasca memutuskan keluar dari Uni Eropa (Brexit), pelaku bisnis di Inggris tak lagi memiliki sejumlah hak istimewa. Misalnya, bebas pajak saat mengekspor komoditas ke negara manapun di Eropa.
Baca Juga
"Apa yang akan terjadi dalam bea cukai dan pabean. Apa yang akan terjadi dalam hal perdagangan, pada sirkulasi, khususnya produk," ujar Carlos Ghosn, CEO Nissan, dalam wawacara dengan BBC.
Menurutnya, kejelasan tentang itu sangat menentukan berapa banyak investasi yang akan dikeluarkan Nissan di Inggris. Ia juga mengatakan strategi wait and see ini juga dilakukan pelaku usaha lain.
Untuk diketahui, Nissan selama ini cukup fokus membangun bisnis di Eropa dari Inggris. Mereka bahkan punya pabrik di Sunderland yang membuat sepertiga mobil yang terjual di Inggris tahun lalu.
Pabrik ini juga dipuji sebagai salah satu fasilitas perakitan mobil paling efisien di Eropa. Salah satu model paling populer yang dibuat di sini adalah Sport Utility Vehicle (SUV) Qashqai.
Nissan pertama kali masuk ke Inggris pada 1984. Kala itu kesepakatan bisnis keduanya ditanda tangani langsung oleh Margaret Thatcher. Momen ini sering dikaitkan dengan kebangkitan industri otomotif Inggris.