BMW Kurangi Penggunaan Serat Karbon dalam Produksi Mobil

Pabrikan mobil asal Jerman, BMW Group, memutuskan untuk membatasi penggunaan material mahal seperti serat karbon

oleh Rio Apinino diperbarui 31 Okt 2016, 06:23 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2016, 06:23 WIB
Logo BMW dan Sejarah Kontroversial di Baliknya
Mengapa BMW menggunakan dasar logo berbentuk bulat? Mengapa pula warna yang dipilih adalah biru dan putih?

Liputan6.com, Munich - Pabrikan mobil asal Jerman, BMW Group, memutuskan untuk membatasi penggunaan material mahal seperti serat karbon dan beralih ke material yang lebih murah seperti aluminium dan baja.

Tujuannya, sebagaimana dilaporkan Reuters, adalah agar tercipta marjin keuntungan yang lebih tinggi. Mereka masih mencari formula yang tepat untuk menggabungkan antara serat karbon dan material lain. "Ini bukan tentang satu material saja, ini tentang mengkombinasikan material," ujar Oliver Zipse, Board Member BMW.

Serat karbon, menurut konsultan Frost & Sullivan, dibanderol dengan harga sekira 16 euro per kg. Sementara material lain seperti baja, harganya tak lebih dari satu euro.

Zipse mengatakan, cara ini ditempuh untuk memperbaiki performa bisnis mereka. Maklum, meski bermain di segmen mobil-mobil high-end yang punya konsumen yang umumnya kaya raya, tetap saja ada persaingan harga antara pabrikan.

Zipse bercermin dari dua model utama yang menggunakan banyak material serat karbon, BMW i3 dan i8. Keduanya tak bisa dibilang berhasil karena faktor harga. BMW i3 misalnya, harganya sekira 45 ribu euro. Sebagai pembanding, kompetitornya, Tesla, menjual mobil di segmen yang sama hanya dengan harga 32 ribu euro.

Meski begitu, material serat karbon juga tak akan ditinggalkan sama sekali. Bahkan Boston Consulting Group mengatakan bahwa harga material ini bisa lebih murah jika semakin banyak pihak yang memproduksinya.

Dari segi intrinsik bahan, serat karbon memang punya kelebihan dibanding material lain. Serat karbon kaku, kuat, tetapi tetap ringan. Pembuatannya pun cukup mudah.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya