Liputan6.com, Sidoarjo Umumnya pengendara sepeda motor mengerem dengan menekan dua jari, telunjuk dan jari tengah, ke tuas. Teknik seperti ini dirasa paling enak dan nyaman. Dua jari tersebut juga umumnya senantiasa menempel di tuas.
Teknik seperti ini banyak digunakan oleh para pembalap. Valentino Rossi misalnya, biasa pakai tiga jari, sementara Dani Pedrosa memanfaatkan dua jari. Masalahnya, teknik seperti ini salah jika diadopsi di jalan biasa.
Baca Juga
"Mungkin banyak yang terinspirasi dari Rossi. Lihat cara dia ngerem, ditiru karena dianggap bagus. Padahal tujuannya beda," ujar Johanes Lucky, Chief Instructor Safety Riding PT Astra Honda Motor (AHM) di Sidoarjo, Selasa (16/5/2017).
Menurutnya, di jalan raya bikers melakukan pengereman agar memperlambat laju kendaraan, bahkan hingga berhenti. Sementara pembalap, apalagi yang sekelas MotoGP, punya tujuan yang agak berbeda.
"Pembalap itu kan mengerem, tapi juga tetap berusaha menjaga putaran mesin. Jadi beda," terangnya.
Selain itu, mengerem dengan mengandalkan tiga, apalagi hanya dua jari, kurang maksimal. Di kondisi yang sesungguhnya, perlu tenaga yang maksimal untuk menekan tuas rem. Maka dari itu justru dianjurkan memakai empat jari.
Tekanan kampas ke disc, pada sepeda motor, memang hanya mengandalkan tenaga pengendara motor itu sendiri. Artinya jika sedari awal tekanan tidak terlalu kuat, maka cengkeraman ke disc juga tidak maksimal.
Masalahnya, gaya mengerem itu berkaitan dengan kebiasaan pengendara motor itu sendiri. Dan mengubah kebiasaan itu paling sulit.
Advertisement