Mobil Ini Terbuat dari Gula dan Tumbuhan

Tim mahasiswa dari Belanda sukses membuat mobil listrik ringan berbahan biodegradable.

oleh Rio Apinino diperbarui 12 Agu 2017, 16:23 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2017, 16:23 WIB
Mobil Biodegradable
Tim mahasiswa dari Belanda sukses membuat mobil listrik ringan berbahan biodegradable.

Liputan6.com, Eindhoven - Tim mahasiswa dari Belanda sukses membuat mobil listrik ringan berbahan biodegradable yang terbuat dari gula dan rami (tumbuhan yang mirip kapas) pertama di dunia. Mobil ini bisa membawa empat penumpang sekaligus, dengan kecepatan maksimal 80 km/jam.

Melansir Sky, Rabu (9/8/2017), mahasiswa dari Eindhoven University of Technology mengatakan bahwa mobil yang dinamakan Lina ini bisa jadi langkah penting dalam industri otomotif secara luas.

Sebagaimana diketahui, hampir semua negara di dunia mulai ketat soal regulasi otomotif. Arahnya agar ke depan industri otomotif bisa mengurangi emisi dari aktivitas produknya melalui beragam inovasi teknologi. Di negara maju aturan soal ini malah lebih ketat.

Biodegradable sendiri adalah istilah yang merujuk pada zat yang bisa rusak, membusuk, atau terurai oleh bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain. Banyak yang bilang kalau zat ini adalah solusi dari beragam masalah lingkungan, terutama yang dihasilkan oleh produk-produk berbasis plastik.

Hanya mesin, suspensi, dan ban saja yang tidak pakai material "bio". Namun begitu, mobil ini menggunakan motor listrik sebagai penggerak, yang notabene tidak mengeluarkan emisi sehingga bisa juga dikategorikan sebagai teknologi ramah lingkungan.

Material bio-nya sendiri dikatakan punya rasio kekuatan-berat yang tidak beda jauh dengan fiberglass. Pun dengan bobotnya yang hanya 310 kg.

Meski begitu, mobil ini mungkin masih cukup jauh untuk bisa menggantikan mobil biasa, atau minimal mulai mengaspal di jalan. Pasalnya, mobil ini belum mengantungi hasil tes tabrak.

Nampaknya pula, tes ini akan sulit mereka lalui karena faktanya material biodegradable akan pecah ketika mengalami benturan, tidak bengkok atau patah seperti pada logam. Jadi di satu sisi, ia cukup ramah lingkungan, tapi di sisi lain, tidak cukup aman dikendarai.

Tim berharap bisa mengatasi masalah ini dalam lima tahun ke depan.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya