Liputan6.com, Jakarta - Proyek mobil pedesaan masih terus digodok oleh Kementerian Perindustrian. Diharapkan, mobil karya anak bangsa ini bisa segera diproduksi oleh industri dalam negeri.
Selain untuk memenuhi kebutuhan alat transportasi multiguna di sektor pertanian dan perkebunan, mobil pedesaan juga untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat, dan mewujudkan kemandirian penguasaan teknologi oleh anak bangsa.
"Pemerintah menyiapkan regulasi kendaraan pedesaan, supaya bisa dikembangkan industri nasional. Artinya, harus dibuat di Indonesia,"Â kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, ketika mengunjungi Bengkel Kiat Motor di Klaten, Jawa Tengah, seperti disitat di laman resmi Kemenperin, ditulis Senin (6/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Ia melanjutkan, pengembangan kendaraan pedesaan sesuai dengan nawacita, dengan salah satunya membangun Indonesia dari pinggiran dan memperkuat daerah dan desa dalam satu kesatuan.
Untuk langkah yang dilakukan Kemenperin dalam percepatan pengembangan kendaraan pedesaan, dengan pembuatan prototipe, pengembangan SDM, rantai pasok, dan persiapan infrastruktur dan model bisnis.
"Aftersales dan jaringan distribusinya juga tengah dipertimbangkan, termasuk uji pasarnya," kata dia.
Sementara itu, kendaraan pedesaan yang dikembangkan Kemenperin merupakan prototipe yang siap diproduksi. Prototipe ini membuktikan kalau anak Indonesia mampu mendesain dan memahami teknik mesin otomotif.
"Prototipe ini menjadi platform kendaraan yang akan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan khususnya di daerah pedesaan. Mungkin, awalnya bisa dikembangkan ke arah sinergi Solo Raya (Klaten, Jogja, Solo), setelah itu dibawa ke nasional," ujar Airlangga.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Mahesa
Contohnya, bengkel Kiat Motor milik Sukiyat di Klaten, telah merampungkan tiga prototipe (mobil double cabin, mobil pick up, dan mobil peralatan pertanian) yang diberi nama Moda Angkutan Hemat Pedesaan (Mahesa).
Mobil pedesaan buatannya ini bakal dibanderol dengan harga yang relatif terjangkau untuk para petani, yaitu Rp 50 juta, Rp 60 juta, dan Rp 70 juta.
"Besar-kecilnya harga bergantung dari kapasitas angkut hasil pertanian atau perkebunan. Rencananya, pada Agustus 2018 akan mulai diproduksi massal untuk mobil angkutan pertanian," ujarnya.
Menurut Sukiyat, harganya bisa murah karena semua komponennya didapat secara lokal. "Bahan bakunya mudah dicari," pungkasnya.
Advertisement