Studi 3 Universitas di Indonesia: Mobil Hybrid Jauh Lebih Irit Ketimbang Diesel

Pada tahap pertama, dilakukan oleh peneliti dari UI, ITB, UGM dengan menggunakan 12 unit kendaraan listrik dan enam unit kendaraan konvensional yang disediakan oleh raksasa otomotif asal Jepang tersebut.

oleh Arief Aszhari diperbarui 06 Nov 2018, 12:28 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2018, 12:28 WIB
mobil listrik
Toyota Prius Plug-in Hybrid (Liputan6.com/Yurike)

Liputan6.com, Jakarta - Riset dan studi secara komprehensif terkait penetapan teknologi kendaraan listrik atau hybrid di tahap pertama sudah selesai dilakukan. Penelitian ini sendiri, dilakukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang menggandeng Toyota Indonesia, dan enam perguruan tinggi, yaitu ITB, UGM, UI, ITS, UNS, dan Udayana.

Pada tahap pertama, dilakukan oleh peneliti dari UI, ITB, UGM dengan menggunakan 12 unit kendaraan listrik dan enam unit kendaraan konvensional yang disediakan oleh raksasa otomotif asal Jepang tersebut.

Dijelaskan Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, studi ini bakal mempelajari terkait pengaplikasian mobil listrik, seperti durability, ekosistem, dan terkait juga dengan ketersediaan infrastruktur. Studi ini, juga mungkin sejalan dengan kemampuan mobil listrik nasional.

"Hasil studinya, otomatis seperti tadi dikatakan Menteri Pendidikan sudah pasti electric vehicle dengan internal combustion engine (ICE) lebih hemat electric vehicle," jelas Airlangga di Gedung Kemenperin, Selasa (6/11/2018).

Lanjut Airlangga, untuk mobil hybrid saja hasilnya 50 persen penghematan energi. Sedangkan kendaraan plug-in hybrid penghematan energinya bisa mencapai 75 sampai 80 persen.

"Artinya, kalau B20 saja bisa melakukan penghematan sekitar 6 juta kilo liter, maka dengan hybrid atau plug-in hybrid akan dua kali penghematan," tegasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

Sementara itu, untuk riset dan pengembangan mobil listrik tahap kedua bakal dilakukan oleh peneliti dari tiga perguruan tinggi lainnya, yaitu UNS, ITS, dan Udayana. Ketiganya, Akan melakukan rangkaian studi yang sama dengan tujuan agar data yang diperoleh lebih beragam dan komprehensif.Nantinya, data-data yang terkumpul akan dianalisa dan disimpulkan untuk menjadi referensi bagi Kemenperin. Selain itu, penelitian juga akan mempelajari mengenai rantai pasok industri termasuk kebutuhan ketenagakerjaan.

"Tahap dua kan sesudah ini ada di perguruan tinggi lainnya. Targetnya, Januari 2019 (pengumuman hasil riset)," pungkas Airlangga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya