Liputan6.com, Jakarta - Kebiasaan mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) atau bensin setiap orang berbeda-beda. Tak hanya pilihan jenis BBM, namun juga perilaku saat membeli. Ada yang berdasarkan nominal rupiah atau jumlah liter.
Membeli BBM dengan menggunakan patokan nominal rupiah memang lebih mudah dibandingkan menggunakan jumlah liter. Karena harga BBM per liter memiliki pecahan kecil, sehingga saat pembayaran harus mengeluarkan nominal ganjil.
Advertisement
Baca Juga
Jika harga bensin per liter Rp 7.350, pembelian dengan patokan jumlah liter akan membuat pemilik kendaraan harus menyiapkan uang receh atau petugas SPBU harus menyiapkan uang kembalian.
Sebaliknya pembelian dengan takaran nominal rupiah akan lebih mudah dan mempercepat transaksi. Misalnya Rp 100 ribu atau Rp 150 ribu.
Meningkatnya pengguna kendaraan roda empat dan juga roda dua setiap tahun membuat antrean selalu terjadi di SPBU. Bayangkan bila semua konsumen menggunakan takaran liter dan harus menunggu uang kembalian dari petugas SPBU.
Meski begitu, masing-masing cara punya kelebihan dan kekurangan seperti dilansir Hyundai Indonesia, Kamis (31/10).
Pembelian dengan patokan nominal rupiah membuat transaksi menjadi lebih cepat. Namun untuk menghindari kecurangan, pemilik juga sebaiknya memperhatikan proses pengisian dari awal hingga akhir.
Setelah itu, struk transaksi wajib diminta agar uang yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah takaran liter BBM yang dibeli. Karena dengan patokan nominal rupiah, jumlah bensin yang disalurkan ke tangki mobil tidak bulat dalam liter.
Membeli dengan Patokan Liter
Sementara pembelian dengan patokan jumlah liter memudahkan pemantauan saat pengisian BBM. Untuk mempercepat transaksi, sebaiknya pemilik melakukannya dengan cara non tunai alias menggunakan kartu debit atau kredit.
Tentu saja cara ini hanya bisa dilakukan pada SPBU yang sudah melayani transaksi nontunai. Untuk perjalanan ke luar kota dan SPBU-nya belum melayani transaksi nontunai sebaiknya sediakan pecahan uang kecil di mobil.
Advertisement